Mohon tunggu...
Alifiano Rezka Adi
Alifiano Rezka Adi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Arsitektur FT UGM Yogyakarta, yang slogannya better space better living, ayoo hidupkan ruang disekitar kita biar dunia ini lebih berwarna :DD

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pilih Sendiri Caramu untuk Peduli Lingkungan

18 April 2015   08:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:57 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_410924" align="aligncenter" width="600" caption="greenliving4live.com"][/caption]

Isu pemanasan global, kota yang semakin panas, permukiman yang selalu padat, bencana banjir plus tanah longsor dimana-mana, dan lain-lain seharusnya lebih dari cukup menyadarkan kita betapa gentingnya permasalahan lingkungan di sekitar kita. Namun sepertinya masih banyak dari kita yang belum terlalu ngeh tentang isu ini. Polusi dan panas lingkungan yang semakin bertambah, banjir dan tanah longsor yang semakin banyak, lingkungan kumuh dimana-mana, penyakit juga dimana-mana, menjadi contoh-contoh dampak lingkungan yang tidak bisa disangkal sebagai akibat kurangnya kepedulian manusia pada lingkungannya.

Hal ini sebenarnya bisa dipahami jika dilihat dalam konteks lifestyle masyarakat modern sekarang ini. Gaya hidup yang tercermin dalam aktivitas atau pekerjaan yang sudah sebegitu rutinnya menjadikan segala hal yang terkait kelingkungangan barangkali hampir tidak terpikirkan. Sebagai gambaran misalnya seorang mahasiswa yang kos tinggal tidak jauh kampusnya. Dia setiap harinya bolak balik kampus menggunakan kendaraan bermotor, padahal sebenarnya dia punya sepeda tetapi tidak pernah dipakai. Ketika suatu saat ada yang menegur agar dia ngampus naik sepeda saja, kemungkinan besar jawabannya seperti ini : kerjaan di kampus banyak, bisa mondar-mandir keluar masuk kampus, semalem begadang capek kalau nggowes, lebih cepat kalau ada urusan mendadak, mau nebengin temen, isi tas berat. Ya sudah, alibi yang cukup realistis, lagipula artikel ini bukan bertujuan memaksakan seseorang bertindak ‘B’ dan meninggalkan ‘A’.

Contoh lain misalnya ketika kita memiliki ruang kerja pribadi dan berpikir bagaimana menjadikan ruang nyaman dan dapat menunjang produktivitas kerja. Mau pakai AC atau jendela biasa saja? Tidak sedikit bukan yang memilih menggunakan AC saja? Alasannya: ruang bisa lebih adem, sekarang banyak AC yang green technology, agar polusi dan kebisingan dari luar tidak masuk ruangan, sekarang hawa diluar panas. Oke deh, alibinya juga realistis, dan sekali lagi artikel ini tidak memaksakan seseorang bertindak ‘X’ dan meninggalkan ‘Z’.

Segelintir contoh tersebut mungkin bisa menggambarkan ternyata aktivitas atau rutinitas manusia sudah sebegitu melekatnya sehingga terkadang kita tidak terlalu memikirkan dampak (yang mungkin negatif) dari aktivitas atau rutinitas kita. Atau bisa jadi sudah tau pengaruh dan dampaknya, tapi sudah terlanjur lama dan rutin dengan kebiasaan sehingga enggan untuk berubah.

Isu tentang lingkungan memang tidak secara langsung terasa atau mengena di masyarakat. Berbeda misalnya jika dibandingkan dengan isu tentang harga bbm atau isu politik yang terasa langsung dan terlihat jelas di tengah masyarakat. Berapa banyak acara tv di Indonesia menayangkan topik-topik tentang lingkungan, tentang pengetahuan bentang lahan, atau tentang pembangunan ekologis. Ya, yang seperti ini belum punya harga jual tinggi dan tentu belum banyak pemirsa yang minat dengan topik-topik tersebut. Dalam artikel atau blog yang membahas tentang isu-isu lingkungan misalnya, dan perhatikan jumlah pembaca atau yang nge-read bisa dijamin masih kalah jauh dibanding topik-topik lain. Itu bukan masalah, justru dapat memberi gambaran bahwa masyarakat kita masih sangat perlu di infus dengan banyak input, isu, atau pengetahuan tentang lingkungan. So, jangan patah arang ya para penggiat lingkungan, hehe.

[caption id="attachment_410925" align="aligncenter" width="599" caption="rangkaianabjad.blogspot.com"]

14293204131743323228
14293204131743323228
[/caption]

‘Penggiat lingkungan’, sebagian besar dari kita menggambarkan sebagai mereka yang mengikuti komunitas cinta lingkungan, pecinta alam, arsitek, perencana, atau mereka yang bertugas di Dinas Lingkungan Hidup. Tidak salah, tetapi tidak sebatas itu. Perspektif seperti itu yang membuat kita selalu berfikir bahwa lingkungan sekitar kita sudah ada yang mengurus, rutinitas kita ya untuk kita sendiri, tidak peduli dampak lingkungannya akan seperti apa karena sudah ada yang mengurus. Menurut saya, penggiat lingkungan adalah siapa saja yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, meskipun sedikit. Jadi bukan hanya mereka yang ada di komunitas atau dinas tertentu. Seorang anak yang hobi bersepeda, mereka yang membuang sampah dengan benar, atau yang hobi ngobrol topik-topik lingkungan dengan teman dan keluarga, menurut saya, mereka yang seperti itu sudah bisa dikatakan sebagai penggiat lingkungan.

[caption id="attachment_410927" align="aligncenter" width="600" caption="harshapratala.wordpress.com"]

14293205811175057591
14293205811175057591
[/caption]

Seringkali penggiat lingkungan juga dianggap mereka yang sudah melakukan aksi nyata yang membantu menyelamatkan lingkungan. Memang benar, tetapi tidak sebatas itu. Peduli lingkungan yang terpenting adalah rasa peduli, atau mainset bahwa lingkungan harus dirawat. Seorang musisi misalnya bisa menciptakan lagu-lagu edukatif bercerita tentang topik lingkungan hidup, seorang pelukis bisa membuat karya-karya yang menggambarkan kerusakan lingkungan akibat ulah manusia, atau seorang penulis / blogger bisa memuat artikel-artikel kelingkungangan. Karya atau kegiatan ini bukan untuk tujuan bagus-bagusan, apalagi pencitraan, karena pembaca atau peminatnya sepertinya belum banyak. Namun lebih tepatnya adalah untuk memantik masyarakat agar lebih peduli secara bertahap. Sebenarnya para penggiat lingkungan seperti ini tidak meerlukan pembaca atau peminat banyak. Sedikit namun menyerap pesan dari karya atau tulisan tertentu, dan yang bersangkutan bisa mengajak kanan-kirinya agar mulai bertindak ramah lingkungan, itulah inti yang sebenarnya.

[caption id="attachment_410926" align="aligncenter" width="600" caption="www.mimunmedia.com"]

14293204591966652852
14293204591966652852
[/caption]

Mengajak untuk peduli lingkungan sebenarnya bukan hal yang besar atau sulit, meskipun kita hidup ditengah masyarakat yang berbeda-beda pemikirannya, latar belakangnya, edukasinya, budayanya, kesibukannya, pekerjaannya, atau kebiasaannya. Justru dengan keberagaman itu lingkungan dapat diperhatikan dan dikontrol dengan berbagai cara atau ide masyarakat. Jadi solusinya sebenarnya adalah ‘pilihlah sendiri caramu untuk peduli pada lingkungan’. Apapun rutinitasmu, hobimu, atau idemu mulai pastikan bahwa ‘apa yang saya lakukan bisa berdampak positif untuk lingkunganku, atau setidaknya tidak merugikan lingkunganku’. Kalau kamu suka buat puisi, coba buat beberapa puisi tentang lingkungan hidup, lalu share. Kalau hobi nulis, share saja beberapa pandangan tentang lingkungan sekitarmu. Kalau hobi bikin mural, coba buat coretan kreatif tentang isu lingkungan sekitar. Kalau hobi berkebun, jangan biarkan halaman rumah gersang atau malah ditutup perkerasan. Kalau hobi mendesain rumah, desainlah rumah yang seminimal mungkin mengganggu lingkungan yang sudah ada sebelumnya. Dengan begitu masyarakat akan mulai terbiasa mendapat materi-materi atau tayangan-tayangan tentang kelingkungangan. Asalkan memiliki mindset peduli lingkungan dipikiran seseorang, apapun yang dia lakukan pasti sedikit banyak akan terbesit ‘apa yang aku lakukan ini mengganggu lingkungan ga ya?

Salam GO GREEN ! ! ! !

Artikel terkait :

http://pedulilingkunganpeduli.blogspot.com/

http://www.menlh.go.id/gerakan-swadaya-masyarakat-peduli-lingkungan-hidup/

http://antapala-pedulilingkunganhidup.blogspot.com/

http://www.hijau.or.id/

http://fadhila-smansev.blogspot.com/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun