Mohon tunggu...
Ken A Rok
Ken A Rok Mohon Tunggu... Buruh - Apa yang anda pikirkan?

Bergerak dan berkarya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Karambol oh Karambol

9 Desember 2023   12:04 Diperbarui: 16 Desember 2023   21:27 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: document pribadi

Hujan yang datang tiba-tiba sore itu, memaksaku berbelok di warung lesehan. Berteduh. Secangkir kopi panas kupesan, minuman terbaik yang bisa kudapat untuk menemani sore yang dingin dan basah itu. Sekelompok orang yang sedang memainkan karambol, sepertinya tidak peduli dengan hujan yang kian deras di luar sana.
Yup karambol namanya.

"Karambol adalah permainan meja yang dapat dianggap sebagai modifikasi dari keluarga permainan biliar. Di dunia, permainan ini dikenal dengan banyak nama, seperti carrum, couronne, carum, karam, karom, karum, dan finger billiards ("biliar jari"). Permainan ini berasal dari India dan menyebar luas ke berbagai negara lainnya pada tahun 1970-an. Berbeda dari permainan meja lainnya, karambol tidak memakai stik untuk menggerakkan bola. Permainan ini menggunakan cakram kecil alih-alih bola. Penggeraknya adalah jari tangan yang disentilkan pada cakram sehingga mengenai cakram sasaran." (sumber: Wikipedia)

Ada dua kelompok saat itu bermain. Mungkin si pemilik warung menyediakan untuk para pelanggan tetapnya agar betah berlama-lama. Ya, inilah kira² yang dinamakan "invisible hand", dua kata yg pernah aku dengar waktu pelajaran ekonomi di SMA, didengungkan oleh adalah Adam Smith dibtahun 1700 an.

Si pedagang memperoleh keuntungan  jualannya laku dengan menyediakan sarana kesenangan org sekitar, pembeli merasa tidak rugi membeli segelas kopi yang penting memenuhi hasrat dan menyalurkan kesenangan. Inilah dinamakan invisible hand tukasku.

"Monggo mas kopinya" Si empu warung menyodorkan didepan duduk silaku. Membuyarkan pandangan pada para penggila karambol.
Segera ku sergap, ku tuangkan lalu ku teguk. Hangatnya merambat mulai rongga, tenggorokan dan mengendap diperut.

Ramai, riuh dan kadang kata serapah meluncur dari mulut para pemain. Kadang membuatku tergelitik untuk tersenyum.

Kala tawa membahana menunjukkan si lawan gagal atau luput membidik buah sasarannya, tak pelak pula kata kasar khas Jawa Timuran terlepas menyeruak dari mulut atas kegagalannya.

Dari beberapa set yg dimainkan, tak melulu selalu menang, begitu pula yg kalah awalnya menggerutu dan lesu menjadi tertawa lepas ketika lawannya tadi yang menang harus juga menelan kekalahan.

Saya pikir ini miniatur dari kehidupan, kadang kita merasa senang dengan keberhasilan yg kita dapatkan, disamping itu kita merasa bersalah dan gagal lalu bersedih apabila dari tujuan keinginan belum tercapai. Hidup ini memang peemainan. Kita hanya ada dua pilihan berhasil atau gagal. Berhasil jika kita mencapai atas tujuan lalu berusaha untuk mendawamkan atau mengistikomahkannya. Begitu pula acap kali harus menerima kegagalan, namun kita masih diberi kesempatan untuk belajar dari kegagalan demi tercapainya keberhasilan.

Tak terasa segelas kopi yang terhidang tinggal menyisahkan ampasnya bebarengan dengan redahnya hujan. Segera aku menyodorkan beberapa lembar uang kepada pemilik warung dan berlalu untuk melanjutkan perjalanan dengan masih di iringi tawa dan sumpah serapah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun