Apa yang Dihasilkan dari Deklarasi Ketahanan Energi Berkelanjutan Melalui Interkonektivitas dan Integrasi Pasar Dalam Pandangan Infrastruktur? Simak Hasilnya Bagi Indonesia!
Indonesia patut berbangga diri atas pencapaian dengan akhir Tahun 2022 hingga pertengahan Tahun 2023 yang sangat sibuk, tetapi memberikan banyak kesan terhadap pemimpin negara, karena Indonesia telah menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali yang dihadiri para kepala negara dan delegasinya pada pertengahan November 2022, KTT G20 yang diadakan di Bali memberikan kesan positif dan memberikan hasil yang sangat bagus, baik untuk Indonesia maupun negara-negara G20 beserta mitra. Kemudian, tak lelahnya dengan pencapaian KTT G20, Indonesia menjadi tuan rumah bagi KTT ASEAN ke-42 yang diadakan pada Mei, 2023 kemarin di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Dengan mengusung tema "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth" dalam KTT ASEAN ke-42 meyakini bahwa ASEAN bisa dan dapat menjadi pusat dari pertumbuhan, hal ini memberikan Indonesia ruang lebih untuk memberikan berbagai rekomendasi dan pandangannya terhadap isu-isu krusial di ASEAN maupun di dunia. Indonesia berupaya memperkuat posisi ASEAN sebagai kawasan yang stabil dan damai. Indonesia juga berupaya secara konsisten menjunjung tinggi hukum internasional, memperkuat kerjasama dan tidak menjadi proksi dari kekuatan manapun, sehingga ASEAN mampu menjadi kawasan yang kuat, inklusif, serta memiliki pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan kesepakatan yang ada dan tema serta pembahasan yang telah dirunut, setidaknya ada 16 Priority Economic Deliverables (PED) atau 16 Agenda Prioritas Indonesia dalam Keketuaan Asean 2023. Agenda tersebut menjadi hal yang sangat penting dibahas, karena krusial dan penting bagi isu saat ini. Termasuk di dalamnya terdapat isu keberlanjutan yang dimana dalam salah satu poinnya adalah deklarasi ketahanan energi berkelanjutan melalui interkonektivitas dan integrasi pasar. Indonesia sangat mendorong interkonektivitas energi di Kawasan Asia Tenggara sebagai isu keberlanjutan dalam keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023 dalam sektor energi menitikberatkan fokusnya pada "Achieving Sustainable Energy Security Through Connectivity" atau pencapaian ketahanan energi berkelanjutan melalui interkonektivitas.
Hal ini menjadi penting, mengingat bahwa ketahanan energi adalah kunci untuk menggerakkan mesin pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN. ASEAN telah tumbuh dan menjadi kawasan terdepan bagi pembangunan ekonomi global dan diproyeksikan akan terus tumbuh sampai lima tahun ke depan. Sumber energi yang beragam dan melimpah di kawasan ASEAN harus dimanfaatkan dan disinergikan untuk memenuhi kebutuhan wilayah ini. Untuk membangun infrastruktur ini merupakan hal yang berat, sulit, dan menelan biaya yang sangat besar, mengingat wilayah Asia Tenggara itu tidak di satu daratan, tetapi berpulau-pulau yang tersebar luas, tidak seperti Asia Tengah dan Asia Timur. Asia Tenggara itu sangat unik, sehingga diperlukan effort lebih dalam membangun infrastruktur deklarasi ketahanan energi berkelanjutan melalui interkonektivitas dan integrasi pasar.
Karena ketahanan energi sangatlah penting, sehingga penting untuk memahami dan menjalankan peran ketahanan energi yang terbarukan dengan penggunaan sumber daya energi yang tidak terbatas atau dapat diperbaharui secara alami dalam jangka panjang, tanpa merusak lingkungan dan tanpa menghabiskan sumber daya yang tidak dapat diperbarui. Ini berkontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan dengan menjaga keseimbangan antara kebutuhan energi saat ini dan kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sumber energi berkelanjutan meliputi energi terbarukan, seperti energi surya, energi angin, energi air, energi geotermal, dan biomassa. Sumber-sumber ini dapat diperbaharui secara alami dan tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca yang berkontribusi pada perubahan iklim. Di sisi lain, energi fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, tergolong dalam sumber energi terbatas yang menyebabkan polusi dan pemanasan global.
Pengembangan dan penerapan energi berkelanjutan melibatkan beberapa aspek, seperti efisiensi energi, diversifikasi sumber energi, peningkatan teknologi, kebijakan dan regulasi yang mendukung, serta kesadaran masyarakat terhadap pentingnya penggunaan energi yang berkelanjutan. Efisiensi energi melibatkan penggunaan teknologi yang lebih efisien untuk mengurangi konsumsi energi tanpa mengorbankan kualitas layanan. Diversifikasi sumber energi berarti memperluas portofolio energi untuk mengurangi ketergantungan pada satu jenis sumber energi. Pengembangan teknologi meliputi penelitian dan inovasi dalam bidang energi terbarukan dan penyimpanan energi. Selain manfaat lingkungan, energi berkelanjutan juga memiliki dampak ekonomi yang positif. Penerapan energi berkelanjutan dapat menciptakan lapangan kerja baru dalam sektor energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada impor energi. Selain itu, energi berkelanjutan dapat meningkatkan akses energi bagi masyarakat yang belum terlayani, terutama di daerah terpencil atau daerah yang sulit dijangkau oleh jaringan energi konvensional.
Penting untuk mencapai transisi yang berkelanjutan menuju penggunaan energi berkelanjutan dengan memprioritaskan investasi dalam infrastruktur yang mendukung energi terbarukan, mendorong inovasi teknologi, dan mengadopsi kebijakan yang mempromosikan penggunaan energi yang berkelanjutan. Dengan demikian, energi berkelanjutan dapat menjadi pilar utama dalam pembangunan yang berkelanjutan dan memastikan ketersediaan energi yang handal untuk generasi saat ini dan masa depan.
Deklarasi Ketahanan Energi Berkelanjutan melalui interkonektivitas dan integrasi pasar dalam pandangan infrastruktur adalah pendekatan yang menggabungkan upaya untuk memastikan pasokan energi yang berkelanjutan, efisien, dan handal dengan fokus pada pengembangan infrastruktur yang terhubung dan terintegrasi dengan baik. Interkonektivitas dalam konteks ini mengacu pada koneksi fisik antara berbagai sumber energi, baik di dalam negeri maupun lintas negara. Hal ini melibatkan pengembangan jaringan transmisi dan distribusi yang memungkinkan transfer energi antara wilayah yang berbeda. Interkonektivitas ini dapat memaksimalkan pemanfaatan sumber energi terbarukan yang tersedia di suatu wilayah dan mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil yang terbatas.
Integrasi pasar energi merujuk pada pengembangan sistem pasar energi yang terhubung secara regional atau internasional. Ini melibatkan harmonisasi regulasi, kebijakan, dan mekanisme perdagangan energi antara negara atau wilayah yang berpartisipasi. Integrasi pasar energi dapat meningkatkan efisiensi, keandalan, dan fleksibilitas pasokan energi, serta mendorong penggunaan energi terbarukan secara lebih luas. Dalam pandangan infrastruktur, deklarasi ini menekankan pada pembangunan dan pengembangan infrastruktur yang mendukung interkonektivitas dan integrasi pasar energi. Hal ini melibatkan investasi dalam jaringan transmisi yang kuat dan terhubung dengan baik, serta fasilitas penyimpanan energi yang dapat membantu mengatasi fluktuasi produksi energi terbarukan. Infrastruktur yang kuat dan terintegrasi juga harus mampu menangani teknologi energi baru, seperti jaringan listrik cerdas dan mobil listrik.
Pendekatan ini berpotensi memberikan beberapa manfaat. Pertama, interkonektivitas dan integrasi pasar energi dapat membantu mencapai diversifikasi sumber energi dan mengurangi risiko pasokan yang terkait dengan ketergantungan pada sumber energi tunggal. Kedua, ini dapat mendorong penggunaan energi terbarukan yang lebih luas dengan memfasilitasi transfer energi terbarukan dari wilayah dengan potensi tinggi ke wilayah dengan permintaan yang lebih tinggi. Ketiga, deklarasi ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan energi dengan memungkinkan penggunaan sumber daya yang tersedia secara optimal di seluruh wilayah terhubung. Namun, implementasi deklarasi ini juga memiliki tantangan. Salah satunya adalah koordinasi yang diperlukan antara negara atau wilayah yang berpartisipasi dalam interkonektivitas dan integrasi pasar energi. Harmonisasi kebijakan, regulasi, dan standar menjadi penting untuk menciptakan kerangka kerja yang solid. Selain itu, investasi yang substansial dalam infrastruktur diperlukan untuk membangun jaringan yang kuat dan terintegrasi.
Progres di tahun 2022, jaringan listrik di Laos, Thailand, Malaysia, dan Singapura telah terkoneksi melalui Lao PDR, Thailand, Malaysia, Singapore Power Integration Project (LTMS-PIP), yang terbukti telah meningkatkan pemanfaatan sumber energi terbarukan serta menambah ketahanan dan stabilitas jaringan listrik di sub-regional tersebut. Semoga pada tahun 2023 dan selanjutnya dapat mengkoneksikan seluruh Asia Tenggara dengan energi yang terbarukan dengan terus mengangkan 16 agenda prioritas ini agar infrastruktur untuk energi terbarukan yang tidak murah ini tidak berhenti di KTT ASEAN Ke-42, tetapi seterusnya hingga penggunaan energi terbarukan dapat dicapai dan ketahanan energi menjadi hal yang sudah terkonektivitas di ASEAN.