[caption id="attachment_421411" align="aligncenter" width="604" caption="ngonoo.com"][/caption]
Gelombang panas yang melanda India sepekan terakhir bagi hampir semua orang menjadi sebuah fenomena baru yang mengerikan dan mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Dalam sebuah ruangan dengan suhu di atas 30 derajat Celcius saja kadang kita merasa gerah, bayangkan bagaimana bila suhunya naik nyaris dua kali lipatnya? Bukan beberapa menit, namun berhari-hari. Semoga warga India yang sedang menghadapi musibah ini diberikan kesabaran dan jalan keluar terbaik. Mari doakan yang terbaik dan syukur dapat membantu dalam bentuk materi ataupun dukungan moral. Kita patut bersyukur karena di Indonesia ‘sepertinya’ tidak terkena dampak iklim ekstrem di India karena perbedaan pola angin yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India.
Bagi mereka yang berkecimpung di dunia ilmu lingkungan atau iklim mungkin dapat lebih bisa memahami fenomena gelombang panas ini dan lebih bijak bagaimana menyikapinya. Namun bagi sebagian besar masyarakat yang awam tentang ilmu ini, memiliki pandangan yang lebih beragam dan sebenarnya, dapat menjadi ‘momentum’ meningkatkan kesadaran lingkungan masyarakat luas. Mungkin ada yang langsung teringat film-film seperti “2012”, “The Day After Tomorrow”, “Twister”, ataupun “San Andreas” yang paling ditunggu di 2015 ini. Film-film ini pada umumya bercerita tentang perubahan cuaca secara ekstrem di luar prediksi dan nalar manusia, sehingga secara mengejutkan menjadi bencana alam yang mengerikan. Namun pesan yang disampaikan sebenarnya adalah manusia itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan alam. Manusia tidak bisa berkutik bila alam sudah ‘marah’.
Gelombang panas yang melanda India menurut berbagai sumber juga merupakan fenomena anomali iklim yang ekstrem, sama seperti imajinasi di berbagai film bertema disaster. Fenomena gelombang panas ini merupakan salah satu dampak ektrem dari pemanasan global. Dan jika berbicara tentang pemanasan global, kerusakan lingkungan, efek rumah kaca, dan sejenisnya, selalu kurang ‘nendang’ alias kurang terasa buat sebagian besar dari kita. Sudah begitu banyak media atau artikel tentang lingkungan hidup dengan tujuan agar setidaknya bisa mereduksi kerusakan lingkungan, bahkan bencana lingkungan jika sewaktu-waktu datang. Masalah perubahan iklim misalnya, Indonesia sebenarnya juga mengalami dampak perubahan iklim global di mana suhu rata-ratanya naik dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Namun karena kurang terasa, sebagian besar dari kita merasa mungkin merasa biasa-biasa saja. Tentu banyak faktor yang dapat menutup kepekaankita tentang perubahan iklim ini, seperti gaya hidup modern, kesibukan dan pekerjaan yang luar biasa padat, mobilitas tinggi, dan lain-lain sehingga tidak sempat terpikirkan bahwa bumi kita sudah banyak berubah. Mungkin eyang atau buyut kita lebih bisa merasakan perbedaannya karena telah melewati beberapa generasi sehingga lebih bisa membandingkan dulu dan sekarang terkait perubahan iklim ini.
Sudah ada kejadian gelombang panas, sudah tidak sepatutnya lagi kita tak acuh pada segala hal yang berhubungan dengan lingkungan, apa pun itu. Karena sedikit dari kita, bisa mengglobal akibat akumulasi berbagai ‘sedikit’ dari kita semua. Secara teknis, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan lingkungan kita. Namun yang belum banyak adalah kesadarannya. Kesadaran memang sangat abstrak dan sebenarnya tidak bisa di’artikel’kan karena sangat tergantung pada pribadi masing-masing.
Bila memang merasa belum punya kesadaran lingkungan, kita masih bisa dengan cara lain, misalnya dengan “banyak pertimbangan” dan “jangan malu bertanya”. Misalnya ada seorang yang akan membangun sebuah rumah. Membangun rumah adalah kegiatan yang nyata-nyata memiliki dampak terhadap lingkungan, jadi jangan dalam mengonsep sebuah rumah, tidak memperhatikan aspek-aspek lingkungan seperti saluran air hujan, saluran air kotor, penghijauan halaman, pohon-pohon peneduh, dan aspek ‘green’ yang lain. Siapa tau jika suatu saat terjadi kondisi cuaca ekstrem yang panas, lingkungan rumah kita masih adem dibandingkan sekitarnya. Kita bisa berimajinasi masing-masing bukan? Plus jangan malu bertanya misalnya kita tidak paham ilmu lingkungan, kita bisa bertanya ke ahli lingkungan atau meminta bantuan arsitek agar desain rumah bisa seminimal mungkin memiliki dampak buruk ke lingkungan yang sudah ada sebelumnya. Kasus ini baru tentang membangun rumah, karena penulis yakin area perumahan mendominasi hampir di seluruh wilayah di muka bumi ini dan berkontribusi besar terhadap pemanasan global yang terjadi sekarang ini. Masih banyak kasus lain yang kita dapat kurangi dampak buruk ke lingkungannya asalkan kesadaran lingkungan kita tumbuh.
Sebagai tambahan yang tidak kalah pentingnya, yaitu masalah listrik. Tidak bisa dipungkiri bencana gelombang panas di India semakin terasa sakit karena pemadaman listrik di mana-mana. Alasannya sangat jelas karena suhu yang panas ekstrem tersebut, konsumsi AC dan kulkas melonjak sebegitu dasyatnya sehingga listrik yang ada tidak mampu mengakomodasinya. Masyarakat kini tidak bisa hidup tanpa listrik dan kejadian di India sebenarya bisa memicu para ilmuan dan inovator-inovator handal untuk mengembangkan energi alternatif yang tidak lagi mengandalkan listrik, ataupun BBM, yang sewaktu-waktu dapat habis atau mati di saat yang tidak tepat.
Semoga kita semua mendapat hikmah dari musibah gelombang panas ini, di manapun kita, apa pun profesi dan bidang keilmuan kita.
Save our world from global warming....
Artikel terkait:
Gelombang Panas Tewaskan 1.700 Orang, RS di India Kewalahan Tangani Pasien
9 Potret India yang Terkena Dampak Gelombang Panas 2015
Gelombang Panas Mematikan Melanda India
Jalanan Meleleh akibat Serangan Gelombang Panas di India
Gelombang Panas Menyengat di India, Apa Sebabnya?
Gelombang Panas di India Ancam Eropa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H