Kali ini kita akan membahas film yang berkaitan dengan tema diatas, Tema ini diambil dari  film SURAT DARI PRAHA ,film yang menyentuh hati ini mengangkat fenomena dari politik tanah air kita tercinta
Tidak perlu basa-basi lagi mari kita simak review singkat film SURAT DARI PRAHA
Surat dari praha merupakan film yang diterbitkan pada 2016,film ini bergenre drama romantic yang melebatkan beberapa tokoh papan atas seperti Angga Dwimas Sasongko (Sutradara),M.Irfan Ramli (Penulis),Visinema Pictures (Produksi),dan beberapa peran tokoh didalam crita yakni Julie Estelle sebagai Larasati,Tio Pakusadewa sebagai Jaya,Widyawati sebagai Sulastri serta Rio Dewantara sebagai Dewa.
Film ini mengisahkan seorang anak perempuan yang berwatak keras bernama Larasati untuk memenuhi wasiat ibunya Sulastri.Sebelumnya mereka memiliki hubungan yang kurang baik didalam keluarga antara ibu dan anak. Larasati beranggapan bahwa ibunya bersifat sangat cuek kepadanya. Namun,keadaan itu tidaklah benar didalam hati. Sulastri,hingga suatu ketika Ibunya terbaring di rumah sakit dan tak bisa berkata apa-apa. Disaat seperti itu pun Larasati tidak menghiraukan bahkan ia meminta surat rumah milik ibunya untuk diberikan kepadanya hal itu dikarenakan Larasati sedang menghadapi sebuah masalah perceraian dan perlu biaya tambahan untuk proses penceraian.
Usai ibunya wafat setelah sakit dirumah sakit,Larasati pun diberikan sebuah tugas untuk memenuhi wasiat yang diberikan oleh ibunya jika Larasati ingin memiliki rumah milik ibunya. Tugas itu adalah Larasati diperintahkan untuk mengantar sebuah kotak yang isinya surat-surat untuk Jaya di Kota Praha,Republik Ceko.
Setelah Larasati sampai di tempat Jaya,Larasati pun tidak disambut dengan baik, bahkan Jaya menolak untuk menerima surat yang diberikan oleh Larasati yang diketahui surat itu dari Sulastri dan Jaya bahkan langsung menandatangani bukti wasiat sudah diselesaikan.Pertemuan mereka bahkan berujung pada pertengkaran.
Pertemuan Larasati dengan Jaya membuka banyak hal tentang masa lalu keluarga,luka batin hingga termasuk gelapnya sejarah bangsa IINDONESIA,dan Larasti akhirnya tau siapa Jaya sebenarnya,ia adalah mantan tunangan ibunya yang tidak bisa menikahinya dan kembali ke INDONESIA. Larasati dengan emosinya mengatakan bahwa Jaya yang membawa hal buruk di kehidupannya. Termasuk almarhumah sang ayah Larasati yang sudah meninggal lebih dulu.
Jaya pun menjelaskan,hal itu dikarenakan adanya perubahan situasi politik di INDONESIA yang membuat Jaya menetap selamanya di Praha. Dari situlah Larasati mulai belajar untuk memaafkan masa lalunya yang membuat keluarganya hancur dan tidak harmonis. Akan tetapi Jaya menyangkal dan membantahnya karena pada kenyataannya yang dialami Jaya pun berbeda keadaannya,Jaya sering menulis surat kepada Sulastri dengan tidak bermaksud untuk merusak rumah tangganya bahkan dia tidak tau bahwa Sulastri sudah berumah tangga tau belum  dan dia sering mengirim surat-surat kepada Sulastri sampai dia beranggapan bahwa tidak ada satupun surat yang tersampaikan kepada Sulastri dikarenakan dia tidak menerima satu balasan suratpun dari Sulastri.
Jaya pun tidak mau dituduh hal yang tidak-tidak oleh anak mantan tunangannya ini. Ia menjelaskan peristiwa yang sebenarnya kejadian yang sebenarnya kenapa ia tidak bisa pulang. Selain disebabkan oleh keadaan politik, Jaya sebagai salah satu mahasisawa ikatan dinas di Praha menentang pemerintahan Orde Baru,Keputusan Jaya ini lah yang membuat Jaya kehilangan Kewarganegaraan.