Mohon tunggu...
Alif Syuhada
Alif Syuhada Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

https://alifsyuhada.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mencetak Generasi Merdeka dengan Platform Merdeka Mengajar

31 Maret 2023   17:20 Diperbarui: 31 Maret 2023   17:28 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu." Ki Hajar Dewantara

Saya bukan seorang guru. Tapi saya pernah menempuh kuliah di fakultas keguruan. Meski hanya sesaat, saya pernah merasakan pengalaman mengajar murid melalui program magang menjadi guru sekolah. Kalau tidak salah, program itu saya jalani pada tahun 2015.

Selama satu bulan, saya ditempatkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri wilayah kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Saya mengampu mata pelajaran (Mapel) Bahasa Inggris. Saya berbaur dengan anak-anak selama tujuh jam dalam sehari.

Kala itu, saya masih menjadi mahasiswa penuh semangat membawa idealisme mengajar. Saya membayangkan metode-metode yang dipelajari di kuliah akan membuat peserta didik mahir berbahasa Inggris.

Silabus yang dibuat setiap malam menjadi tumpuan saya mengajar esok hari. Semua aktifitas mengajar telah direncanakan secara terperinci dalam silabus, mulai dari materi, metode, hingga aktifitas per menitnya. Pokoknya harus perfect.

Namun seiring hari berlalu, saya berjumpa dengan beragam problem dalam dunia pendidikan. Ada banyak hal yang tak terbayang ketika masih duduk di bangku kuliah. Banyak poin dari silabus yang tidak berjalan mulus di lapangan. Terkadang pakem-pakem silabus malah membuat proses mengajar tidak fleksibel.

Tak hanya itu. Metode pengajaran dalam silabus terkadang tidak cocok dengan kondisi murid yang sangat beragam dari segi karakter, minat, dan keahlian dominannya.

Ada yang pintar sebab keluarganya punya fasilitas mendukung untuk belajar di rumah, ada pula yang kesusahan mengikuti materi sebab waktunya banyak tersita untuk membantu orang tua di rumah. Ketimpangan semacam ini tidak bisa diakomodir dalam satu macam silabus.

Lalu, tak semua murid menyukai Bahasa Inggris. Padahal, saya sudah coba mempersuasi mereka, seperti menjelaskan bahwa Bahasa Inggris berguna buat main game online hingga kegunaannya dalam dunia karir ke depan.

Saya menjadi gamang. Manakah yang harus saya pilih; antara disiplin mengejar target silabus dengan konsekuensi memaksa murid untuk mengerti pelajaran atau menyesuaikan kondisi murid tapi keluar dari pakem silabus?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun