Tak sengaja saat saya berselancar di dunia maya kompasiana saya menemukan beberapa tulisan yang menarik perhatian mata saya untuk terus membacanya tulisan tersebut tentang Sustainable Mining Bootcamp yang di adakan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara.
Di tulisan ini saya ingin menyampaikan apa yang saya rasakan, sebagai masyarakat yang hidup dari kecil hingga saat ini. Saya sebagai masyarakat lingkar tambang, merasa ini tidak sesuai dengan realita yang ada saat sekarang ini. Pencitraan semata dan pembohongan publik.
Banyak cara mendongkrak agar citra PT. Newmont baik dan tanggung jawab sosial mereka dikatakan berhasil, salah satunya adalah dengan program Sustainable Mining Bootcamp. Yaitu merupakan program edukasi bagi masyarakat untuk melihaat aktifitas masyarakat di sekitar area tambang.Di mana para pesertanya dari berbagai latar belakang, ada treviling, bloger, mahasiswa, jurnalis dll. Yang memiliki hobi untuk menulis di media sosial dan berbagi. Tak ada yg salah dengan program tersebut, namun yang menjadi permasalahan adalah jika peserta mendapat informasi yang keliru atau bahkan di lebih-lebihkan agar terkesan baik dan berhasil.
Seperti sebuah cerita pengalamam seorang peserta Bootcamp baru-baru ini bulan februari 2015. Di dalam tulisannya mengatakan “sawah di sini tidak kenal musim, dan setiap tahun bisa menanam padi. Dalam setahun sudah bisa panen 2-3 kali, dari awalnya yang hanya 1 kali itupun hanya saat hujan. Semenjak di bangunnya beberapa embung dan bendungan oleh PT.NNT dan pembuatan saluran Irigasi.
Hati kecil saya merasa senang sekaligus sedih. Senang karena kampung saya sekarang di kunjungi oleh orang dari berbagai kalangan, dan di sisi lain hati saya sedih melihat realita yang terjadi di kampung halaman saya ini, mulai dari kesenjangan sosial anta pekerja tambang dengan yang tidak, sehingga mengakibatkan kecemburuan sosial, pemuda desa yang menuntuk untuk kerja di tambang dan di tambah lagi dengan informasi di atas yang saya anggap keliru.
Â
Sehari setelah berselancar di dunia maya, saya mencoba berjalan menyusuri sawah-sawah di kampung saya sendiri yang KATAnya bisa di tanam 2-3 kali dalam setahun.
Â
Inilah saluran yang di bagun itu kawan, dalam selokan terlihat aliran daun-daun sepanjang saluran irigasi. Sepanjang perjalanan saya menelusuri saluran pengairan banyak pintu air yang sudah rusak dan tidak ada terlihat air yang mengairi persawahan pendduduk yang KATAnya bisa di tanam 2-3 kali dalam setahun.
Â