Bagaimana cara mengenalkan kemampuan berliterasi pada anak?Â
Hadirnya pandemi covid-19 mengakibatkan  banyak kegiatan terpaksa ditutup atau dilakukan secara daring. Termasuk salah satunya adalah sekolah daring yang mengharuskan para siswanya untuk menghadap gawai atau perangkat dengan waktu yang lama.Â
Salah satu akibat adanya belajar daring adalah hilangnya fokus pada anak. Â Menurut Frida Dwiyanti, Sampoerna Academy Primary Principal dalam Suara.com (2020) ia menyebutkan bahwa fokus berkaitan pada rentang konsentrasi anak.Â
Secara teori, usia anak adalah rentang waktu mereka dapat berkonsentrasi. Misalnya, anak berusia lima tahun, maka akan kuat berkonsentrasi selama lima menit. Sama halnya dengan anak usia tujuh tahun, maka dia akan kuat berkonsentrasi selama tujuh menit.Â
"Tapi perlu kita lihat kasusnya satu per satu. Karena anak-anak kan berbeda-beda," katanya dalam Live IG bersama Parentalk, pada Kamis 23 April 2020 (Suara.com,2020). Hilangnya fokus juag disebabkan penggunaan gawai yang berlebihan, banyak kasus para anak tidak memerhatikan pelajaran dan justru berselancar di sosial media atau bermain game.Â
Salah satu yang paling berdampak adalah minat dan kemampuan literasi pada anak. Literasi adalah istilah umum untuk menunjukkan kemampuan dan keterampilan individu dalam keahlian membaca, menulis, berbicara, menghitung angka, hingga memecahkan suatu masalah pada kehidupan sehari-hari.Â
Menurut UNESCO, pemahaman seseorang terhadap literasi akan mempengaruhi kompetensi akademik dan nilai-nilai budaya dan pengalaman orang tersebut. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. Meski begitu, kemampuan ini tidak hanya sekadar pada menulis dan membaca. Kemampuan literasi pada anak tidak melulu hanya soal membaca buku, namun lebih jauh juga kemampuan untuk berbicara.
Dalam rangka mengenalkan dan menarik minat anak terhadap literasi, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ciputra Surabaya bersama SMM (Sanggar Merah Merdeka) memberikan pengajaran dan dorongan untuk berliterasi melalui 'Panggung Cerita'. Anak-anak Kampung Tales sangat antusias dan suka bercerita terhadap orang baru, hal ini yang melatar belakangi mahasiswa FIKOM UC untuk mengajak para anak-anak mengenal literasi dengan hal yang disukainya.Â
Para anak-anak yang masih kecanduan memainkan gawai menjadi salah satu rintangan kami. Fokus anak-anak suka terpecah ketika mendengarkan materi dengan bermain gawai, namun mereka akan sangat antusias untuk bercerita ketika mereka didengarkan. Dadik Kusmadi, selaku ketua SMM sekaligus relawan pengajar mengatakan  “Anak-anak sekarang emang makin males.Â