Mohon tunggu...
Alifya Salsabila
Alifya Salsabila Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

hobi saya membaca berita

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaimana Empati dapat Menyelesaikan Konflik

2 Januari 2025   08:01 Diperbarui: 2 Januari 2025   08:01 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Clinton F. Fink (1968) menyatakan bahwa "konflik adalah hubungan psikologis antagonistik yang berkaitan dengan tujuan yang tidak sesuai, kepentingan yang eksklusif dan tidak dapat didamaikan, sikap emosional yang bermusuhan, dan struktur nilai yang berbeda. Lebih lanjut, Fink juga menyatakan bahwa konflik adalah interaksi antagonistik yang mencakup hal-hal lahiriah. perilaku yang terlihat jelas, mulai dari bentuk perlawanan yang halus, terkendali, tersembunyi, tidak langsung, hingga bentuk perlawanan terbuka, maupun kekerasan yang tidak terkendali. Konflik tidak dapat dihindari bagi setiap makhluk sosial namun dapat ditangani dengan baik, yaitu dengan empati. Bentuk konflik ada dua yaitu konflik fungsional adalah Upaya untuk berdamai dan menyelesaikan perselisihan sedangkan konflik disfungional biasanya melibatkan permusuhan timbal balik atau kemarahan yang berkepanjangan sehingga terbentuk emosi negative. Sedangkan kemampuan empati adalah kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain, kemampuan empati untuk menyelaraskan diri dengan yang mungkin dirasakan dan dipikirkan orang lain tentang suatu situasi betapapun berbedanya pandangan itu dengan pandangan seseorang.

Empati juga menjadi inti dari kepedulian dan kasih sayang dalam hubungan emosional, memungkinkan individu untuk meresapi dan memahami pengalaman subjektif orang lain. Bahkan empati menjadi cara paling efektif dalam memahami, mengenali, dan mengevaluasi orang lain. Melalui empati, individu mampu merasakan kebutuhan, aspirasi, keluhan, kebahagiaan, kecemasan, sakit hati yang dirasakan orang lain. Sehingga empati membantu menciptakan lingkungan di mana individu merasa didengar dan dihargai, mengurangi kemungkinan konflik berulang. Sering kali seseorang yang merasa pencapaiannya tertinggal, kurangnya pemahaman akan kebutuhan, kurang percaya diri untuk mengungkapkan kendala apa yang sedang dialami, maupun adanya konflik yang belum terpecahkan menjadikan bahwa orang lain perlu memiliki empati pada dirinya, sehingga harus memanfaatkan empati yang mengarah pada penyelesaian konflik yang efektif. Pertambahan usia dapat mempengaruhi empati, semakin bertambah usia seseorang makan semakin berkembang juga kemampuan empatinya. Orang yang lebih tua memiliki pandangan yang luas mengenai berbagai hal, sehingga dapat menentukan perilaku apa yang perlu diambil untuk menghadapi sebuah dinamika dalam kehidupan.

Perilaku yang sering diremehkan adalah mengembangkan empati. Padahal empati merupakan aspek penting karena jika seseorang merasa aman dalam mengekspresikan diri cenderung bisa bekerja lebih baik, bahkan dapat mengeksplorasi diri yang jauh lebih baik, sehingga diperlukan untuk berlatih mendengarkan secara aktif tanpa membuat asumsi tentang perilaku, suku, agama, maupun ras, menempatkan diri pada posisi orang lain adalah mampu menerima sudut pandang yang berbeda dari lawan bicara, serta mempertimbangkan situasi dari perspektif orang lain, merupakan Langkah pertama menuju empati. Ketika prespektif telah menerima maka yang selanjutnya dilakukan adalah komunikasi terbuka yang bertujuan untuk mengurangi kesalah pahaman yang memicu timbulnya konflik, sehingga memberi perasaan membangun, dan menjunjung tinggi rasa hormat kepada sesama dan disarakan untuk memberi atau memberi feedback yang sesuai pada focus utamanya. Dan mendorong setiap individu untuk selalu menerima tantangan baru sebagai peluang untuk terus belajar dan berkembang, dan beranggapan bahwa kemunduran adalah hambatan sementara yang dapat Kembali awal apabila selalu berusaha dan paham akan apa yang menjadi permasalahan tersebut yang tak kalah penting adalah selalu mudah untuk beradaptasi akan berubahan dan selalu bersikap terbuka tentang keadaan yang merupakan strategi agar selalu survive terhadap apa yang dilakukannya.

Memiliki rasa empati yang tinggi dapat meningkatkan keinginan menolong seseorang, sehingga memiliki motivasi yang besar untuk melakukan Langkah menolong sesama dan dapat memotivasi seseorang untuk melakukan Langkah menolong dan memiliki perasaan senang apabila telah menolong orang lain. Empati juga sangat diperlukan dalam menumbuhkan rasa memberikan bantuan kepada orang lain dengan memberikan ras anyaman dan aman Ketika menghadapi permasalahan. Empati juga difungsikan untuk menghidari kesalahpahaman Ketika berkomunikasi. Empati difungsikan menjadi sebuah langkah dalam menghindari kesalahpahaman pada saat berkomunikasi. Contohnya adalah ketika seseorang memiliki sebuah janji temu dengan orang lain namun didalam perjalanan terjadi musibah yang tak terduga yakni kecelakaan. Jika rasa empati tersebut hadir dalam hatinya maka keduanya akan memutuskan mengganti hari janji temu tersebut. Tidak dapat langsung menganggap bahwa tidak menepati. Pada saat itu juga seseorang memiliki kesempatan untuk saling tolong menolong terhadap sesame sebagai empati menyelesaikan konflik.

Situasi psikologis keluarga yang baik juga sangat berpengaruh dalam membangun empati dengan cara keluarga memberi pengarahan agar anak mau peduli terhadap orang lain., membantu orangtua dirumah, menjenguk teman yang sakit dan bergotong royong dilingkungan sekitar rumah. Namun dilihat dari perkembangan di era sekarang nilai empati sudah mulai luntur, sebab zaman sekarang tidak terlepas dari semakin canggih teknologi yang membuat remaja lebih memilih melakukan hal-hal yang berhubungan dengan teknologi yang mudah dan cepat untuk memperoleh sesuatu sesuatu yang diinginkan.

Karena situasi inilah terdapat dimensi dimensi yang menyatakan bahwa empati menyelesaikan konflik, yang pertama ialah Dimensi afektif, adalah kemampuan memahami perasaat orang lain sehingga saling memahami antar individu, dengan inilah individu dapat lebih terbuka terhadap prespektif orang lain untuk meminimalisir terjadinya konflik karena perbedaan yang ada. Yang kedua adalah Dimensi moral yang digunakan untuk menggambarkan motivasi yang memandang kebaikan orang lain yang menjadi motivasi untuk menciptakan prespektif positif yang memungkinkan mengurangi terjadinya konflik, sehingga dapat membangun rasa saling memahami antar sesama dan dapat meredakan ketegangan serta mencegah timbulnya konflik. Yang ketiga adalah Dimensi kognitif adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memahami emosi orang lain. Sebab dengan kemampuan untuk mengindentifikasi dapat membuka komunikasi yang efektif, menghindarkan kesalahpahaman dan orang lain merasa dihargai sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya konflik akibat kesalahpahaman atau ketidaksetujuan. Dan yang terakhir adalah Dimensi perilaku yaitu dengan kemampuan untuk menyampaikan pemahaman tentang emosi orang lain kepada mereka dengan cara yang tegas. Adanya kemampuan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang lebih positif, dengan melibatkan kesediaan individu untuk beradaptasi, berkomunikasi dengan baik, dan dapat merespon segala stimulus dengan bijaksana. Dengan begitu inidvidu dapat meminimalkan terjadinya konflik dan membangun hubungan yang lebih harmonis.

Pada keseluruhan dimensi dimensi itulah yang menunjukkan kemampuan untuk dapat memahami apa yang dirasakan orang lain sehingga setiap individu dapat dengan bijak meminimalisir ketegangan yang ada karena adanya keberagaman. Selain itu semua individu memiliki kemampuan unutuk dapan melihat kebaikan orang lain sehingga mereka mereka dapat menerima keputusan orang lain dan tidak menganggap bahwa pilihannya adalah yang paling benar. Bahkan dapat menunjukkan kemampuan untuk dapat memahami emosi yang dirasakan individu lain sehingga mereka dapat mengurangi adanya kesalahpahaman dengan individu lain. Kemudian individu tersebut dapat menunjukkan kemampuan untuk dapat lebih bijak dalam merespon stimulus yang mereka tangkap sehingga dapat meminimalkan konflik dan menciptakan hubungan yang harmonis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun