Mohon tunggu...
alifia zaneta nugroho
alifia zaneta nugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa baru fakultas ekonomi dan bisnis prodi akuntansi Universitas Airlangga 2024

Selanjutnya

Tutup

Financial

Antara Tren atau Masalah: Dampak Sifat Hedonisme pada Ekonomi Generasi Muda

11 Desember 2024   08:15 Diperbarui: 11 Desember 2024   08:15 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Hedonisme adalah suatu pandangan hidup yang menempatkan kesenangan dan kenikmatan sebagai tujuan utama dalam hidup. Mereka yang mengikuti paham hedonisme akan terus mencari cara untuk memuaskan diri, baik itu melalui barang-barang, sensasi fisik, atau perasaan senang. Secara sederhana, hedonisme adalah gaya hidup yang berorientasi pada kesenangan tanpa batas.

Menurut KBBI Hedonisme adalah pandangan yang menganggap bahwa setiap kesenangan dan kenikmatan dalam bentuk materi merupakan tujuan utama dalam hidup seseorang. Gaya hidup hedonisme adalah suatu dorongan individu untuk berperilaku dengan memegang prinsip kesenangan (Benthem dalam Faqih, 2003).

Dengan berjalannya waktu dan kemajuan teknologi yang pesat, globalisasi semakin memberikan pengaruh besar, termasuk dampak negatif terhadap budaya, yang sering kali tidak kita sadari. Globalisasi dan modernisasi tentunya memengaruhi berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Tanpa disadari, masyarakat perlahan-lahan atau bahkan langsung terpengaruh oleh gaya hidup hedonisme, yaitu gaya hidup yang cenderung mengutamakan kemewahan dan kesenangan. Meski banyak yang memahami apa itu hedonisme, tak sedikit yang tidak menyadari bahwa mereka telah terjerat dalam pola hidup tersebut.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya sifat hedonism seperti  impulsif, gemar mencari sensasi, atau kecenderungan egois membuat seseorang lebih rentan terhadap perilaku hedonistik. Dorongan untuk tampil modis atau memiliki barang mewah sering kali memaksa seseorang mengadopsi perilaku hedonistik. Serta kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain yang tampak lebih kaya atau sukses dapat memicu perilaku konsumtif.

"Hedonisme tidak hanya disebabkan oleh faktor individu, tetapi juga oleh faktor sosial dan budaya yang lebih luas. Globalisasi dan perkembangan teknologi informasi semakin memperkuat pengaruh gaya hidup konsumtif." (Artikel "Mengapa Terjebak Gaya Hidup Hedonisme" Kementerian Keuangan, 2023).

Gaya hidup hedonis semakin menjamur di kalangan generasi muda dan memiliki pengaruh besar terhadap kondisi ekonomi mereka. Beberapa dampak negatif seperti hanya fokus pada kesenangan instan sehingga mendorong generasi muda untuk lebih banyak mengonsumsi barang dan jasa, seringkali tanpa mempertimbangkan kebutuhan sebenarnya. Hal ini dapat menguras keuangan dan membuat mereka sulit menabung. Untuk memenuhi gaya hidup hedonis, banyak orang bergantung pada kredit atau kartu kredit. Akibatnya, utang menumpuk dan menjadi beban finansial jangka panjang. Dampak negatif sifat hedonism juga dapat berpengaruh pada kesehatan mental seseorang. Hedonisme dapat menurunkan rasa percaya diri dan meningkatkan risiko masalah kesehatan mental seperti body dysmorphia dan depresi.

Selain memiliki dampak negatif, jika dapat dikelola dengan baik, sifat hedonism juga dapat memberikan dampak positif. Generasi muda yang hedonism sering dijadikan target utama bagi industry kreatif, perusahaan terdorong untuk berinovasi menciptakan produk baru yang dapat menarik minat generasi muda. Menurut Laporan BPS (2021) tren gaya hidup hedonis memunculkan banyak UMKM dari bidang kuliner, fashion, dan hiburan yang dapat memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan membuka peluang usaha.

Kesimpulannya, hedonism dapat berpotensi memberikan dampak positif dalam mendorong inovasi dan pertumbuhan industri kreatif. Jika generasi muda mendapat pendidikan lebih tinggi pasti dapat lebih bijak dalam mengelola keuangan dan membuat keputusan konsumsi. Kebijakan dari pemerintah juga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun