Bermula dari adanya "pemecatan" Presiden Jokowi terhadap Anies Baswedan, dimulailah dukungan Beliau kepada Anies Baswedan untuk menjadi Presiden RI pada tahun 2024. Orang menyangka bahwa pemecatan terhadap Anies karena ada persoalan antara Anies Baswedan dengan Presiden Jokowi, atau ada target sebagai menteri yang tidak tercapai, atau karena adanya "matahari kembar" yang bersaing antara Presiden Jokowi dengan Anies Baswedan sebagai menterinya. Kalau kita pahami secara sederhana, untuk apa Presiden cemburu teradap Anies, toh Anies hanyalah sebagai menteri bawahannya. Bisa jadi, digantinya Anies Baswedan hanyalah rutinitas biasa pergantian sebagai seorang pembantu presiden. Toh bukan hanya Anies yang diganti, ada menteri lain yang juga diganti sebagai hak prerogatif Presiden. Disinilah Presiden Jokowi sudah mulai mempersiapkan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dan Benar saja, Anies ditakdirkan menjadi Gubernur DKI Jakarta, dengan segala dinamika dan pencapaiannya.
Kejadian kedua adalah peristiwa dimana Paspampres mencegat Anies Baswedan, justru disaat Persija Menjadi Juara sepakbola Piala Presiden. Mengapa Anies dicegat dan tidak boleh mendampingi Presiden ikut merayakan kemenangan Persija? tentu sebuah peristiwa aneh, sebagai orang yang "punya wilayah" DKI Jakarta saat itu, siapapun tentu akan menghormati Anies Baswedan sebagai gubernurnya. Ini tidak malah anies dijegal, padahal idealnya, ia tentu saja seharusnya menjadi bagian yang mendapatkan Piala Presiden sebagai pembina Persija, Gubernur DKI Jakarta lho.....
Ketiga, Anies ingin ditersangkakan dengan kasus Formula E, tentu saja tak ada hubungannya dengan Presiden Jokowi. Karena KPK itu merupakan lembaga yang seharusnya independen di bidang penegakkan hukum. Yang mengherankan, mengapa gelar perkara formula E bisa sampai 19 kali tanpa ada yang menjadi tersangkanya, jangan bilang karena memang tak ada bukti-bukti yang mengarah pada Anies Baswedan. Yang Aneh, Gelar Sirkuit Mandalika yang terbukti rugi 4 triliun lebih, KPK tak tertarik untuk menindaklnajutinya, okelah, mungkin KPK tak tertarik dengan Mandalika, apalagi harus menyusuri dan menangkap Harus Masiku, susah sekali rupanya.
Presiden Jokowi berulang-ulang memberi nasihat agar berhati-hati memilih Presiden. Beliau menyatakan pilihlah calon pemimpin yang mukanya berkerut dan rambutnya putih, sebagian kita tentu merasa bahwa Presiden sedang mendukung Pak Ganjar Pranowo, Bacapres yang sekarang diusung oleh PDI Perjuangan dan Partai Persatuan Pembangunan. Di lain waktu, Presiden Jokowi menyatakan bahwa saat ini adalah saatnya seorang Prabowo yang akan memimpin Indonesia. Gestur Presiden Jokowi ini seolah diiyakan oleh Putra-putra Sang Presiden, walau akhirnya dikoreksi oleh Para Pengurus DPP PDI Perjuangan, dan Gibran diundang ke Jakarta untuk klarifikasi dan diberikan "nasihat" supaya tidak terjebak dalam permainan politik lebih jauh.Â
Anies Baswedan dibiarkan berjuang sendiri, hal tersebut agar Anies menjadi kuat dan mandiri. Bahkan Anies tak dibiarkan menjadi Gubernur DKI dua Periode, dengan membuat regulasi Pemilu serentak dan membuat regulasi para pemimpin kepala daerah dipilih oleh Mendagri (tentu dengan sepengetahuan Presiden dan atas persetujuannya) Â DKI Jakarta dipimpin oleh Pejabat Gubernur beserta lebih dari 200 para kepala daerah yang diPLT-kan tanpa melalui proses demokrasi yang semestinya. Sebuah penjegalan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Tak tanggung-tanggung, Pejabat Gubernur menjabatnya kurang lebih 2 tahun, dengan waktu yang sangat panjang, hampir setengah dari kekuasaan hasil demokrasi dalam Pilkada. Tanpa perlu bersusah payah mengambil hati dan suara rakyat.
Namun, dari itu semua, hakikatnya Presiden Jokowi sedang mengendorse Anies Baswedan untuk menjadi pemimpin yang kuat, mandiri, berkarakter dan dicintai rakyat. Kita tahu, di Indonesia, semakin porang terdhalimi, maka kan semakin mendapat simpati rakyat. Dengan menampilkan Pak Anies seolah terdzalimi olehnya, sebenarnya presiden Jokowi sedang memancing Rakyat untuk bersimpati pada Anies Baswedan, dengan memecatnya, dengan mencegatnya dan meninggalkannya sendirian di Gelora Bung Karno, dengan tidak memberikan kesempatan menjadi Gubernur DKI dua Periode, sekali lagi, hakikatnya Presiden Jokowi sedang mengantarkan Anies Baswedan menuju Kursi Presiden Republik Indonesia pada tahun 2024, dengan membawa harapan perubahan dan simpati seluruh rakyat Indonesia.Â
Semakin kelihatan terdzalimi, Anies semakin dihati Rakyat Indonesia, dengan bimbingan Tuhan, nurani suara-suara hati rakyat akan bergetar, hati-hati tersebut mantap memilih Anies Baswedan sebagai Pilihan Perubahan, menuju Indonesia lebih baik, hebat dan bermartabat. Terima Kasih Presiden Jokowi, Anda benar-benar hebat, menciptakan pemimpin dengan caranya sendiri, dan menunjukkan bahwa Tuhan Maha Berkuasa menjadikan siapapun untuk berkuasa dan menjadi pemimpin di Negeri ini.
Salam Perubahan Menuju Indonesia Hebat (Great Indonesia)
-Alimudin Garbiz (Indonesian Collaborative Institute)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H