Pernahkah sesekali kita berimajinasi bagaimana wujud kota, atau bahkan kampung kita dimasa mendatang? 2030, 2050, 2100, atau lebih jauh lagi bisa semua sudah berubah total dari yang sekarang seperti ini. Bisa berubah ke arah positif atau kebalikannya, dan semuanya terserah kita bagaimana mengimajinasikannya. Lalu apa penting cuma ngeimajinasiin apa yang belum jelas terbangun di masa depan?
Berimajinasi tentang kota masa depan tidak jauh berbeda dengan membayangkan “mau jadi apa kita besok” ketika kita duduk di bangku sekolah atau kuliah. Memang hanya mimpi atau khayalan, tapi sebenarnya bisa menjadi salah satu refreshing yang mencairkan pikiran kita, meningkatkan sikap kritis atau dapat memotivasi diri, atau memotivasi orang lain dengan saling sharing imajinasi. Tiap orang tentu punya bayangannya masing-masing bagaimana wujud kota masa depan yang ada dipikirannya. Berbagai cara berimajinasi juga bermacam-macam, bisa dengan mengamati fenomena-fenomena lingkungan yang berkembang sekarang, dan membayangkan bagaimana jika terus berlanjut berpuluh-puluh tahun kedepan. Atau langsung membayangkan wujud kota impian yang ideal menurut kita sendiri, tanpa peduli apa yang terjadi sekarang.
Skyscraper City
[caption id="attachment_402130" align="aligncenter" width="306" caption="thecriticalarchitect.com"][/caption]
Seluruh bangunan adalah berupa gedung pencakar langit. Hunian, perkantoran, perbelanjaan semuanya tersusun di dalam sistem vertikal, bukan horizontal. Apakah mungkin? Bila melihat perkembangan kota sekarang yang semakin padat dan terbatasnya ruang terbuka, bisa jadi ke depan seluruh bangunan dibangun bertingkat-tingkat untuk mengurangi luasan bangunan jika dibangun secara horizontal. Kondisi alam yang semakin kritis menjadi alasan yang memungkinkan bayangan tentang skyscraper city menjadi kenyataan. Bahkan mungkin lalulintas pun tidak lagi di daratan, tapi di udara untuk memudahkan kegiatan manusia-manusia penghuni pencakar langit tersebut. Apa mungkin? Yaa, mungkin saja, atau mungkin sekali....
Floating City
[caption id="attachment_402131" align="aligncenter" width="368" caption="www.pinterest.com"]
Banjir dimana-mana, betonisasi dimana-mana, drainase sudah ga muat lagi, air sulit meresap, sungai-sungai makin sempit, bisa jadi kota kita tergenang air tidak hanya waktu musim hujan saja, tapi menahun, atau malah jadi danau. Bila kondisi seperti ini, kota kita bisa saja dibangun selayaknya kapal. Ya, kota yang mengapung di atas perairan. Semacam kapal induk besar, yang isinya adalah perkotaan dengan segala kehidupan didalamnya. Lucunya, mungkin si kapal kota ini bisa saja berpindah dari satu tempat ke tempat lain karena mengikuti arus air yang bergerak. Bukannya menakut-nakutin, ini kan cuma imajinasi, ga harus se-ekstrim ini kok....
Walking City
[caption id="attachment_402132" align="aligncenter" width="368" caption="design.tutsplus.com"]
Kondisi lingkungan alam yang ekstrim, bisa saja membuat sebuah kota di masa depan moveable, atau bisa berpindah-pindah. Seperti halnya binatang, yang hidup berpindah-pindah untuk menemukan lingkungan yang lebih cocok. Satu gugus perkotaan bisa digambarkan memiliki kaki untuk berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain (migrasi) untuk mencari lokasi baru yang memiliki kondisi alam dan iklim yang cocok bagi kehidupan di kotanya. Aneh bukan? Atau malah ide bagus?
Flying City
[caption id="attachment_402133" align="aligncenter" width="368" caption="nelson-kimbassa.deviantart.com"]
Lingkungan yang semakin kritis, bencana alam yang mungkin semakin sering terjadi, dan polusi yang sudah terlalu banyak, bisa jadi daratan tidak ideal lagi bagi kehidupan manusia. Akibatnya kota dan kehidupan didalamnya tidak lagi berhubungan dengan permukaan bumi, alias terbang tuh kotanya. Apa mungkin? Demi menyelamatkan kehidupan manusia, segala cara bakal dilakukan, dan mungkin tidak lagi mustahil sebuah kota bisa melayang. Tidak ada lagi kontak fisik dengan bumi kita. Terdengar ajaib kan?
Hidup di Planet Lain
[caption id="attachment_402134" align="aligncenter" width="336" caption="www.wallpaperhi.com"]
Sudah nonton film Interstellar? Film ini menceritakan kondisi bumi yang sudah sebegitu parahnya, yang berdampak pada krisis pangan. Militer, akademisi, atau ilmuan tidak lebih dibutuhkan dibanding petani handal yang sanggup menyediakan bahan-bahan makanan. Disisi lain terdapat sekelompok ilmuan yang berupaya mencari planet lain dengan kondisi yang memungkinkan manusia dapat hidup disana. Kelompok ilmuan ini memiliki ambisi besar untuk memindahkan seluruh manusia dari bumi ke planet lain yang dapat ditinggali. “Kok malah bikin sinopsis film”. Tapi maksudnya kita dapat mengambil hikmah atau ide dari film itu, bahwa kondisi bumi yang mungkin sudah sebegitu krisisnya menjadikan kehidupan kita juga krisis. Tidak lagi seperti imajinasi tentang walking city yang mencari daerah baru, ini lebih ekstrim lagi yaitu mencari planet baru.
Sekali lagi itu semua hanya imajinasi, tapi bisajadi juga sebagai kritik. Kritik yang muncul dari sikap kritis kita menanggapi kondisi lingkungan bumi yang cenderung semakin krisis. Meskipun sebatas imajinasi, dan kalaupun menjadi kenyataan belum pasti kita mengalaminya, tapi bagaimana dengan cucu kita, atau cucunya cucu-cucu kita?
Ayo tuangkan imajinasimu, sesekali saja untuk intermezzo. Imajinasi di artikel ini masih sebatas dalam konteks lingkungan saja, belum budaya, belum sosial, belum ekonomi, dan masih banyak lagi yang bisa kita imajinasikan.
****
Salam . . . .
Artikel terkait :
http://www.seasteading.org/2011/03/walking-city-archigram/
http://futurecity.org/lb/city/terms
http://www.hongkiat.com/blog/cities-of-future-artworks/
http://en.wikipedia.org/wiki/Floating_city_(science_fiction)
http://webecoist.momtastic.com/2010/09/13/sky-cities-12-hover-homes-flying-urban-designs/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H