Mohon tunggu...
Alifiano Rezka Adi
Alifiano Rezka Adi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Arsitektur FT UGM Yogyakarta, yang slogannya better space better living, ayoo hidupkan ruang disekitar kita biar dunia ini lebih berwarna :DD

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ruang Berkualitas Mempengaruhi Kualitas Hidup Manusianya

29 Maret 2015   09:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:51 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_406140" align="aligncenter" width="576" caption="www.bordersofadventure.com"][/caption]

Kita sebagai manusia hidup dalam dimensi ruang dan waktu. Ruang menjadi wujud fisik yang secara langsung berhubungan dengan kita. Ruang adalah wadah kita melakukan segala bentuk aktivitas dan kegiatan sehari-hari. Pertanyaannya, seberapa jauh ruang berpengaruh pada hidup kita? Apakah benar ruang yang baik akan mempengaruhi kualitas hidup kita? Atau kualitas hidup kita lebih ditentukan bagaimana kualitas pribadi kita sendiri, tanpa ada pengaruh dari ruang sekitar kita?

Kita sering mendengar kisah inspiratif tokoh-tokoh sukses yang berjuang di masa kecilnya dari lingkungan yang kurang baik. Lingkungan yang kurang baik tersebut, entah kumuh, miskin, kotor, kurang tertata, atau semrawut, bisa jadi menjadi pemacu seseorang untuk berjuang keras dan meraih sukses di masa depan. Jadi sepertinya ruang tidak ada pengaruhnya karena tidak berhubungan dengan kesuksesan seseorang.

Individu atau Kelompok?

Ingat, kita hidup bukan sebagai individu tunggal tapi sebagai makhluk sosial, berhubungan dengan banyak orang. Pernyataan diatas yang bilang “ruang tidak ada pengaruhnya karena tidak berhubungan dengan kesuksesan seseorang”, itu berlaku untuk orang-orang tertentu saja, atau untuk banyak orang? Misalnya, kita membaca artikel biografi tokoh sukses yang lahir dari lingkungan yang tidak mendukung, kita secara manusiawi akan berfikiran “luar biasa inspiratif orang ini, hidup susah dimasa kecil tapi sukses besar di masa depan”.

Coba bandingkan misalnya jika kita membaca artikel tentang kampung kali Code yang dibangun Romo Mangun, dari lingkungan yang kumuh menjadi lingkungan baru dengan ruang-ruang yang lebih tertata dan kreatif. Warga pun diberdayakan sehingga memiliki pekerjaan dari yang sebelumnya nganggur, dan aktif secara pribadi dalam merawat kebersihan lingkungan kampungnya sendiri.

[caption id="attachment_406141" align="aligncenter" width="501" caption="ruang kreatif di kampung Code (http://membacaruang.com/)"]

14275952841620599127
14275952841620599127
[/caption]

Kedua artikel tersebut sama-sama menarik, inspiratif, dan bermanfaat. Tapi bedanya yang satu berbicara mengenai individu tunggal yang inspiratif, yang satu berbicara tidak hanya individu tapi juga konteks ruang yang berpengaruh pada kualitas hidup banyak orang di dalamnya. Tergantung dari mana kita membacanya. Apakah kita membaca dari sudut pandang individu yang mengamati individu, individu mengamati kelompok, atau kelompok mengamati kelompok.

Ruang Bersih-Sehat Bagus, tapi Kreatif Luar Biasa

Kualitas ruang yang baik dapat diukur dari parameter yang bermacam-macam. Yang paling umum dipahami adalah ruang yang bersih dan sehat. Kebersihan ruang-ruang disekitar kita akan menciptakan lingkungan yang sehat. Ingin tau dimana terdapat ruang yang paling bersih? Rumah sakit. Ya jelas rumah sakit harus bersih 100% untuk menjamin kesehatan dan kesembuhan pasien-pasiennya. Di kota manapun sekarang juga sedang gencar-gencarnya mendorong warganya untuk menjaga kebersihan lingkungan. Slogan yang sedang ngetren tentang “jumat bersih, sabtu hijau, minggu sehat” adalah untuk menciptakan ruang-ruang yang bersih dan sehat. Atau penghargaan-penghargaan seperti Kalpataru, Adipura, atau Adiwiyata.

Ruang yang bersih dan sehat memang benar, ga salah, dan memang harus. Yang jarang adalah ruang yang kreatif. Kreatif sering diidentikkan dengan sesuatu yang berhubungan dengan seni, unik, dan menarik. Berbicara mengenai ruang yang kreatif memang terkesan seperti “pengayaan”. Tidak ada nggakpapa, ada lebih bagus.

[caption id="attachment_406142" align="aligncenter" width="560" caption="contoh ruang publik yang kreatif (www.archdaily.com)"]

14275953992100815695
14275953992100815695
[/caption]

Misalnya dalam sebuah kampung terdapat kebun kosong yang luas. Mungkin kebun tersebut tidak bermakna apa-apa bagi orang-orang yang melewatinya. Tapi bagaimana jika kebun itu dibangun menjadi taman bersama, dengan banyak media bermain untuk anak-anak, dengan banyak taman-taman yang asri, beberapa ruang berkumpul dan ber-hangout. Kualitas kegiatan dan aktivitas di lingkungan tersebut akan berubah, ekspresi ruang akan berubah, akan lebih banyak orang tertawa dan tersenyum di dalamnya. Ini tercipta karena ruang tidak terbatas hanya bersih dan sehat saja, tapi juga kreatif. Contoh ruang-ruang kreatif lain adalah dinding-dinding ruang publik yang diisi dengan seni mural. Tentu dengan motif-motif yang kreatif dan edukatif, bukan coretan-coretan pilog yang tidak bermakna. Tembok-tembok putih polos di ruang publik memang memberi kesan bersih, tapi dengan diisi seni mural yang menarik dan atraktif, bisa mencerahkan suasana hati orang yang lewat, bisa bikin ketawa, bisa meningkatkan mood, dan bisa juga memberikan nilai edukatif tergantung pesan apa yang disampaikan dari mural-mural tersebut.

Ayo Ciptakan Ruang Berkualitas

Kualitas ruang diciptakan manusia didalamnya, atau kualitas ruang yang membentuk kualitas hidup manusia di dalamnya? Ada yang sejak lahir kebetulan hidup di dalam ruang dan lingkungan yang berkualitas sehingga mempengaruhi kualitas hidupnya juga. Tapi ada juga pihak tertentu yang peduli menata ruang menjadi lebih baik bahkan kreatif, sehingga merubah kualitas hidup manusia-manusia di dalamnya. Maka itulah gunanya manusia sebagai makhluk sosial. Kita yang memiliki power atau kemampuan untuk membentuk ruang, sebaiknya membantu mereka yang ada di lingkungan kumuh, kotor, terpinggirkan. Jangan hanya menggarap tuntutan klien mahal saja. Memang lebih menguntungkan secara ekonomi. Tapi ruang-ruang di lingkungan marginal menjadi semakin tidak terurus. Hukum rimba deh, yang kuat semakin kuat, yang lemah tetap atau semakin lemah.

Membangun ruang berkualitas dengan kreativitas akan menambah nilai positif dari ruang tersebut. Tidak hanya menjaga kesehatan manusianya saja, tapi juga memberi nuansa positif pada pikiran, semangat, mood, keceriaan, dan suasana hati yang baik juga. Kreatif tidak tidak terbatas, dan itulah gunanya kita memiliki akal. Tidak hanya menjaga sesuatu menjadi sebagaimana mestinya, tapi menambahkan yang baru dengan gagasan kreatif kita sendiri.

[caption id="attachment_406143" align="aligncenter" width="460" caption="http://us.images.detik.com/customthumb/2013/04/03/10/tamanbawahkolongisthmusdalam.jpg?w=460"]

1427595480128883155
1427595480128883155
[/caption]

****

Selamat Berkreasi Sobat :D

Sumber terkait :

http://cianjurkab.go.id/Content_Nomor_Menu_99_11.html

http://membacaruang.com/perkembangan-kampung-code-sebagai-prototipe-berkelanjutan/

http://alamendah.org/2014/06/01/perbedaan-kalpataru-adipura-dan-adiwiyata/

http://www.mobgenic.com/2013/02/28/mural-kampung/

http://www.bordersofadventure.com/creative-transformation-crisis-athens/

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun