Tahun 2020 merupakan tahun yang paling berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, banyak keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi karena alasan tertentu. Kejadian-kejadian buruk yang terjadi pada tahun 2020 banyak dipengaruhi oleh Pendemi Covid-19 yang muncul dari China pada akhir tahun 2019 dan secara resmi diumumkan oleh pemerintah indonesia pasa bulan maret 2020.
Pandemi Covid-19 mengakibatkan perubahan sosial yang mau tidak mau harus dilakukan, agar rencana-rencan yang sudah tersusun berjalan meskipun tidak sesempurna seperti sebelumnya. Dampak dari pandemi Covid-19 terjadi pada semua bidang diseluruh dunia.
Indonesia membentuk Tim Gugus Tugas Covid-19 dengan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19 sebagai tanggapa dari bencana non alam ini. Berbicara bencana seharusnya ada pembelajaran, agar bencana tidak terulang kembali dengan fokus ke pencegahan bencana baik bencana alam maupun non alam.
Bencana alam maupun bencana non alam memang memerlukan waktu yang lama untuk mencegah datangnya kembali, namun berbeda dengan  masalah sosial yang terjadi, tidak selayaknya masalah sosial terulang kembali seperti roda yang berputar di tanah air. Masalah sosial yang terjadi pada tahun 2020 antara lain, Pro dan kontra Omnibus law, Banjir jakarta, Korupsi dan lain-lain .
Masalah sosial yang terjadi tentunya dipengaruhi oleh banyak hal yang belum diperbaiki pada masa sebelumnya. Salah satu hal yang perlu diperbaiki ialah kondisi mental dan akhlak setiap warga negara indonesia. Secara sederhana mental bisa pahami dengan kata "berani" Â bicara dan bertindak pada kejadian tertentu. Â Sedangkan akhlak ialah metode atau cara untuk bicara dan bertindak yang berorientasi pada nilai-nilai luhur bangsa indonesia. Mental dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, keduanya berdampingan.
Kondisi mental yang berapi-api berpotensi memandang rendah orang lain, sedangkan kondisi akhlak yang terlalu dalam, berpotensi mudah dipandang remeh orang lain. Contoh sederhanya, jika orang ingin belajar nyetir mobil, maka membutuhkan mental untuk nyetir mobil dijalan umum. Sedangkan akhlaknya, mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang ada. Sebaliknya, jika sudah mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang ada, tapi ada yang menyalahkan, maka berani beribacara dan bertindak akan muncul dengan sendirinyam (mentalitas).
Keserasian antara kondisi mental dan akhlak membuat orang untuk berbicara dan bertindak secara efektif. Terlapas dari siapa pencetus gagasan revolusi mental dan revolusi akhlak yang umumkan kepada publik, keduanya merupakan satu kesataun yang tidak Terpisahkan dan tidak berlawanan.
Ada suatu pribahasa arab yang tepat untuk mendasarinya, terjemahanya adalah  " lihatlah apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakan".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H