Hujan itu biasa. Kadang malah ditunggu-tunggu. Sebab, dengan hujan dan kuasaNya, maka tanaman terus bertumbuh. Tanpa disiram.Tetapi, pernahkah mengalami hujan deras di tengah lautan? Ketika itu, kita sedang menempuh perjalanan laut. Sungguh menegangkan. Pikiran kadang menjadi kacau. Memikirkan hal terburuk yang mungkin terjadi.
Apalagi perjalanan panjang. Bukan satu atau dua jam. Bahkan berjam-jam. Nah, ini yang saya alami.Â
Ketika mendapat tugas untuk mendampingi calon guru penggerak di kepulauan, mau tidak mau harus menjalankannya. Ini adalah tugas yang telah saya pilih. Menjadi pengajar praktik.Â
Saya tetap berangkat. Â Surat tugas yang diberikan, adalah satu amanah yang harus saya tunaikan. Semaksimal mungkin melaksanakannya.
Saya sengaja memilih transportasi yang cepat. Yakni, kapal cepat. Tujuan saya, agar tidak berlama-lama di lautan. Sebab, dengan kapal cepat, jarak tempunya 4 jam. Jika menggunakan kapal biasa, bisa 8 hingga 10 jam.
Saya memang memilih kelas eksekutif. Bukan VIP. Bukan juga kelas ekonomi. Kelas yang tengah saja. Sehingga, tidak terlalu mahal, tetapi dapat tempat yajg bagus.
Inginnya bisa tidur dalam perjalanan. Tetapi, tidak bisa. Saya terpesona demgan hamparan lautan yang tenang. Langit biru yang bertemu lautan biru di ujung sana. Infah sekali. Apalagi, saya menjumpai gugusan pulau kecil. Sejak dari pelabuhan Kalianget, Sumenep hingga pelabuhan Bato Guluk Kangean.
Mendadak suasana berubah. Langit hitam legam. Ombak laut berkejaran. Warna lautan seperti menghitam. Hujan deras menghujam.
Kantuk menjadi sirna. Berubah menjadi tegang. Sinyal HP menhilang. Praktis tidak bisa menghubungi sahabat yang menjemput saya.
Selanjutnya. Apa yang terjadi?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI