Mandalika dibuat untuk ajang balap. Sirkuit ini dirancang agar pembalap kelas dunia macam Marq Marques dan Fabio Quartararo bisa menikmati sensasi balapan di aspal pulau Lombok, NTB, Indonesia. Inget yaa, mereka mau balapan bukan mau beli kopi keliling atau udang kering. Mandalika dibangun supaya kita sebagai bangsa bangga, bahwa kita punya lintasan balap kelas dunia. Konon, dikutip dari laman berita bahwa nilai investasi sirkuit ini tak mencapai Rp 1 T. Nilai yang fantastis bukan? Tapi tenang, kita orang Indonesia selalu mendukung kok apapun proyek nasional yang sifatnya promosi keindonesiaan.
Bayangkan ketika pecinta seri balapan Grand Prix sepeda motor, berbondong-bondong menyaksikan jagoannya berlaga di sirkuit yang rencananya mampu menampung 93 ribu penonton. Indonesia sangat diuntungkan dengan balapan ini. Praktis berdampak pada sektor pariwisata. Para pecinta Moto GP dari mancanegara harus menginap di hotel. Mereka makan di restoran dan membeli souvenir. Belum lagi panorama pantai Lombok yang mempesona. Orang bule demen kalau lihat pantai. Bakal makin lama mereka berkunjung ke Indonesia. Kabar menyenangkan tentunya.
PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) selaku BUMN pengembang, belum lama ini juga mengundang wartawan untuk meliput perkembangan trek utama. Katanya dalam sesi wawancara, progress itu sekaligus sebagai kado ulang tahun Indonesia ke-76. Kado untuk bapak atau kado untuk rakyat? Kado untuk reputasi posisi atau kemenangan seluruh rakyat? Kado untuk elektabilitas atau kado untuk pecinta balap? Lah kok pagar sirkuit aja bisa dijebol. Ada yang belum tuntas ya negosiasinya?
Agaknya kado kemerdekaan dipersembahkan untuk warga yaa. Mereka ingin merasakan pula kemegahan dan kemewahan sirkuit mandalika. Terang saja, hadirnya lintasan balap kelas dunia ini banyak menguntungkan pemodal besar, sementara warga sekitar mungkin masih ada beberapa yang lapar. Jangan salahkan mereka jika fasilitas lintasan ada yang dijebol. Lah wong bertahun-tahun mereka pergi melaut lewat jalan itu. Kenapa tak sekaligus dibangun akses jalan yang terintegrasi dari rumah pemukiman ke pesisir pantai? Jangan anggap remeh strategi wong cilik. Mereka puluhan tahun tinggal, jalan berlubang pun mereka paham.
Seri MotoGP belum mampir ke Indonesia, lintasan Mandalika sudah dipakai balapan para anak muda. Sebuah pencapaian yang patut kita apresiasi. Bagaimana tidak? Talenta-talenta daerah berani unjuk gigi di sirkuit bertaraf internasional. Mereka bahkan tak ragu mengasah skil balap di lintasan yang memiliki 17 tikungan ini. Deretan sepeda motor kelas 132 cc ini saling beradu cepat uji coba seberapa layak lintasan ini untuk balapan kelas dunia. Para pencari bakat balapan nasional praktis tercengang melihat keberanian mereka mencoba aspal mulus tanpa lubang ini. Patut kita nanti bahwa seri Moto GP di sirkuit Mandalika ini akan menghadirkan banyak pembalap nasional.
Mandalika sebagai salah satu identitas bangsa. Mandalika sekaligus sebagai tolak ukur seimbangnya kebijakan. Berpihak kepada investornya, namun juga tak galak pada rakyatnya. Mandalika menjadi pembeda di ajang balapan motor kelas dunia. Karena tak hanya penonton mancanegara dan tensi balapan saja yang kita saksikan, melainkan ada sesuatu yang numpang lewat di lintasan karena akses jalan melaut tertutup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H