Sebagai seorang guru pasti pernah memberikan hadiah kepada murid. Terkadang kita berifkir bahwa cara ini paling efektif untuk memotovasi murid dalam disiplin, kitapun terus mengulangi sistem dalam memberikan hadiah ini. Sebenarnya apa dampak pemberian hadiah ini terhadap praktik pendisiplinan murid? . Konsep ini kerap dianggap afektif karena murid akhirnya melakukan apa yang kita mau, yaitu menaati aturan. Mungkin selama ini kita percaya bahwa dalam konesp pendidikan murid harus bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Murid harus menunda kesenangan dengan melakukan tugasnya. Menunaikan kewajibannya dulu setelah itu guru akan memebrikan imbalan.Â
Konsep penundaan hadiah ini pernah dilakukan oleh Walter Michel, seorang psikolog pada tahun 1960 an. Ia melakukan sebuah eksperimen yang disebut eksperimen Marsmellow. Di dalam ruangan mereka diberi Marshmellow dan mereka diminta menunggu selama 15 menit jika mereka berhasil menahan diri maka anak tersebut akan diberikan hadiah dua buah marshmellow, hasilnya sebanyak 200 anak berhasil dalam eksperimen ini.
Melalui eksperimen ini mungkin kita akan berfikir bahwa ternyata anak=anak mampu mengendalikan diri. Tetapi mari kita lihat lagi betulkah mereka menahan diri karena memang ada motivasi internal? atau apakah ini karena ada janji mendapatkan dua buah marshmellow?
Hadiah tidak harus berupa benda, bisa berupa pujian, stiker bintang, stiker dibuku, atau mungkin sebuah janji. Nah ternyata hadiah tidak menimbulkan ketaatan jangka panjang. Guru yang menerapkan konsep hadiah ini kebanyakan muridnya melakukan disiplin karena ingin mendapatkan hadiah. Ini merupakan perilaku disiplin murid yang didapatkan dari motivasi eksternal. Jika guru suatu saat tidak menawarkan hadiah kepada siswa apakah siswa masih menjalankan disiplin? Ketidak efektifan hadiah untuk menciptakan efke jangka panjang diungkapkan oleh Alfie Kohn menurut Kohn ada 5 alasan untuk tidak menerapkan konesp ini.
1. Menghambat Kinerja, Kreativitas dan Motivasi Murid
Murid akan berfokus pada hadiah daripada tugas yang dia kerjakan
2. Hadiah memiliki potensi hukuman.Â
Hadiah dan hukuman sama-sama mengandung janji bahwa ada hal yang akan didapatkan murid pada akhirnya. Jika hadiah tidak tercapai akan memunculkan kekecewaan.Â
3. Menyebabkan putusnya hubungan sosial.
Murid akan menganggap siapapun yang menghalanginya memperoleh hadiah merupakan halangan dalam hidupnya. Sehingga meraka sulit untuk berteman dan hubungan sosialpun semakin jauh.Â