Kurikulum merdeka merupakan kurikulum terbaru yang diterapkan kemdikbud. Dalam kurikulum ini terdapat beberapa hal baru yang dapat kita temui, salah satunya ialah penyederhanaan administrasi.
Bagaimana dampaknya terhadap kualitas pembelajaran di sekolah.
Administrasi sebelum adanya kurikulum merdeka terdiri dari Program Tahunan, Program Semester, Analisis SK dan KD, Silabus dan RPP. Selain itu juga ada analisis penilaian dan rubriknya.
Administrasi RPP sebelum kurikulum merdeka terdiri dari identitas, tujuan, SK dan KD, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran yang detail tiap tahapannya serta lembar instrumen penilaian. RPP untuk satu BAB bisa terdiri dari 4 pertemuan, dimana ketebalan berkas RPP bisa mencapai 30 halaman lebih. Hal ini belum ditambah dengan dokumen administrasi lain.
Jika melihat hal tersebut, artinya dokumen yang diperlukan guru untuk mengajar sangatlah banyak. Penyusunan Administrasi ini tentunya memerlukan waktu yang lama.
Menurut penulis, berangkat dari hal tersebutlah kemudian kemendikbud membuat program baru yakni RPP 1 lembar. Isi dari RPP tersebut tidak lah banyak, cukup identitas, tujuan belajar, langkah pembelajaran dan poin penilaian. Meskipun singkat namun isi yang terkandung didalamnya esensial. Tujuan dari RPP 1 lembar ialah memudahkan para guru untuk menyusun perencanaan pembelajaran serta memaksimalkan waktu yang ada. Waktu tersebut dapat dimaksimalkan oleh pengajar untuk merancang dan mempersiapkan pembelajaran yang bermakna dan berdampak pada siswa.
Apakah program ini dapat dikatakan berhasil. Dari sini yang dapat menilai langsung ialah para siswa dan juga atasan dari guru. Jika pengawasan dan mentoring dilaksanakan dengan baik maka siswa sebagai penerima pembelajaran dapat merasakan kualitas belajar yang terlaksana.
Jika administrasi sudah dipermudah maka seharusnya harapan pembelajaran berkualitas diperoleh.
Materi yang diajarkan pun juga lebih sedikit namun mendalam. Jumlah Bab tiap pelajaran yang awalnya sampai 10 lebih kemudian disederhanakan menjadi 5 atau 6 Bab saja.
Penyederhanaan materi ini ditujukan agar para siswa tidak terbebani dengan jumlah bab yang diajarkan guru. Siswa diharapkan dapat lebih mengerti dan memahami materi yang diajarkan serta lebih berdampak bagi kehidupan mereka.
Jenis dan model pembelajaran yang dilakukan guru juga diharapkan lebih bervariasi dan bisa menerapkan model pembelajaran tingkat tinggi.
Hal ini sudah sejalan dengan asesmen yang diberikan pada siswa. Asesmen model HOTS (high order thinking skill) cukup sulit untuk diselesaikan siswa. Asesmen model HOTS sulit diselesaikan siswa apabila para siswa tidak terbiasa berlatih berpikir tingkat tinggi salam pembelajaran di kelas. Sehingga sudah rulenya pembelajaran dikelas menerapkan model pembelajaran tingkat tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H