Jika sahabatmu orang gila. Apa yang akan anda lakukan? Membenci, menjauhi atau bahkan menyayanginya. Bersahabat dengan orang gila bukanlah perkara mudah. Anda harus pintar-pintar menjadikan diri anda beradaptasi. Kadang anda harus ikut menggila, dan kadang anda harus bersikap normal. Sungguh akan terasa ikhlas orang gila bersahabat dengan anda. Apalagi anda baik hati ; sering memberi makan, menyapanya ketika menjumpainya, dan kadang-kadang anda mau mengajak jalan-jalan walau sekedar menggunakan motor tua. Kemudian apakah itu membuatmu merasa diasingi orang lain? Bisa iya bisa tidak. Jika mereka menganggap anda sudah seperti orang gila, bisa jadi anda dijauhi kemudian diasingkan. Tetapi jika orang yang menganggap anda sudah mau berpikir panjang, bahwa orang gila juga manusia maka mereka seharusnya tidak menganggap anda demikian.
Mari kita bandingkan, lebih baik mana anda bersahabat dengan orang gila atau bersahabat dengan orang yang sok baik tetapi perilakunya merampas uang rakyat? Apa-apa mengatasnamakan rakyat, namun hasilnya tidak ada yang sampai di tangan rakyat. Janji-janji palsu ketika kampanya, ingin membuktikan bahwa dirinya pantas dipilih dibandingkan dengan calon lainnya. Bukankah itu hanya sebuah omong kosong. Coba jika anda bersahabat dengan orang gila, anda tidak merasa digurui, dan bahkan anda bisa belajar darinya. Ia tersenyum dan bahkan tertawa sendiri ketika berjumpa orang lain, atau bahkan ketika sendiri tanpa ada siapa-siapapun akan tertawa sendiri. Jelaslah bahwa orang gila memiliki tingkat kebahagiaan yang luar biasa di bandingkan dengan anda mungkin.
Tetapi jika anda ditawari menjadi orang gila atau menjadi manusia normal jelaslah bahwa pilihan anda menjadi manusia normal. Anda bisa menghargai orang gila kemudian belajar banyak darinya. Tetapi orang gila akan begitu-begitu saja. Banyak tingkah laku anehnya menjadi contoh buat kita. Bayangkan saja, dulu ketika di depan rumah saya ada orang gila meminjam korek api. Kemudian ia mengumpulkan sampah dan dibakarnya. Walaupun korek api tersebut tidak pernah kembali ke tangan saya lagi. Tidak masalah bagi saya demikian itu, tetapi pelajaran mengumpulkan sampah dan membakarnya menjadi contoh yang luar biasa. Jarang saya melakukannya tetapi orang gila tersebut bisa. Terus jika demikian ini, saya dan orang gila baik mana? Saya belum ingin menjawabnya, karena saya malu sama Tuhan belum bisa melestarikan apa yang Ia berikan kepada saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H