[caption caption="Tugu Sarangan. Dokpri"][/caption]Masi dari daerah yang sama yaitu sarangan, namun lokasi wisata yang berbeda. Kali ini saya coba untuk melihat secara langsung sumber air yang menjadi salah satu sumber telaga saranagan. Ya.. Air Terjun Tirtosari namanya, dengan tiket masuk di kawasan air terjun ini cukup Rp9.000 dengan rincian karcis masuk wahana wisata Rp5.000, retribusi jalan masuk air terjun Rp1.000, panitia pembangunan jalan lingkungan Ngluweng dan Rp2.000 untuk masuk tempat pariwisata air terjun Tirtosari.
Saat saya memasuki pintu gerbang utama air terjun Tirtosari ini, kiri dan kanan terlihat gunung-gunung yang ditanami berbagai jenis sayur-sayuran mulai dari wortel, bawang merah, loncang, kubis, kembang kol dll. Karena ingin melihat lebih dekat sayur-sayuran yang mereka tanam, saya coba untuk memarkir sepeda motor dan coba untuk ngobrol-ngobrol dengan pemilik lahan yang sedang mengairi sayur-sayurannya.
 [caption caption="sistim pengairan renji (sprinkler irrigation). Dokpri"]
Bapak yang masi separo baya itu bercerita bahwa untuk mengairi sayur-sayuran menggunakan sistim pengairan renji (sprinkler irrigation) adalah suatu sistim dimana semburan air dilakukan keudara dan jatuh ketanah seperti air hujan,. Untuk sumber mata airnya dari Air terjun Tirtosari. Percakapan dengan Bpk itu membuat saya ingin cepat-cepat tiba di air terjun yang menjadi sumber mengairan perkebunan warga yang ada di lereng gunung.
Perjalanan yang tadinya menggunakan sepeda motor harus berhenti di area parkir yang suda di siapkan oleh warga setempat, pengunjung air terjun harus berjalan kaki untuk menuju lokasi, berjalan kaki lebih kurang 1 Km di tengah-tengah perjalanan terdapat parit-parit yang di lewati air dan juga terlihat beberapa warga yang lagi mengangkut hasil perkebunan merek. Warg yang saya temui sangatlah ramah terhadap orang yang melintas menuju kawasan air terjun tirtosari.
Jalur untuk menuju kawasan wisata ini juga sangat bagus, dan beberapa fasilitas seperti Musollah, WC dan tempat peristirahaan terlihat rapi berjejer di pinggir jalan. Karena saat itu saya berkunjung hari selasa jati WC masi terkunci oleh petugas.
Tak terasa setapak demi setapak anak tangga saya lewati, akhirnya tibalah pada air terjun tirtosari yang digunakan untuk mengairi perkebunan warga setempat, gemericik air begitu indah di dengar oleh panca pendengaran, begitu juga dengan udara yang di hasilkannya sangat menyegarkan, paru-paru terasa nyaman dan pikiran terasa ringan. Dalam hati saya bersyukur masi bisa menikmati keindahan alam yang di karuniahkan Sang pencipta untuk hamba-hambanya di muka bumi.
Saya tak mau menyia-nyiakan kesempatan berkunjung di air terjun ini, saya coba untuk mengabadikan moment tersebut dengan berfoto. Bagi Anda yang kemungkinan lupa membawa kamera atau kehabisan baterai kamera, Anda bisa menyewa jasa tukang foto yang menawarkan diri.
Â
Setelah puas mengabadikan momen di air terjun ini, perut saya mulai lapar. Udara yang dingin rasanya lebih mantap jika menu makannya yang panas atau yang hangat. Akhirnya sate kelinci yang di bumbui dengan kecap kacang dan lontong menjadi pilihan untuk makan siang.
Â