Mohon tunggu...
ALI KUSNO
ALI KUSNO Mohon Tunggu... Administrasi - Pengkaji Bahasa dan Sastra Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur

Pecinta Bahasa 082154195383

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah SBY Memasuki "Baby Boomer"?

14 Februari 2017   07:40 Diperbarui: 14 Februari 2017   10:44 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: netralnews.com

“Tidak ada seorang pun di rumah ini yang mempedulikanku. Dulu ketika aku masih bekerja semua mendekat. Sekarang setelah aku tidak punya apa-apa, tidak seorang pun merasa kenal denganku!”teriak seseorang dari sebuah kamar.

Coba baca tuturan itu berkali-kali. Ehm, lima puluh kali lah.he. he. Jangan. Terlalu banyak. Tiga kali cukup. Menurut kalian, kira-kira berapa usia si penutur? Tepat sekali! Di atas enam puluh lima tahun. Sudah kategori manula.

Nah, sekarang, kalian identifikasi orang-orang di sekeliling rumah, sekecamatan, sekabupaten, seprovinsi, dan tokoh-tokoh di negeri ini. Adakah yang setipe dengan penutur dalam contoh tersebut. Kalau sudah teridentifikasi orang-orangnya, sekarang mari kita kaji secara ilmiah. Berdasarkan tinjauan kebahasaan.

Baiklah kita mulai. Ada teman yang curhat. Perihal perubahan kelakukan kakeknya. Sebut saja namanya Kaik (Bahasa Banjar Kalimantan Selatan: Kakek). Kini Si Kaik kelakukannya berubah. Seperti anak kecil. Inginnya dimanja. Inginnya diperhatikan. Suka curhat. Kalau tidak diperhatikan, ngambek. Pernah Kaik ngambek tidak mau makan beberapa hari. Akibatnya dehidrasi dan kurang gizi. Efeknya bisa ditebak. Badan lemas. Si Kaik pun harus dilarikan ke rumah sakit. Setelah diperiksa dokter, tidak ada sakit apa-apa.  Keluarga pun heran. Kenapa gerangan? Kok bisa begitu?

Menurut penjelasan dokter, “Kaik itu cuma ingin diperhatikan. Ndak mau dicuekin.”

O... Begitu.

Cerita seperti itu tidak hanya dari satu dua teman. Perihal sindrom manula, ada yang mengistilahkan generasi‘baby boomer’. Rata-rata pertanda tentang kaum manula memiliki pola yang sama. Tidak hanya kesamaan dalam tingkah laku, tetapi juga dalam penggunaan bahasa.

Ini sangat menarik. Fakta yang tidak terbantahkan adalah adanya hubungan kompleks antara fisik, mental, dan sosial dalam cara orang menggunakan bahasa dan cara orang lain memandang dan mereaksi bahasa itu. Kondisi fisik dan mental seseorang ikut memengaruhi perbedaan penggunaan bahasanya. Penggunaan bahasa kaum manula memiliki kesamaan pola.

Dalam artikel Bahasa dan Usia yang ditulis Jean Stilwell Peccei (2007), diungkapkan bahwa salah satu faktor yang berperan penting terhadap cara berbicara dalam situasi tertentu adalah usia dari lawan bicara. Usia penutur sangat memengaruhi gaya bicara atau tuturan. Apakah usia kanak-kakak, remaja, dewasa, ataukah manula gaya bicara atau tuturannya pun dapat terlihat perbedaannya.

Khususnya masa manula, ada istilah second childhood. Masa kanak-kanak kedua dan kembali seperti anak kecil lagi. Hal itu menunjukkan ada penyamaan secara eksplisit dalam budaya antara kelompok balita dengan manula. Balita dan manula sering dipandang sebagai orang yang sedang dalam tahap kehidupan yang problematis dan tidak berdaya.

Apabila dicermati dari penggunaan bahasa, ada kemiripan bahasa anak-anak dan manula. Kemiripan jelas terlihat dalam gaya bicara. Penggunaan kalimat yang lebih sederhana, sering mengajukan pertanyaan, sering mengulang-ulang kalimat, panggilan sayang, dan sebagainya. Ada ungkapan panggilan sayang yang digunakan untuk anak kecil juga digunakan untuk manula, misalnyalittle (kecil), dear (sayang), sweet (sayang), fussy (cerewet), stubborn (keras kepala), atau folish(lugu/bodoh/menggelikan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun