- Meteorologi dan Iklimatologi Kota Serang: Sebuah Tinjauan
Meteorologi dan iklimatologi adalah dua bidang penting yang mempelajari cuaca dan iklim, masing-masing membawa pemahaman mendalam tentang perubahan atmosfer. Dalam konteks Kota Serang, Indonesia, kedua bidang ini menjadi krusial dalam memahami pola cuaca dan iklim yang memengaruhi kehidupan sehari-hari penduduk serta perkembangan lingkungan kota.
Cuaca Kota Serang dipengaruhi oleh posisi geografisnya yang berada di Provinsi Banten, tepatnya di sebelah barat laut Pulau Jawa. Secara umum, Kota Serang mengalami iklim tropis basah dengan suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25-30°C. Namun, cuaca di kota ini dapat bervariasi secara signifikan sepanjang tahun.Â
Musim hujan di Kota Serang biasanya terjadi antara bulan Oktober hingga Maret, dengan curah hujan yang cukup tinggi. Sementara itu, musim kemarau berlangsung dari bulan April hingga September. Pada musim hujan, curah hujan yang tinggi seringkali menyebabkan banjir dan genangan air di beberapa daerah Kota Serang, yang kemudian mempengaruhi mobilitas penduduk dan infrastruktur kota.
Faktor-faktor seperti angin muson, topografi, dan pemanasan global turut memengaruhi pola cuaca di Kota Serang. Angin muson yang bertiup dari Samudra Hindia membawa kelembaban yang tinggi, berkontribusi pada curah hujan yang melimpah. Selain itu, topografi Kota Serang yang sebagian besar dataran rendah dengan sedikit elevasi membuatnya rentan terhadap banjir saat musim hujan. Iklim Kota Serang secara umum termasuk dalam kategori iklim tropis lembab. Kelembaban udara yang tinggi dan suhu yang relatif stabil sepanjang tahun menciptakan kondisi yang cocok untuk pertumbuhan vegetasi dan kehidupan fauna. Namun, perubahan iklim global telah memberikan dampak yang signifikan terhadap iklim Kota Serang, seperti peningkatan suhu rata-rata global yang memengaruhi pola hujan dan curah hujan ekstrem.
Peningkatan urbanisasi dan aktivitas manusia juga memiliki dampak terhadap iklim mikro di Kota Serang. Permukaan kota yang padat serta penggunaan material bangunan yang menyerap panas dapat menyebabkan efek pulau panas, di mana suhu udara di dalam kota menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya.Peningkatan intensitas cuaca ekstrem dan perubahan iklim menuntut tindakan mitigasi dan adaptasi yang serius dari pemerintah dan masyarakat Kota Serang. Langkah-langkah seperti pengelolaan air yang baik, perbaikan infrastruktur, penanaman vegetasi, dan kampanye kesadaran lingkungan menjadi penting untuk mengurangi dampak buruk yang disebabkan oleh perubahan cuaca dan iklim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H