Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Workshop Pendidikan Karakter untuk Remaja, Pentingkah?

21 Oktober 2022   07:21 Diperbarui: 21 Oktober 2022   07:25 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karakter dalam diri seseorang bukan hanya menggambarkan diri namun secara keseluruhan juga menggambarkan citra diri bangsa. (Sumber: katadata) Ketika seseorang bergaul dalam lingkup kecil dalam suatu komunitas, karakter baik dan buruk mungkin hanya di pertanyakan dari keluarga mana kita dididik?, ketika keluar daerah pertanyaanpun lebih besar dari kota mana kita berasal? dan ketika keluar negeri orang-orang akan bertanya dari negara mana kita berasal. semua yang kita gambarkan akan membawa citra baik itu keluarga, kota dan juga negara. Dalam lingkup sekolah ketika kita berkunjung ke suatu sekolah dan para siswa menyambut kita dengan ramah maka seketika kita berfikir betapa hebatnya sekolah tersebut mendidik anak didiknya karena siswanya yang begitu sopan, ramah dan citra baik yang lain yang secara tidak langsung mewakili kualitas pendidikan dalam sekolah tersebut.

Dengan demikian pendidikan karakter dalam diri anak sangat penting karena memberikan citra positif dan budaya baik di dalam diri peserta didik.  Untuk para generasi Y atau mungkin bisa di tarik lebih ke belakang seperti generasi baby boomers, generasi x mungkin masih ingat ketika sekolah dasar, pendidikan karakter terus digalakkan setiap hari dalam beberapa kesempatan oleh guru  seperti selalu menyapa ketika berpapasan, ketika di jalan berpapasan sepeda dengan guru tidak boleh mendahului bahkan ketika berjumpa dengan guru berjalan dan kita naik sepeda selaiknya haryuys turun dari sepeda menyapa guru dan kita dapat naik sepeda lagi setelah berlalu.  

Seiring perkembangan zaman etika yang mulia itu telah bergeser. Hal itu tidak lepas dari perkembangan teknologi dan pesatnya arus informasi yang terjadi di tengah generasi millenial. Pendidikan karakter yang sebelumnya diperuntukkan dalam etika pergaulan secara langsung atau dunia nyata seperti pertemuan komunitas dan pertemuan pribadi namun sekarang mulai berkembang menjadi aturan etika secara dunia maya yang dalam hal ini justru perilaku masyarakat lebih keras karena beberapa hal dapat kita temukan meninggalkan etika baik yang berlaku dalam masyarakat. perkembangan teknologi informasi yang menggeser karakter tersebut sudah menggejala dan menyerang para remaja yang akhirnya melahirkan karakter buruk dalam beberapa hal. Dalam perjalannnya perkembangan teknologi informasi menyuguhkan terminologi baru yang sebelumnya belum pernah di kenal seperti  cyberbullying, netizen, netter, webbie, hoax, flogger, griefing, pansos dan istilah-istilah lain yang terkait dengan kecerdasan digital yang hal tersebut menggambarakan etika dan karakter dalam dunia maya.

Dari fenomena-fenomena yang terlihat maka sudah sepatutnya sekolah sebagai garda terdepan pendidikan dalam suatu negara turut berperan aktif dalam gerakan pendidikan karakter. Sekolah yang hanya terjebak dalam pendidikan akademis mungkin saja akan melahirkan siswa-siswi yang berkualitas nama hanya sebatas akademik seperti juara olimpiade, juara cerdas cermat, rangking tinggi namun dalam ber etika menunjukkan karakter yang tidak seimbang dengan prestasinya. Pendidikan etika dan karakter tidak dapat hanya diwakilkan di dalam pendidikan agama saja mengingat pendidikan agama dalam beberapa hal dalam praktiknya justru hanya menekankan hafalan dan minim praktik serta aksi nyata. Untuk itulah jika para pemimpin sekolah menyadari hal ini maka akan segera mengambil kebijakan untuk memberikan ruang pendidikan karakter untuk anak didik mereka.

Salah satu contoh yang baik yang dilakukan oleh SMP Paramount School Palembang dalam programnya sebagai salah satu sekolah penggerak di Indonesia mengambil peran aktif dalam pendidikan karakter ini. Bekerja sama dengan Magna Penta mengadakan  workshop untuk remaja dengan tema "Developing Good Character". Metode yang di berikan dalam workshop ini cukup menarik dan sesuai dengan dunia remaja yang aktif, kreatif dan memberikan ruang untuk mengeluarkan pendapat mereka. Game-game yang menarik dan diselingi dengan refleksi dari pemateri membuat para siswa menjadi mengerti makna permainan yang mereka lakukan artinya mereka tidak hanya senang bermain dan menikmatinya namun juga meresapi makna yang tersirat. 

Tidak hanya berbagai permainan menarik namun juga para peserta didik diajak untuk melakukan dinamika kelompok dengan cara diberikan satu kasus berdiskusi antar peserta dan presentasi setiap kelompok. Metode positif ini mengandung nilai demokratis dan juga leadership terlebih mereka secara bebas mengeluarkan ide mereka tanpa justifikasi dan bully karena di dampingi oleh psikolog ahli dibidangnya. Sharing melalui materi dan diskusi aktif dengan ahli psikolog inilah yang membuta mereka mengerti bagaimana semestinya beretika dan menunjukkan karakter yang baik kepada orang lain.

Dalam lingkup kecil seorang guru juga dapat meng implementasikan metode belajar yang menyenangkan seperti ini. Siswa tidak hanya di jejali dengan materi hafalan yang membosankan, meskipun menurut kita berisi materi yang baik, namun juga bagaimana materi yang baik tersebut tertanam dalam diri peserta didik sehingga dapat menjadi karakter dan mengandung nilai-nilai yang baik di dalam diri peserta didik.

Salah satu alternatif adalah memasukkan pendidikan Characater Building dalam kurikulum sekolah atau melalui kebijakan sekolah itu sendiri mengingat tidak sekolah tidak bisa terus menerus  melakukan kegiatan workshop dan pelatihan. dalam beberapa hal dapat di implementasikan dalam kebiasaan sehari-hari seperti doa` bersama, menghidupkan yel-yel kelas sebagai ciri khas untuk memulai belajar, membuat budaya positif di kelas  atau secara formal memasukkan jadwal Character Building dalam pelajaran. Jika hal ini dapat di realisasikan dengan baik, dimulai dari diri dan sekolah masing-masing bukannya tidak mungkin beberapa tahun yang akan datang akan tercipta generasi bangsa yang cerdas dan berkarakter. Itulah impian kita bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun