Terjadinya krisis ekonomi di Sri Lanka disebabkan oleh kesalahan presiden Gotabaya Rajapaksa. Krisis ekonomi ini disebutkan menjadi yang terburuk sepanjang sejarah Sri Lanka.
Dilansir dari kompas TV, Covid-19 menjadi penyebab utama krisis ekonomi ini terjadi di Sri Lanka. Selain itu presiden Gotabaya Rajapaksa dituduh melakukan tindak korupsi, sehingga mengakibatkan utang luar negeri yang melimpah sebesar 51 miliar dolar AS. Diantara utang tersebut harus dibayar akhir tahun 2027 sebanyak 28 miliar.
Kejadian krisis ekonomi di Sri Lanka mengakibatkan kebangkrutan bagi negara dan rakyatnya. Seperti kesulitan dalam mencukupi keperluan bahan pokok seperti makanan, bahan bakar yang mulai langka, sehingga menyebabkan antrian panjang tiap harinya. Selain itu, pemadaman listrik pun terjadi di sebagian besar wilayah Sri Lanka. Dan kegelapan pun terjadi di tiap malamnya.
Seperti beberapa foto dan video yang beredar di Twitter bahwa ribuan demonstran memaksa masuk ke kediaman resmi dan kantor presiden Rajapaksa. Didalam foto dan video itu polisi Sri Lanka berusaha menghalangi ribuan demonstran yang memaksa masuk, namun terjadinya kerusuhan yang mengakibatkan sekurang-kurangnya 34 demonstran terluka.
Pemuka agama dan kalangan aktivis turut memukul mundur kekuasaan presiden Rajapaksa yang dianggap telah kehilangan kepercayaan seluruh rakyatnya, dari kalangan aktivis maupun pemuka agama.
Kemudian, PM Mahinda Rajapaksa dan 3 anggota keluarga lainnya mundur pada Senin (9/5/2022). Hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kerusuhan yang makin parah dan meluas atas protes yang dilakukan oleh rakyat.
Dilansir dari kompas.com, Akhirnya, Gotabaya Rajapaksa digantikan oleh presiden Ranil Wickremesinghe. Yang melakukan tindakan protes saat kekuasaan berada di tangan Rajapaksa serta membantu mengungkap persembunyian keluarga Rajapaksa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H