Mohon tunggu...
Alif Syuhada
Alif Syuhada Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

https://alifsyuhada.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mencetak Generasi Merdeka dengan Platform Merdeka Mengajar

31 Maret 2023   17:20 Diperbarui: 31 Maret 2023   17:28 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencetak generasi merdeka tentu diawali dengan cara mengajar yang merdeka. Konsekuensinya, guru harus menjadi pribadi yang merdeka terlebih dahulu. Jika ingin menggunakan Kurikulum Merdeka, guru harus mengubah mindset serta kebiasaan mengajar kuno dan kurang relevan. Tapi, berubah tentu bukanlah perkara mudah.

Dengan keterbatasan fasilitas dan kemampuan finansial, tak semua guru berkesempatan melakukan pengembangan diri. Tak semua sekolah bisa rutin mengadakan studi banding, workshop, atau pelatihan peningkatan profesi. Padahal guru dituntut untuk aktif, inisiatif dan kreatif dalam merancang kurikulum operasionalnya sendiri dalam sistem Kurikulum Meredeka.

Untunglah Kemendikbudristek sudah menciptakan Platform Merdeka Mengajar. Dengan memanfaatkan platform ini, guru dapat mengembangkan diri dengan mudah dan murah. Guru dapat mengakses contoh kurikulum operasional, RPP, modul pembelajaran, dan referensi pembelajaran Kurikulum Merdeka kapanpun dan dimanapun sebab sudah berbasis internet. Jadi, guru tak perlu membuat dokumen pembelajaran dari nol.

Selain itu, Platform Merdeka Mengajar juga membantu guru terhubung dengan komunitas seprofesi dimana mereka bisa saling berbagi, berdiskusi, dan merefleksikan pengalaman pengajarannya. Mereka juga dapat mengakses video inspirasi maupun webinar. Dengan demikian, guru selalu mendapatkan masukan dan inspirasi untuk melakukan inovasi pembelajaran.

Untuk menambah pemahaman tentang manfaat dan cara penggunaan Platform Merdeka Mengajar, anda bisa tonton video berikut:

Penutup

Sebetulnya tidak ada murid yang bodoh, tapi mereka hanya tidak mendapat kesempatan untuk hidup menurut kodratnya. Jangan sampai kurikulum, guru, dan orang tua menjadi penghambat anak berkembang sesuai potensinya. Mendidik anak tidak sesuai kodratnya berarti sengaja membuat mereka bodoh dan tidak merdeka.

Belakangan saya tahu, murid saya dulu itu sekarang sudah menjadi mahasiswi keguruan jurusan Bahasa Inggris. Wah, apakah ini sebuah kebetulan belaka? Dengan adanya Kurikulum Merdeka, saya yakin dia tak akan mengulangi kesalahan yang sama ketika saya mengajarinya dulu. Ia juga akan menjadi guru Bahasa Inggris yang lebih baik daripada saya dengan memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun