Beberapa hari lagi kita akan kembali kedatangan tamu agung yaitu hari Raya Idul Fitri. Hari raya Idul Fitri merupakan siklus tahunan yang selalu datang dan pergi, berputar terus menerus yang sangat ditunggu-tunggu oleh umat muslim diseluruh penjuru dunia. Persiapan dalam menyambut moment yang penuh kebahagiaan sudah dilakukan jauh-jauh hari agar dalam perayaannya berjalan dengan penuh kenikmatan dan mendapatkan ridho dari Allah SWT.
Banyak sekali kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam menyambut datangnya hari Raya Idul Fitri. Diantaranya yang paling populer di Indonesia adalah takbir keliling. Hal ini sesungguhnya merupakan manifestasi kebahagiaan setelah berhasil memenangi ibadah puasa, atau sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang kita peroleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan.
Namun, saat ini diberbagai daerah di negeri ini, dalam penyambutan momentum mulia tersebut diselewengkan dan tidak mengetahui bagaimana esensi yang sesungguhnya dari hari Raya Idul Fitri. Banyak dari mereka yang katanya melakukan takbir keliling dengan menaiki truk-truk besar, tetapi dalam perjalanan malah melakukan kemaksiatan, pesta kembang api, pesta miras  juga berhura-hura dan malah membahayakan serta merugikan pengendara lainnya. Semua itu tidak dibutuhkan dalam menyambut momentum yang sakral ini.
Seharusnya kita cukup mengumandangkan takbir, tasbih, tahmid dan tahlil di masjid atau dimusholla bahkan dirumah masing-masing agar menciptakan rasa kehikmatan bagi kalangan mukmin dalam momen yang mulia ini. Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai pengakuan atas kebesaran dan keagungan Allah SWT. Kalimat tasbih kita tujukan untuk mensucikan Allah dan segenap yang berhubungan dengan-Nya. Tidak lupa kalimat tahmid sebagai puji syukur juga kita tujukan untuk rahman dan rahim-Nya yang tidak pernah pilih kasih kepada seluruh hamba-Nya. Sementara tahlil kita lantunkan untuk memperkokoh keimanan kita bahwa Dialah Dzat yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
Ketika hari raya Idul Fitri tiba, kita bukan hanya dituntut untuk merayakannya. Akan tetapi lebih dari itu kita harus mampu mengetahui esensi yang terkandung dalam perayaan Idul Fitri tersebut. Esensi Idul Fitri adalah meningkatnya derajat kualitas keimanan, kesalehan, dan ketakwaan seorang mumin pasca ramadhan.
Hari raya Idul Fitri merupakan puncak dari pelaksanaan ibadah puasa. Idul Fitri memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa itu sendiri yaitu manusia yang bertaqwa. Sebulan penuh umat muslim digemblengoleh Allah SWT guna meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Diharapkan di akhir bulan ramadhan rasa cinta kepada Allah terus meningkat dibuktikan dengan meningkatnya ibadah umat muslim dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya pada bulan Ramadhan saja melainkan sebelas bulan setelahnya yang akan menyambut kita dengan silih berganti.
Ada yang menarik dalam masyarakat kita mengenai pemahaman atau persepsi tentang hari raya idul fitri. Banyak yang mengartikan hari raya idul fitri merupakan hari dimana kita sudah terbebas untuk melakukan suatu perbuatan yang telah dilarang ketika bulan Ramadhan, seperti makan minum dan larangan lainnya dan sekarang diperbolehkan untuk melakukannya. Sesungguhnya itu adalah persepsi yang salah dan menyesatkan.
Adanya kebiasan masyarakt yang berlebihan dalam menyiapkan hari raya idul fitri, yaitu dengan berbusana serba baru, mahal dan modis serta menyiapkan hidangan yang berlimpah ruah dan ujungnya tidak sehat untuk di konsumsi. padahal arti dari semua itu adalah saling memaafkan saling silaturahim antar saudara, memperkuat ukhuwah dalam kehidupan bermasyarakat dan lebih bertakwa kepada allah SWT.
Oleh karena itu, marilah kita memahami terlebih dahulu bagaimana esensi hari raya idul fitri yang sesungguhnya. Jangan sampai di momen yang penuh kemuliaan ini hati kita ternodai oleh pemahaman yang keliru dan menyesatkan. Maka mari terlebih dahulu kita intip kembali apa sebenarnya yang terkandung dalam hari raya idul fitri. Kita pahami baik-baik hikmah dan pelajaran dari bulan suci ramadhan kemudian hikmah yang telah kita pahami lanjutkan dengan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari agar eksistensi kita dimata Allah diakui sebagai hambanya yang taat agar hidup menjadi semakin berkah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H