Mohon tunggu...
Alifia Rizky
Alifia Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga

Saya memiliki ketertarikan dalam dunia fotografi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Self-esteem Remaja dan Dampaknya Saat Bersosial Media

12 Juni 2022   12:50 Diperbarui: 12 Juni 2022   12:55 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di masa modern seperti saat ini, teknologi informasi dan komunikasi semakin berkembang karena adanya internet. Hal itu membuat masyarakat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Contoh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi karena adanya internet adalah sosial media. Sosial media saat ini menjelma sebagai bentuk komunikasi primer yang memiliki berbagai model aplikasi. Hampir semua orang memiliki akun sosial media dari yang muda sampai yang tua, karena dalam sosial media seseorang dapat mengekspresikan apapun yang mereka rasakan karena tidak ada aturan yang mengikat. 

Pemilik akun sosial media kebanyakan adalah remaja, sebab mereka sedang mengalami pertumbuhan. Menurut Rachmatan dan Rayyan, pertumbuhan yang dialami remaja, antara lain pertumbuhan kognitif, pertumbuhan fisik, dan juga pertumbuhan psikososial. Dikutip dari Pratama dan Sari, ketika remaja menggunakan sosial media dengan waktu yang cukup lama, hal tersebut dapat mempengaruhi stabilitas kesehatan mental mereka dan membuat kehidupan sosial mereka cenderung rendah.

Masa remaja adalah peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa tersebut terjadi ketika seseorang berada pada umur belasan tahun. Pada masa itu, seseorang mulai aktif mencari jati diri mereka dan sangat rentan dengan pengaruh-pengaruh dari luar karena dia belum tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Menurut Pratama dan Sari, remaja cenderung lebih suka berhubungan dengan teman sebaya daripada dengan orang tua, oleh karena itu remaja masa kini menggunakan sosial media untuk berinteraksi dengan kawan-kawan mereka. Dalam penelitian Allen dkk. ditemukan bahwa menggunakan sosial media untuk berinteraksi dengan teman sebaya dapat membantu remaja untuk mengurangi rasa kesepian dan meningkatkan kualitas pertemanan. 

Remaja menggunakan sosial media tidak hanya untuk berinteraksi dengan temannya saja, namun juga untuk meluapkan apa yang menjadi keresahan mereka, serta membagikan aktivitas mereka pada suatu waktu. Menurut Pratama dan Sari, aktivitas pertemanan pada sosial media dapat menambahkan siapapun walaupun orang yang tidak dikenal, namun hal itu dapat memicu tindakan kejahatan siber. Andreassen dkk. mengungkapkan bahwa tingkat self-esteem seseorang bisa mempengaruhi bagaimana orang tersebut menggunakan sosial media.

Menurut Rachmatan dan Rayyan, seseorang yang punya self-esteem tinggi memiliki ciri yakin terhadap dirinya, memiliki kompetensi, bahkan bisa menyelesaikan masalah yang menimpa mereka. Akan tetapi, jika seseorang memiliki self-esteem yang berlebihan dapat memunculkan perilaku narsistik pada diri orang tersebut.

Narsistik merupakan sikap bangga yang berlebihan atas diri sendiri. Narsistik membuat individu menjadi suka pamer karena ingin memperlihatkan apa kelebihan yang dimiliki secara berlebihan untuk mendapat perhatian dan pujian dari orang lain. Individu yang narsis lebih suka menghabiskan waktunya di sosial media. Menurut Sari, trauma masa kecil bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan seseorang menjadi narsis, maka dari itu keluarga memiliki peran penting dalam mengembangkan perasaan anak secara benar. 

Perilaku narsistik bisa mengakibatkan terganggunya kehidupan sosial individu. Dijelaskan dalam DSM-IV yang dikutip dari Sari, ciri-ciri orang narsistik antara lain, merasa paling hebat, iri terhadap orang lain, punya fantasi berlebihan akan kesuksesannya, ingin dikagumi secara berlebihan, empati kurang, selalu ingin diistimewakan, angkuh, sensitif dengan kritik, punya kepercayaan diri yang semu, yakin bahwa dia punya keunikan yang hanya bisa dipahami oleh kelompok tertentu, dan seseorang bisa dikatakan memiliki gangguan kepribadian narsistik jika memiliki lima dari sembilan ciri tersebut. Individu yang berperilaku narsistik lebih suka untuk mengkritik orang lain, namun mereka sulit menerima kritikan, dan menganggap perilakunya adalah sebuah hal yang wajar. Kritik yang dilontarkan dalam media sosial kadang berujung pada perundungan siber. 

Selain kritik tanpa etika, perundungan siber dapat dipengaruhi oleh lingkungan pertemanan seseorang. Selain itu, dalam penelitian Rachmatan dan Rayyan ditemukan pula kepribadian, hubungan anak dengan orang tua, serta budaya juga bisa mempengaruhi seseorang untuk melakukan perundungan siber. Pelaku perundungan siber terkadang menganggap yang dilakukannya hanyalah sebuah candaan belaka. Tetapi bisa jadi hal yang seseorang anggap wajar dalam candaannya adalah hal yang menyakitkan bagi orang lain. Karena batas ketersinggungan orang berbeda-beda, apalagi jika berbentuk tulisan, seseorang bisa salah mempersepsikan nada dan intonasi bicara orang lain. Sebab mereka menggunakan fantasinya sendiri untuk mengartikan apa yang telah disampaikan orang lain.

Korban yang mengalami perundungan siber punya kemungkinan untuk menjadi pelaku di kemudian hari. Hal itu disebabkan oleh mentalnya yang terguncang akibat menerima perundungan di media sosial. Menurut Sari, individu yang memiliki kesehatan mental tidak stabil cenderung kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, hal itu terjadi karena persepsi tentang kehidupan dan sikapnya terhadap diri sendiri yang berubah, seringkali individu tersebut mengalami cemas, tegang, dan ketidakpuasan yang berlebihan dalam menghadapi masalah.

Seseorang bisa dikatakan sehat tak hanya merujuk pada fisik saja, namun kesehatan psikologis pun tak kalah penting untuk dijaga. Menurut Nadya dkk. ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk menjaga kesehatan mental, yaitu tidur yang cukup kurang lebih delapan jam sehari, memakan makanan yang kaya akan gizi, melakukan olahraga paling tidak 30 menit setiap minggu, menolong orang yang ada di sekitar, melakukan meditasi, dan membuat jurnal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun