Mohon tunggu...
Agung S Raharjo
Agung S Raharjo Mohon Tunggu... -

terus belajar untuk mencintai negeri ini

Selanjutnya

Tutup

Politik

PKS 3 Besar? Apa Mungkin?

17 Mei 2013   07:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:27 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menarik jika menyimak pemberitaan diberbagai media massa, baik elektornik maupun cetak, seputar perseteruan antara KPK dan PKS. Tentu munculnya perseteruan ini lebih dahulu diawali dengan drama penangkapan AF dan ustad LHI yang pada perjalanan kasus hukumnya akhir-akhir ini memang menimbulkan beberapa kejanggalan yang akhirnya memunculkan istilah kriminalisasi. Atau jika kita sering menyimak komentar Fahri Hamzah, maka kasus LHI ini menurut dia telah di Festivalisasi. Apapun itu istilah kejanggalan yang menimpa LHI memang layak untuk dituntaskan serta dikuak bagaimana sebenarnya. Jangan sampaidrama kasus daging ini tak lain memang sebuah drama yang sedang dimainkan.Yang pada puncaknya semua ini memang tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Kalau memang benar demikian maka bagi penulis KPK memang sudah pantas untuk dibubarkan.

Namun, bukan pada tataran analisa hukum penulis ingin melihat rentetan peristiwa ini akan tetapi pada sisi lain yakni target PKS untuk menjadi 3 (tiga) besar dalam pemilu yang akan diselenggarakan tahun 2014. Pertanyaan sederhana yang acap kali muncul yakni, apakah bisa PKS memenangkan pertarungan politik untuk kemudian menisbahkan diri menjadi partai pemenang yang masuk dalam3 besar?Tentu akan banyak argumentasi dalam menjawab pertanyaan ini. Tapi mari kita sekilas melihat track record PKS didalam mengelola organisasi politik ini. Partai ini diawal kemunculannya tahun 1998 bernama Partai Keadilan (PK) kemudian bermetamorfosa menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Perubahan nama ini sebagai konsekwensi dari UU Pemilu Nomor 3 Tahun 1999 tentang syarat batas minimum keikutsertaan parpol pada pemilu berikutnya sebesar 2 persen, istilah kerennya yakni electoral threshold.Tanpa banyak kata, karena tidak ada pilihan lain selain merubah nama agar bisa lolos, maka tepatnya pada tanggal 2 Juli 2003 PK berganti nama menjadi PKS. Sejak detik itu seluruh aset dan kader PK secara otomatis menjadi milik PKS tak terkecuali.

Partai ini memulai kancah politiknya, mengikuti pemilu,sejak tahun 1999 hingga terkahir kemarin tahun 2009. Jika dihitung usia biologis kepartaiannya maka hampir 15 tahun PK/PKS ini memberikan kontribusi politik bagi negeri ini.Namun jika kita menengok pada usia “pergerakan” dari organisasi ini tentu jauh lebih tua daripada usia politisnya. Kira-kira tahun 1980-an para pendiri partai ini telah bergerilya membangun sistem stelsel kaderisasinya. Maka tidak heran jika PKS menjadi satu-satunya partai yang memmiliki sistem kaderisasi yang mapan dan terukur.Kembali merefleksi perjalanan politiknya, partai ini cukup mendapatkan simpati dan raihan suara yang menurut kebanyakan pengamatterhitung signifikan. Hal ini bisa dilihat dari jumlah Anggota dewan baik ditingkat pusat maupun daerah.Untuk lebih tepatnya monggo bisa di cari sendiri informasinya.

Mari kita melihat siapa sasaran kaderisasidari partai ini?, sebenarnya untuk melihat objek sasaran partai ini tidaklah sulit. Bahkan secara kasat mata masyarakat awam akan mudah untuk mengenali sosok kader PKS ini.Ya, kebanyakan yang menjadi penggerak dari partai ini adalah berasal dari kalalangan muda terdidik dilingkup perkotaan.Catatan ilmiah maupun observasi sejarah membuktikan bahwa partai ini pada awal muasalnya bergerak dan tumbuh melalaui lembaga pendidikan yakni kampus dan sekolah.Perlahan tapi pasti proses rekruitmen ini terus berjalan hingga sekarang.Catatan lain yang tidak boleh tercecer bahwa kesemua kader2 yang telah terbinan ini pada akhirnya tak sekedar memahami organisiasi politik ini secara politis an sich namun organisasi yang mereka kendarai ini telah mendeklarasikan sebagai partai dakwah. Jujur, penulis yang notabene belajar ilmu sosial dan politik, cukup janggal dengan pengistilahan partai dakwah ini. Karena dalam terminologi ilmu politik, partai yang bertarung memperbutkan kursi itu ya disebut partai politik.Politik dengan makna keseluruhannya secara politis, bukan pada sifatnya yang ke-agama- an. Terlepas pada istilah partai dakwah, penulis tidak mau terjebak pada kejanggalan ini, karena yang lebih penting adalah memaknai PKS ini sebagai sebuah alternatif pendidikan politik yang selama ini belum pernah ditampilkan oleh partai manapun.Memang partai yang berasaskan islam itu banyak seperti, PBB, PPP, dll. Namun menurut hemat penulis, PKS ini memilikikekhasan secara pergerakandan organisasi politiknya.Eksistensinya berdiri pada dua kaki yakni pada nilai luhur agama dan politik sekaligus. Sebuah tawaran narasi pendidikan politik yang baru bagi perjalanan politik Indonesia.

Prahara yang menimpa PKS sebenarnya tidaklah sedikit. Satu muncul dan hilang tumbuh berganti. Bahkan kasus yang menimpa PKS ini tidak semata persoalan politis namun juga sarat bermuatan SARA.PKS dibesarkan dengan beragam pemasalahan atau cobaan.Narasi kenegaraan yang dibangun memalui pertemuan kecil(liqoat) pada tataran implementasi dikancah politik telah membangun karakter “kebangsaan” yang luar biasa menurut pengamatan penulis. Kalau ditanya siapa yang paling mencintai negeri indonesia ini ? maka akan dengan tegas para kader ini akan menjawab”saya”.Mau bukti silakan anda melihat dari agenda-agenda aksi yang sering mereka lakukan.Bahkan tak sedkit penulis dapatkan cerita dari teman-teman tentangkiprah kader partai ini.

Sikap PKS didalam menghadapai prahara demi prahara menurut sebagai masyarakat dan pengamat cukup santun dan cerdas.Terlepas dari sebagian orang yang tidak suka, tentu hal ini pasti sangat wajar, karena tidak ada satupun yang bisa memaksa untuk semua suka dengan PKS.Namun PKS ini memang memiliki team yang solid yang siap bergerak dalam segala medan pertarunga politis.Sikap nya yang kadang kala “berbeda” atau “nyeleneh” dalam ruang koalisi memberikan warna yang tak biasa bagi masyarakat termasuk penulis.Logika koalisi politis yang selama ini selalu sakral dari “pembelotan”, pada kenyataanya dalam perjalanan pelaksanaanya telah memunculkan “anomali” yang mendobrak kebiasaan.Masyarakat kemudian mendapat pembelajaran politik baru dengan sikap-sikap PKS selama ini.Mendukung pada satu sisi dan mengkritik di sisi yang lain. Sebuah paket sikap yangjarang bahkan tidak pernah ditemui ketika koalisi telah dibangun.Tapi ini lah dunia politik yang kadang memunculkan keanehan-keanehan baru.Sikap ini kemudian mencoba dikulturisasi oleh PKS diranah politik, dan kemudian secara tidak langsung dibelajarkan pada ruang-ruang kecil keluarga melalui pertemuan internal mereka bahkan untuk melalui sarana media elektronik dan cetak.Meski kita juga sangat memahami bahwa kadang ruang komunikasi antara media dan masyarkat itu sering tak seimbang dan adil ,namun PKS terkadang begitu menikmati promosi gratis dari kejadian-kejadian yang selama ini menimpanya. Adanya promosi gratis ini ternyata memunculkan reaksi pembangunan opini dimasyarakat.Jika kita cukup cermat dengan perkembangan survey yang ada, bahwa trend PKS yang pada awalanya cukup kecil ternyata seiring waktu makin menguat. Coba anda lihat dengan keberhasilan kemenangan PKS pada beberapa Pilkada di beberapa daerah, seperti Jabar,Sumut,dll.Kasus LHI yang waktu itu dianggap membawa dampak keterpuruakan suara bagi PKS ternyata berbeda cerita pada akhirnya. Lalu bagaimana anda dan saya bisa menjelaskan ini semua. Logika politis apa yang bisa kita sampaikan untuk mengulas ini semua.Perlu dicatat bahwa bukan persoalan elastisitas swing vote yang penulis maksud untuk di ulas namun bagaimana nuansa kebathinan kasus LHI ini menjadi tidak berdaya apa-apa untuk “menjatuhkan” PKS. Mengapa bisa begini ? semua ini menurut penulis tidak lain karena pergerakan bathiniah dan ragawi yang berjalan seiring sejalan yang tak dimiliki selain oleh PKS. Operasi senyap begitu ada seorang penulis menyebutnya.Pada malam hari kader2 ini mendekatkan diri pada Tuhannya, pada siang harinya tanpa banyak kata beramal dakwah tanpa henti.Memang dalam pendekatan secara sosiologis, bahwa kulturisasi sikap yang melekat pada diri tiap kader yang berdasar “muwashofat”,pada sisi kemanusiaan tertentu terkadangakan menggiring pada sebuah “pertanyaan” apa benar kader PKS berbuat begitu.Inilah barrier tipis yang membuat sebagaian masyarakat tidak kemudian begitu sajamenerima mentah-mentah berita yang diterima.Maka selama kulturasasi sikap, soleh individu dan sosial,ini terus tercerminpada diri kader PKS menurut hemat penulis akan menjadi sebuah modal sosial yang tak ternilai harganya.Telah jelas bahwa efektifitas organisaisi partai ini begitu luar biasa baik dari sisi mekanisme kepartaian dan kader-kadernya.Semua berjalan begitu harmonis , tenang dan begitu berdaya dampak massif.Nampaknya PKS secara sadar mencoba membangun sejarahnya sendiri.

Komposisi kader yang didominasi kalangan muda ternyata tidak membangun ekslusifitas tersendiriyang berlebihan apalagi dengan balutan simbol-simbol agama yang begitu kuat. Nah, menurut hemat penulis jika diawal munculnya partai ini stigma bahwa PKS itu eksklusif maka tidak lain lebih pada proses membangun identitas sebagai sebuah organisasi baru. Jadi semata pada penanda pembeda saja sebagai sebuah organisasi politik atau dengan kata lain itu sebagai wujud identitas dan integritas , begitu Ust.Hilmi menjelaskan.Munas PKS ke-2yang diselenggarakan di Jakarta berkembang wacana PKS menjadi partai terbuka. Sebenarnya hal ini bukan hal yang janggal bagi para kader dan pengurus ditengah kepahaman mereka terhadap nilai-nilai agama yang semala ini mereka selami.Akan tetapi bagi sebagai pengamat politik tentu hal ini adalah sebuah langkah strategis sarat muatan politis.PKS dinilai ingin memperluas segmentasi pemilihnya menjadi lebih beragam.Derasnya arus informasi tentang keterbukaan PKS ternyata membawa bola liar yang menggangu komitmen sebagian kader.PKS bukan lagi partai dakwah tetapi partai terbuka.Opini ini menggiring sebagaian kader dan masyarakat pada penilaian bahwa PKS tidak jauh berbeda dengan partai nasionalis lainnya. Tanggapan sinis pun mulai bermunculan menyelubungi segenap analisa mengenai niatan PKS sebagai partai terbuka.Namun demikian pada akhirnya keberagaman opini yang berkembang ini dapat dengan apik ditanggapi oleh PKS.Sekali lagi PKS menikmatipromosi gratis untuk mensosialisaikantujuan-tujuannya.Lalu bagaimana hasilnya, mungkin pembaca bisa melihat sendiri upaya PKS dalam membangun karakteristik keterbukaan yang dimaksud. Komunikasi publik yangselama ini telah terususn rapi memang telah membuahkan hasil.

Soliditas kader, efektifitas struktur, tujuan yang jelas dan terarah serta komunikasi politik yang kian mapan menjadikan PKS menjadi ‘raksasa” pergerakan yang luar biasa di negeri ini. Nah, bagaimana dengan urusan tiga besar pada pemilu nanti ?menurut hemat penulis jika memperhatikan kebiasaan yang dilakukan PKS saya rasa tidak sulit bagi PKS untuk menghimpun suara, asal konsistensi tetap terjaga.Yang patut dilihat juga dari kebiasaan partai ini yakni membangun basis ruang maya yang cukup luar biasa yang dilakukan para kader. Dari pengamatan penulis tidak ada partai yang respon kecintaan kadernya begitu luar biasa kecuali PKS. Penguatan soliditas dan integritas yang dilakukan para kader didunia maya bagitu massif.Ini modal politik yang begitu penting, mengingat basis partai ini sebagai besar di kota-kota yang mana tingkat elasitas swing vote masyarakat cukup besar.Maka, menjaga kualitas perjuangan politik menjadi modal penting bagi PKS.Di ujung tulisan ini penulis menyimpulkan secara pribadi  bahwa untuk masuk 3 besar PKS masih mampu untuk meraihnya .

Agung S Raharjo

Catatan Sejarah yang Kokoh

Dibangun dengan budaya menulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun