Mohon tunggu...
Ali Haikal
Ali Haikal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Bangka Belitung

Saya orang biasa yang mempunyai Hypomania dan punya hobi bermain game sekaligus cita² menjadi seorang professional e-sport player

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kurangnya Kesadaran Masyarakat dalam Membuang Sampah pada Tempatnya

6 Juni 2023   06:30 Diperbarui: 6 Juni 2023   06:45 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sampah merupakan permasalahan sosial dalam masyarakat yang sangat sulit untuk diatasi. Sampah merupakan barang yang sudah tidak berharga dan tidak memiliki nilai ekonomi di dalamnya (Alex, 2012). Pembuangan sampah yang tidak dirawat dengan baik dapat menimbulkan masalah yang besar. karena penumpukan dan membuang sampah sembarangan di lingkungan terbuka dapat mengakibatkan pencemaran tanah yang kemudian berdampak pada saluran air tanah. Begitu pula dengan pembakaran sampah dapat mengakibatkan pencemaran udara, pembuangan sampah ke sungai dan selokan dapat mengakibakan pencemaran air, dengan tumpukan sampah yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan tersumbatnya saluran air sehingga terjadi banjir (Sicular 1989).

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan tujuan pembangunan berkelanjutan yang dirancang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan maksud meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh dunia. Program SDGs ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan sosial dan ekonomi di negara-negara yang membutuhkan bantuan. Program SDGs ini memiliki 17 tujuan di dalamnya dengan harapan dapat tercapai di tahun 2030. Dalam poin ke 12 mengenai responsible consumption and production. Pengelolaan sampah yang berkelanjutan merupakan salah satu bentuk tanggung jawab atas konsumsi dan produksi yang telan dilakukan. Konsumsi yang berlebihan tentu akan menghasilkan sampah yang berlebihan sehingga mempengaruhi tempat pembuangan sampah yang ada.

Tiga perempat tempat pembuangan sampah, pantai merupakan tempat pembuangan sampah terbesar di dunia. Banyak pantai pemandian dan tempat wisata berserakan dengan bahan dan zat yang berbahaya, berbagai limbah seperti sisa jaring plastik, puntung rokok, dan sedotan plastik. Tentunya hal ini juga mempengaruhi ekosistem laut (SDGs 14). Selain ekosistem laut, sampah yang tidak dikelola dengan baik juga berdampak pada ekosistem darat (SDGs 15). Contohnya sampah plastik yang tidak dapat terurai di dalam tanah, hal ini menyebabkan sebagian besar sampah plastik menyumbat saluran air dan sungai, serta dapat ditelan oleh beberapa hewan.

Kehadiran sampah di suatu lingkungan tentu menjadi masalah yang harus diselesaikan dengan cepat. Sampah yang menumpuk akan terus meningkat seiring berjalannya waktu. Bahkan sampai saat ini masih bisa kita lihat bahwa ada banyak sekali sampah yang berserakan di pinggir jalan, bahkan di selokan, sepanjang pantai dan sungai yang mengalir pun menjadi tercemar karena tumpukan sampah yang tersebut. Kehadiran sampah di suatu lingkungan tentu menjadi masalah yang harus diselesaikan dengan cepat.

Beberapa lingkungan sering mengalami banjir yang juga merupakan salah satu dampak dari tumpukan sampah yang semakin membanyak karena mengganggu jalur aliran air. Selokan yang dipenuhi oleh sampah sering kali membuat jalanan menjadi tergenang air sehingga air keluar dari jalur yang seharusnya karena selokan tersebut dipenuhi oleh sampah yang membuat aliran air tersumbat. Namun, kesadaran masyarakat akan hal tersebut masih belum bisa membuat mereka untuk mengubah kebiasaan buruk mengenai membuang sampah sembarangan.

Pantai yang seharusnya menjadi tempat wisata tetapi lautnya dipenuhi oleh sampah-sampah dari pengunjung lain tentu membuat suasana tempat wisata tersebut menjadi kurang baik. Sudah ada beberapa program yang inisiatif membersihkan pantai dan memberi himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya. Namun para pengunjung tetap melakukan kebiasaan buruk karena terlalu malas untuk membuang sampah pada tempatnya. Mereka lebih memilih membuang sampah sembarangan yang menyebabkan sampah-sampah tersebut terbawa angin dan masuk ke air laut, hal ini juga menyebabkan dampak negatif bagi makhluk hidup yang ada di dalamnya.

Permasalahan sampah di indonesia antara lain semakin meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat setempat. Jumlah sampah yang dihasilkan oleh penduduk Kota Pangkalpinang pada tahun 2028 sebanyak 208.520 jiwa adalah 232.136,35 ton per tahun dan sampah yang bisa dikelola hanya sebesar 141.193,19 ton per tahunnya (DLH Prov. Kep. Babel 2018). Hendri (2019) mengemukakan bahwa sampah yang dihasilkan oleh penduduk Kota Pangkalpinang mencapai 160 ton hingga 200 ton dalam kurun waktu satu hari, tetapi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang memiliki luas sekitar 2,5 hektar di kawasan Parit Enam sudah melebihi kapasitas yang seharusnya sehingga membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Pangkalpinang mulai kesulitan dalam mengatasi persoalan sampah. Minimnya tempat pembuangan sampah, sampah-sampah yang menumpuk ini menjadi sarang dan tempat berkembang biak serangga dan tikus sehingga bisa membahayakan kesehatan, selain itu juga sampah menjadi sumber pencemaran tanah, udara, dan air.

Setelah diamati, tempat sampah yang ada di Pasar Pagi kini sudah tidak ada lagi. Amir Laode (2023) memberikan penjelasan bahwa kontainer sampah di Pasar Pagi ini ditiadakan, ada beberapa alasan mendasar yakni masyarakat sekitar yang dinilai kurang bisa diajak bekerja sama dalam membuang sampah, seperti membuang sampah asal-asalan sehingga membuat sampah berserakan di luar kontainer. Selain itu, sampah yang ada di kontainer tersebut lebih didominasi oleh sampah dari pemukiman warga daripada sampah yang ada di pasar tersebut. Dengan ditiadakannya kontainer sampah ini tentu semakin membuat timbunan sampah yang membuat udara semakin tercemar. 

Seperti yang kita tahu bahwa kebersihan merupakan hal yang sangat penting bagi kesehatan tubuh, tetapi kesadaran masyarakat sekitar masih kurang dalam menerapkan kebiasaan hidup bersih seperti membuang sampah pada tempatnya, terkadang alasan beberapa masyarakat membuang sampah sembarangan. Jika kita mengunjungi pasar-pasar yang ada di sekitar rumah, dapat kita lihat bahwa kebersihan di pasar sangat kurang terjaga, banyak sampah yang berserakan setelah berjualan. Tumpukan sampah yang berserakan tersebut dapat mengganggu kesehatan kita jika dibiarkan terus menerus.

Ada beberapa cara untuk mengatasi pernasalahan ini diantaranya yaitu memperbanyak tempat untuk membuat sampah, kalau bisa tempat sampah tersebut diletakkan di setiap sisi yang ada di pasar agar memudahkan para penjual dan pembeli dalam beraktivitas, melakukan sosialisasi mengenai betapa pentingnya kebersihan dengan membuang sampah pada tempatnya demi menciptakan suasana yang bersih dan nyaman. Dengan begitu kita bisa meminimalisir tumpukan sampah yang akan terjadi. Ada juga salah satu cara untuk mengurangi sampah-sampah yang berserakan dengan mendaur ulang sampah-sampah yang ada. Sebelum itu sampah-sampah tersebut harus dipisahkan terlebih dahulu antara sampah plastik, kaleng, kaca, sisa-sisa makanan agar dapat lebih mudah dalam mendaur ulang sampah-sampah tersebut. Untuk sebagian orang

yang memiliki tingkat kreativitas yang lebih tinggi mungkin lebih memilih untuk menjadikan barang-barang yang tidak terpakai itu menjadi sebuah kerajinan yang nantinya bisa dijual kepada masyarakat yang tertarik dengan kerajinan tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun