Kekuatan-kekuatan gaib ini dipercayai ditempat-tempat tertentu, pada benda-benda (pusaka) ataupun berada dan menjelma dalam tubuh manusia.
Sejalan dengan kepercayaan tersebut timbullah fetisen, tempat keramat dan dukun sebagai wadah dari kekuatan gaib. Berdasarkan fungsinya kekuatan gaib itu dapat dibagi menjadi:
1) Kekuatan gaib hitam (black-magic), untuk dan mempunyai pengaruh jahat.
2) Kekuatan gaib merah (red-magic), untuk melumpuhkan kekuatan atau kemauan orang lain (hypnotisme)
3) Kekuatan gaib kuning (yellow-magic), untuk praktik occultisme
4) Kekuatan gaib putih (white-magic), untuk kebaikan
b. Magis
Untuk menjelaskan hubungan antara unsur-unsur kebatinan ini kita pertentangkan magis ini dengan masalah lain yang erat hubungannya:
1) Magic dan takhayul
Orang percaya bahwa membunuh seseorang dapat dipergunakan bagian yang berasal dari tubuh orang yang dimaksud. Misalkan, untuk membunuh musuh dengan cara membakar rambut atau kukunya.
2) Magis dan ilmu gaib
jika kita pergunakan contoh di atas, maka mempercayai kemampuan membunuh dengan menggunakan keampuhan rambut dan kuku melalui suatu proses pengolahan tertentu secara irasional tergolong ilmu gaib
3) Magis dan kultus
4) Dan dianggap mempunyai kekuatan memaksa kehendak kepada supernatural (tuhan). Kultus merupakan perbuatan yang terbatas pada mengharap dan mempengaruhi supernatural (tuhan).
c. Kebatinan
Menurut pendapat Prof.Djojodiguno, S.H. berdasarkan hasil penelitiannya di indonesia, aliran kebatinan dapat dibedakan menjadi:
1) Golongan yang hendak menggunakan kekuatan gaib untuk melayani berbagai keperluan manusia (ilmu gaib)
2) Golongan yang berusaha untuk mempersatukan jiwa manusia dengan tuhan selama manusia itu masih hidup agar manusia itu dapat merasakan dan mengetahui hidup di alam baka sebelum manusia itu mengalami mati
3) Golongan yang berniat mengenal tuhan (selama manusia itu masih hidup) dan menebus dalam rahasia ke-tuhanan sebagai tempat asal dan kembalinya manusia
4) Golongan yang berniat untuk menempuh budi luhur di dunia serta berusaha menciptakan masyarakat yang saling harga-menghargai dan cinta-mencintai dengan senantiasa menginddahkan perintah-perintah tuhan
d. Para Psikologi
Menurut ilmu jiwa, gejala jiwa manusia itu dapat dibagi atas:
1) Gejala jiwa yang normal, yang terdapat pada orang yang normal
2) Gejala jiwa yang abnormal terdiri dari:
a) Gejala jiwa supranormal
b) Gejala jiwa paranormal
c) Gejala jiwa abnormal
Gejala-gejala jiwa paranormal ini dimiliki seseorang berdasarkan anugrah yang Maha Kuasa tanpa dipelajari, sehingga mempunyai kemampuan melebihi gejala jiwa orang yang normal, berupa:
1) Kemampuan mengetahui sesuatu peristiwa sebelum terjadi
2) Kemampuan perubahan-perubahan tanpa menggunakan kekuatan yang terdapat dalam fisik
e. Aliran Kebatinan dan Schizoprenia
Akibat psikologis lainnya dari aliran kebatinan dapat berupa:
1) Pemimpin terlalu terlibat secara emosional terhadap pengikutnya: jatuh cinta, free sex, dan lain-lain
2) Pemimpin cenderung untuk membiarkan individu tergantung pada karismanya yang mungkin mengarah kepada kultus individu
3) Sering terjadi unsur eksploitasi dari pribadi-pribadiyang mengidap paranoida yang ingin menarik simpati
4) Memungkinkan terjadinya depresi yang menjurus ke arah pengorbanan diri dan keinginan bunuh diri (suicide)
2.4.Tasawuf sebagai Mistisisme Islam
Di kalangan para intelektual barat, istilah tasawuf sering disebut sebagai “mistisisme” (mysticism). Ada pula yang menyebutnya zuhudisme. Pada mulanya istilah mistisisme itu diperkenalkan oleh intelektual barat untuk menyebut fenomena atau aspek dalam tradisi Kristen yang menurut pemahaman mereka, menekankan pada pengetahuan religius yang diperoleh melalui pengalaman luar biasa atau wahyu suci.
Namun, bila mistisisme dikatakan bermula dari tradisi Kristen, itu tidaklah tepat. Konsep-konsep tentang Tuhan, jiwa, dan tema-tema tentang hubungan cinta antara Tuhan dan jiwa manusia dapat ditemukan di dalam semua pengalaman religius di luar agama Kristen atau selain barat.
Mistik memang tidak bisa dipahami dan dijelaskan dengan cara apa pun, filsafat maupun penalaran tidak bisa mengungkapkannya. Definisi semacam itu tidak dapat melukiskan kenyataan yang menjadi tujuan mistik. Hanya pengalaman rohani/spiritual yang sampai pada puncak kearifan dapat mendalaminya.
Dalam artinya yang paling luas, mistik bisa didefinisikan sebagai kesadaran terhadap Kenyataan Tunggal, yang mungkin disebut kearifan, Cahaya atau Cinta. Mistik bisa juga didefinisikan sebagai cinta kepada yang Mutlak. Cinta membuat insan mampu menyandang, bahkan menikmati, segala sakit dan penderitaan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya untuk mengujinya dan memurnikan jiwanya mencapai kesempurnaan (insan kamil).
Tasawuf meraih sasaran yang tidak bisa digapai oleh cara-cara lain seperti filsafat. Bila filsafat berupaya memahami hakikat dari sebuah realitas–termasuk Realitas Tertinggi–melalui akal, tasawuf menyingkapnya melalui rasa, qalbu. Tasawuf adalah autobiografi spiritual yang khas. Pelaku tasawuf akan menjalani cara-cara mendisiplinkan jiwa, ikhtiar mengendalikan dan menekan impuls-impuls ragawinya. Proses ini berawal dengan upaya pertobatan dan lebih dari sekadar perjalanan ruhani. Ini bisa disebut sebagai jalan (thariqat) dalam membersihkan diri. Thariqat merupakan epistemologi untuk memperoleh pengetahuan mistik.
Dari pernyataan di atas dengan mudah dapat dilihat bahwa mistisisme tidak sama untuk setiap orang mengalaminya. Oleh karena itu, ada berbagai macam atau jenis. Terdapat dua teori Realitas Ilahi: emanasi atau imanensi. Pada tampilan emanasi, segala sesuatu di alam semesta ini melimpah dari Tuhan. Pada tampilan imanensi, alam semesta tidak diproyeksikan dari Tuhan, tapi direndam dalam Tuhan.
4.1.Deskripsi Umum Kondisi Sosial Keagamaan di Kabupaten Garut
Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan hitterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung sekaligus pula berperan di dalam mengendalikan keseimbangan lingkungan.
Kondisi Sosial Kegamaan di Kabupaten Garut
Pada awal tahun 2010, komposisi pemeluk Agama di Kabupaten Garut menurut Kantor Departemen Agama Kabupaten Garut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3
Jumlah Pemeluk Agama di Kabupaten Garut
Agama
Jumlah