Mohon tunggu...
Lyfe

Peran Organisasi Mahasiswa dalam Menciptakan Mahasiswa yang Siap Berkontribusi dalam Kehidupan Bermasyarakat

15 Desember 2015   17:38 Diperbarui: 15 Desember 2015   18:28 1988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahasiswa, status yang di sandang oleh seorang yang baru saja tamat dari sekolah menengah atas yang memasuki perguruan tinggi untuk menyelesaikan studi sesuai dengan program yang di pilih. Bagi masyarakat jaman sekarang, apabila seseorang tidak kuliah maka kerugian besar bagi dirinya. Mengapa demikian? Meningkatnya persaingan global dan majunya teknologi membuat setiap manusia harus siap berkompetisi dan berkontribusi bagi lingkungannya. Maka disini pendidikan juga menjadi standar ukuran siap tidak nya seseorang untuk berkompetisi dan berkontribusi. Bisa dilihat dari banyaknya lowongan pekerjaan yang tersedia menuntut kriteria pelamar kerja memanglah harus seorang sarjana. Dan pantaslah apabila ada pepatah yang mengatakan, “tuntutlah ilmu sampai ke liang lahat”.

Ada 4 tipikal mahasiswa yang sedang menyelesaikan studinya di Perguruan Tinggi, yaitu mahasiswa aktivis, mahasiswa organisatoris, mahasiswa hedonis, dan mahasiswa akademik. Seorang mahasiswa dengan tipikal aktivis cenderung menyelaraskan antara kepentingan akademik, organisasi/lembaga dan masalah social. Mahasiswa aktivis memiliki idealisme yang siap mereka perjuangkan dengan resiko yang sudah mereka perhitungkan sebelumnya. Lalu ada mahasiswa dengan tipikal organisatoris, lebih mengutamakan kepentingan organisasi/lembaga dan cenderung pasif terhadap akademiknya karena kesibukannya dalam berorganisasi. Mahasiswa organisatoris biasanya belum bisa menyelaraskan antara organisasi dan akademiknya. Hal ini yang membuat mahasiswa tipikal organisatoris kacau dalam perkuliahannya karena lebih sibuk dengan program organisasinya.

Lalu ada mahasiswa dengan tipikal hedonis, melihat kata hedonis sudah dapat kita asumsikan bahwa tipikal ini merupakan mahasiswa-mahasiswi yang tergolong acuh tak acuh, tak peduli dengan segala kegiatan kampus, tak peka dengan masalah social, dan lebih mengutamakan ketenaran karena penampilan semata. Mahasiswa hedonis lebih suka mengikuti trend dan mode ketimbang mengikuti pergerakan mahasiswa yang ada di dalam kampusnya. Dan terakhir ada mahasiswa dengan tipikal akademik, mahasiswa yang memotivasi dirinya hanya untuk kuliah saja dan mencapai target-target tertentu seperti ber-IPK tinggi dan tamat secepat mungkin tanpa mengikuti kegiatan kemahasiswaan yang menyita waktu belajarnya. Motivasi mahasiswa akademik biasanya adalah tuntutan dari seseorang yang selalu mengingatkannya sehingga terfokus pada kuliahnya saja seperti orang tuanya ataupun kerabatnya. Melihat tipikal mahasiswa diatas, dapat kita simpulakan bahwa tidak semua mahasiswa peduli dengan keadaan permasalahan kampus apalagi terhadap keadaan sosial masyarakat. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, mahasiswa yang notabenenya adalah Agent of Change akan terkikis ketidak pekaan terhadap masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat kedepannya.

4 tipikal diatas merupakan buah hasil dari NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) pada tahun 1974, dimana banyaknya pergerakan mahasiswa serta menjelang kejatuhan rezim Presiden Soeharto selalu diperbaharuinya tentang NKK tersebut hingga pasca reformasi. NKK merupakan bentuk murni ketakutan pemerintah apabila para mahasiswa memiliki pemahaman dan pemikiran yang cukup kuat serta adanya wadah-wadah organisasi sebagai wadah penyaluran pemahaman dan pemikirannya tersebut. Bila hari ini kita melihat sedikitnya pergerakan mahasiswa yang memperjuangkan masalah didalam kampus/sosial, itu juga berkat adanya NKK sebagai senjata ampuh Pemerintah dalam meredam semua pergerakan mahasiswa yang bagi Pemerintah merupakan sebuah ancaman.

