Dua minggu setelah Jujutsu Kaisen musim kedua berakhir, aku masih terjebak dalam perasaan galau yang mendalam. Kenapa kita semua masih tidak bisa move on dari Gojo Satoru? Dia lebih dari sekadar karakter; dia adalah pahlawan yang bikin kita semua terpikat.
Gojo: Pahlawan yang Kita Butuhkan
Gojo bukan hanya guru jujutsu yang super kuat; dia adalah sosok yang selalu menginspirasi. Dengan kekuatan teknik Limitless dan Six Eyes-nya, dia berani melawan semua ancaman, dari Sukuna hingga kutukan lainnya. Siapa yang tidak mau punya mentor seperti dia? Setiap kali Gojo muncul, rasanya semua masalah kita seolah hilang.
Momen Patah Hati
Namun, saat episode terakhir tayang, kita semua mengalami patah hati kolektif. Momen ketika Gojo terjebak dan, ya, tubuhnya terbelah jadi dua itu benar-benar menghancurkan. Rasanya seperti terhempas ke dinding. Kita semua berharap dia bisa selamat dan kembali dengan gaya, tapi kenyataan berkata lain. Sekarang Gojo sudah menjadi Kiko, dan kita masih terjebak dalam perasaan kehilangan.
Menghadapi Kehilangan Bersama
Jika kita melihat media sosial, timeline kita dipenuhi meme, fan art, dan ungkapan kerinduan terhadap Gojo. Kita semua merasa kehilangan yang sama. Seringkali aku menemukan postingan tentang Gojo, mengenang momen-momen lucu dan heroiknya, dari saat dia mengajarkan Shikigami hingga saat dia menggunakan teknik Domain Expansion untuk melindungi yang terkasih. Hashtag #GojoSatoru jadi trending di mana-mana, dan itu menunjukkan bahwa kita semua dalam perjalanan yang sama, merindukan sosok yang selalu bisa diandalkan.
Kenapa Kita Sulit Melepaskan
Perasaan tidak bisa move on ini sangat wajar. Kita semua pernah merasakan kehilangan karakter favorit, tapi Gojo itu berbeda. Dia bukan sekadar karakter; dia simbol harapan dan keberanian. Ketika dia pergi, rasanya seperti kehilangan seseorang yang sangat dekat. Sekarang, ketika cerita berlanjut tanpa Gojo, semuanya terasa hampa.
Merayakan Kenangan Gojo