Dalam tulisan ini, saya akan mereview mengenai sebuah artikel ilmiah internasional yang berjudul "Do Household Financial Behaviors affect Poverty in Indonesia?: Evidence from Indonesian Family Life Survey" yang dalam Bahasa Indonesia memiliki arti "Apakah Perilaku Keuangan Rumah Tangga Mempengaruhi Kemiskinan di Indonesia?: Bukti dari Survei Kehidupan Keluarga Indonesia". Artikel ini ditulis oleh Bapak Adhitya Wardhono SE., M. Sc., PhD. beserta rekan beliau yaitu Bapak M. Abd. Nasir.Â
Artikel ini diterbitkan pada bulan April 2022, dalam Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 14 No. 1, Universitas Jember. Artikel ini sepenuhnya ditulis dengan Bahasa Inggris, dengan tujuan agar masyarakat asing mengerti kondisi yang terjadi di Indonesia ini. Saya akan mereview menggunakan Bahasa Indonesia agar masyarakat awam mengerti dan pahan akan inti dari artikel ini. Judul dari artikel ini sangat menarik, dimana kita akan mengetahui apakah keadaan keuangan rumah tangga dapat mempengaruhi kemiskinan yang ada di Indonesia.
Kemiskinan adalah salah satu permasalahan yang cukup sulit dipecahkan di Indonesia ini. Saat ini sudah banyak kasus kemiskinan yang terjadi khususnya di pedesaan. Kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi seseorang atau sebuah keluarga yang selain mengalami kekurangan sumber daya manusia di bidang kesehatan, pendidikan, dan gizi yang baik, modal usaha, kelengkapan infrastruktur seperti fasilitas dan utilitas, sumber daya alam, dan yang terakhir yaitu pengetahuan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan, kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang atau sebuah keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Kebanyakan mereka yang belum mampu atau miskin yaitu karena tidak melakukan pengelolaan dalam keuangan rumah tangga mereka. Perilaku keuangan rumah tangga akan berdampak pada kesejahteraan seseorang dan sebuah keluarga melalui peningkatan masyarakat yaitu dengan cara memulai usaha, memberdayakan keuangan, investasi, dan lain-lain.Â
Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku keuangan rumah tangga memiliki kemampuan untuk mengurangi kelemahan dan kerentanan terhadap kemiskinan, serta membantu mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Saat ini terdapat banyak rumah tangga tidak miskin namun berisiko mengalami kemiskinan di masa yang akan datang. Dengan keputusan sebuah keluarga untuk mengelola keuangan rumah tangga seperti kegiatan tabungan dan inklusi keuangan efektif adalah salah satu upaya mengurangi kemiskinan.
Data dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) gelombang 5, dengan menggunakan sampel sebanyak 11.497 rumah tangga yang diamati di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup data kepemilikan jaminan kesehatan, penggunaan surat keterangan ekonomi masyarakat miskin, akses air minum, akses air untuk mencuci, sanitasi, status kepemilikan rumah, pendapatan, konsumsi pangan, konsumsi non pangan, jumlah arisan, total pinjaman, literasi keuangan, akses keuangan, status pinjaman, pendidikan, status pekerjaan, kondisi kesehatan rumah tangga, kondisi kehidupan rumah tangga, kemampuan memenuhi konsumsi makanan, status perkawinan, dan status tempat tinggal rumah tangga. Metode dalam penelitian ini menggunakan 3 model dengan mengidentifikasi model terbaik, yaitu model regresi Tobit yang merupakan jenis teknik ekonometrika yang sering disebut sebagai model regresi tersensor. Sehingga setelah dilakukan penelitian analisis dapat diketahui dampak perilaku keuangan rumah tangga terhadap kemiskinan di indonesia.
Jika dilihat sebagai orang awam, pada umumnya orang yang tinggal di pedesaan mengalami tingkat kemiskinan yang lebih tinggi daripada orang yang tinggal di perkotaan. Hal tersebut dikarenakan daerah perdesaan memiliki pertumbuhan ekonomi yang lemah dan kurang, seperti akses pelayanan yang sulit terutama di bidang keuangan, pendidikan, kesehatan dan ketersediaan lapangan kerja dibandingkan dengan daerah perkotaan. Setelah dilakukan penelitian, menyatakan bahwa hasil regresi Tobit yang ditunjukkan yaitu kerentanan finansial memiliki dampak negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia pada model 3. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat kerentanan finansial di tingkat rumah tangga, semakin tinggi kemiskinan akan meningkat.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa tingkat kemiskinan dapat dilihat dari status kepemilikan rumah, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, konsumsi pangan dan non pangan rumah tangga, serta lingkungan sekitar rumah tangga. Semakin rendah aspek tersebut maka kemiskinan yang terjadi juga semakin parah. Namun terdapat beberapa aspek yang  tidak berpengaruh terhadap kemiskinan di Indonesia yaitu, kondisi kesehatan, status pinjaman, dan jenis konsumsi. Oleh karena itu pemerintah seharusnya tegas dalam memberantas kemiskinan yang ada di Indonesia ini. Terdapat beberapa solusi untuk menyelesaikan kemiskinan yang ada di Indonesia saat ini.
Kemiskinan menjadi target utama dalam program Sustainable Development Goals (SDGs). Penurunan angka kemiskinan terus menjadi fokus utama pemerintah, termasuk di Indonesia, sehingga diperlukan peran pemerintah dan masyarakat dalam memutus rantai kemiskinan. Salah satu upaya pengentasan kemiskinan adalah melalui akses ke lembaga keuangan formal dan informal. Di pedesaan masih banyak ditemukan kesulitas dalam mengakses lembaga keuangan formal, sehingga masyarakat lebih memilih lembaga informal sebagai akses simpan pinjam, salah satunya yaitu arisan. Dalam sebuah penelitian, arisan terbukti mampu menurunkan angka kemiskinan yang ada di masyarakat khususnya Indonesia.
Ditemukan bahwa terdapat kesenjangan yang terjadi pada rumah tangga miskin di pedesaan dan perkotaan. Orang yang tinggal di perkotaan dapat mudah menemukan dan menerima pelayanan seperti pembayaran, tabungan, dan pinjaman, sedangkan orang pedesaan sulit mendapatkannya karena aksesibilitas yang kurang. Solusi dapat dilakukan untuk mengatasi kesenjangan keuangan ini adalah dengan membuat lembaga keuangan mikro terbuka bagi seluruh masyarakat dan memberikan layanan perbankan dalam kapasitasnya kepada masyarakat miskin.
Berdasarkan pada penelitian sebelumnya, inklusi keuangan dapat menekan kemiskinan. Inklusi keuangan dapat dikembangkan dengan memperbaiki sektor keuangan, regulasi, dan meningkatkan kesadaran masyarakat terkait literasi. Kondisi inklusi dan literasi keuangan terbukti mampu mengentaskan kemiskinan di Indonesia.