Peran Organisasi Mahasiswa

Organisasi mahasiswa, mendengar kata organisasi pasti yang timbul dipikiran kita adalah sebuah perkumpulan. Perkumpulan yang memiliki visi misi serta anggaran dasar anggaran rumah tangga sebagai dasar pendirian sebuah organisasi. Organisasi mahasiswa di kampus merupakan sebuah wadah berprosesnya seorang mahasiswa, berproses melalui pemikiran serta tindakan. Di organisasi seorang mahasiswa dapat mengetahui tata cara berbicara yang baik dalam forum, mengasah mental ketika berada di tengah forum, dan belajar musyawarah dalam sebuah jejak pendapat untuk menghasilkan ataupun memutuskan sesuatu.

Kampus merupakan miniatur kecil sebuah Negara, dimana di dalamnya terdapat Badan Eksekutif Mahasiswa sebagai Pemerintah yang melaksanakan sebuah program kerja serta Dewan Perwakilan Mahasiswa sebagai unsur legislatif yang merancang aturan kemahasiswaan serta melakukan pengawasan terhadap setiap program kerja yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa. Belum lagi terdapat pula Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa sebagai lembaga netral yang dibentuk sebagai penyelanggara pemilihan Presiden/Wakil Presiden Mahasiswa (Tingkat Universitas), Gubernur/Wakil Gubernur (Tingkat Fakultas), serta Walikota/Wakil Walikota (Tingkat HIMA Prodi), untuk Dewan Perwakilan dipilih dengan cara yang berbeda-beda tiap di tiap kampus. Dan untuk Universitas Bung Hatta cara yang digunakan sesuai Peraturan Rektor tahun 2008 yaitu ketika dalam Kongres Mahasiswa (Tingkat Universitas) dan Musyawarah Mahasiswa Fakultas (Tingkat Fakultas). Di organisasi mahasiswa kita benar-benar merasakan bagaimana bertanggung jawab sesuai amanah dan tugas yang kita emban untuk melaksanakannya dengan baik, terlebih juga dalam organisasi mahasiswa kita dapat mempraktekan ilmu yang kita dapatkan selama berproses didalamnya.

Ilmu apakah itu? Ilmu yang diajarkan ketika mengikuti sebuah LKMM (Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa), biasanya setiap organisasi mahasiswa selalu mengadakan LKMM sebagai bekal kita dalam berorganisasi. Biasanya yang dapat kita dapatkan adalah Manajemen Aksi, Manajemen Konflik, Kajian Strategi hingga Strategi Aksi. Semua dapat kita kuasai ketika memasuki sebuah organisasi. Percayalah, ilmu-ilmu tersebut sangat berguna ketika kita terjun dalam kehidupan masyarakat mendatang. Sehingga apabila hari ini kita masih menggunakan otot sebagai sarana untuk menyelesaikan sebuah permasalahan tetapi apabila kita telah dibekali ilmu-ilmu diatas tadi, otak lebih dominan sebagai sarana penyelesaian sebuah masalah. Di organisasi mahasiswalah kita dapat pembelajaran ilmu-ilmu yang membuat kita peka terhadap sesama, membuat kita lebih percaya diri, membuat kita lebih tenang ketika menghadapi masalah, serta sebagai miniatur tempat kita berkontribusi dalam pemikiran serta tindakan.

Dalam organisasilah juga kita belajar apa itu Team Work, bagaimana memerintah dan diperintah. Karena apabila kita ingin menjadi seorang pemimpin maka kita juga harus siap dipimpin. Ingatlah kawan, sebuah kerugian besar apabila dirimu tak pernah berproses dalam sebuah organisasi karena kehidupan bermasyarakat yang kelak akan kalian hadapi tak seindah yang kalian bayangkan. Dengan berorganisasilah kalian memiliki bekal untuk kehidupan di masa yang akan datang. Hidup mahasiswa!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun