Pernahkah mendengar istilah menulis digital? Ya, menulis digital dimaknai sebagai proses menulis dengan cara mengetik secara digital (tombol-tombol/ keyboard) di perangkat digital. Bisa menulis di gawai, komputer ataupun tablet.Â
Nah, pada awalnya, mungkin menulis digital hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki perangkat digital yang mahal. Tentu saja, juga yang memiliki kemampuan menulis. Artinya, secara linguistik, ia telah mampu memahami kaidah penulisan dan kebahasaan. Sebab, menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa Indonesia yang perlu untuk terus dilatih.
Paradigma menulis digital terus mulai mengalami perubahan. Jika dahulu banyak dilakukan oleh praktisi pendidikan sekaliber dosen, justru saat ini banyak sekali seorang guru yang menjadi penulis. Bahkan, juga guru di jenjang PAUD.Â
Hal ini berarti adanya kemajuan untuk terus belajar. Belajar berliterasi. Khususnya dalam hal menulis. Sepertinya, tidak susah untuk mencari guru penulis. Banyak sahabat guru yang telah menghasilkan karya, buku.
Namun, pernahkah kita mengajak siswa menulis secara terstruktur dalam platform tertentu secara digital?
Misalnya saja, kita mengajak siswa memanfaatkan akun belajar id nya untuk menulis digital di sites google. Bukankah juga sudah disediakan oleh alat-alat GWE? Google workspace for education.
Pengalaman saya, cukup mudah mengajak siswa menulis digital. Tetapi, saya menggunakan platform lainnya. Yakni, blog. Mengapa? Sebab, dengan blog siswa lebih familiar dan mudah dipelajari dan dipraktikkan.
Caranya cukup mudah. Siswa cukup membuat akun gmail. Lalu, tinggal klik blogger.com dan melanjutkan registrasi sesuai petunjuk lanjutan.
Lalu, setelah memiliki blog, apa yang akan dilakukan siswa?Â
Siswa diberi tugas literasi menulis di blognya. Misalnya, menulis puisi, cerita, atau meresume buku bacaannya.
Hasilnya mengejutkan, luar biasa. Siswa sangat antusias menulis digital dengan bimbingan guru. Ayo, ajak siswa menulis digital berbasis blog. Selamat mencoba.