Suasana Ujian Mahasiswa FPIK UNIGA -Sumber Foto: Doc Alimudin Garbiz
Dalam ujian di sebuah Perguruan Tinggi, beberapa orang mahasiswa kedapatan mencontek. Ada yang mencontek melalui kopean, ada juga yang melalui catatan yang difoto oleh kamera hp, ada juga yang melalui tulisan rangkuman di tangan dan berbagai modus lainnya.
Mengapa mereka melakukan hal tersebut ? barangkali karena masih berpikiran "nilai adalah segalanya", paling tidak, mereka menganggap nilai berupa hurup B atau bahkan A, itu sebuah kemutlakan prestasi dan prestise yang harus dicapai dengan segala cara.
Padahal, jika kita mendapatkan hasil ujian dengan tidak mencontek, sebenarnya hakikatnya kita sudah mendapatkan nilai plus. Apalah artinya mendapatkan nilai A hasil dari mencontek ? Apalah artinya cum laude tanpa dibarengi dengan kemampuan "life skill" yang mumpuni dalam kehidupan. Disamping nilai dalam mata kuliah atau mata pelajaran tertentu, Kemampuan menghadapi kehidupan ini merupakan kemampuan yang luar biasa yang didapatkan dari Universitas Kehidupan ini.
Kemampuan berusaha, Kemampuan berkomunikasi, kemampuan bernegoisasi, kemampuan beradaftasi, keuletan, kesabaran, kemampuan persuasi dan bahkan kemampuan mendengarkan, kemampuan empati dan menjalin komunikasi antar sesama merupakan kemampuan yang kadang tak diajarkan dalam pendidikan formal, namun sangat penting dalam kehidupan ini. Nilai yang sesungguhnya adalah sejauhmana pendidikan karakter itu dapat diinternalisasikan dalam kehidupan kita. Bagaimana integritas kita sebagai pendidik ataupun calon pendidik , pemimpin dan calon pemimpin mampu mengimplementasikan nilai-nilai luhur dalam kehidupan nyata. Tidak mudah memang, namun dengan pembiasaan, hal tersebut akan menjadi karakter dalam kehidupan kita.
Mendapatkan nilai yang bagus sama godaannya dengan cara mendapatkan uang. Apakah mau memakai cara-cara yang tidak baik bahkan haram untuk memilikinya ? ataukah dengan cara-cara yang pantas dan tidak bertentangan dengan norma hukum dan agama ? Percayalah, masih banyak cara-cara yang baik dan halal yang bisa kita lakukan. Tentu saja, sepanjang kita tak menginginkan hasil terbaik diperoleh dengan cara-cara yang ilegal, instan atau sim salabim.
Memang, yang paling ideal adalah kita mendapatkan nilai terbaik dengan kemampuan kita sendiri secara optimal. Berapapun nilai yang kita dapatkan, ketika itu merupakan hasil sebuah proses optimal yang kita lakukan, hasilnya kita terima dengan lapang dada. Ujian yang sesungguhnya, adalah ujian dalam kehidupan ini. Dimulai dari kemampuan kita mengatasi keinginan-keinginan untuk mencontek, dan kita tidak melakukannya, mudah-mudahan ketika kita nanti, mendapatkan kesempatan untuk mencuri, kolusi atau korupsi, kita tidak melakukannya.
"Memangnya gampang jadi orang baik ?" begitulah pertanyaan retoris yang diungkapkan guru saya, Prof Dr. Ahmad Tafsir, dalam suatu kesempatan kuliah dulu di UIN Bandung.
Mudah-mudahan, sedikit demi sedikit kita bisa melakukannya, dan Bangsa Indonesia semakin maju, hebat dan besar, semoga...!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H