Mohon tunggu...
Alifiano Rezka Adi
Alifiano Rezka Adi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Arsitektur FT UGM Yogyakarta, yang slogannya better space better living, ayoo hidupkan ruang disekitar kita biar dunia ini lebih berwarna :DD

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menilik Permasalahan Pembangunan Lingkungan Ditinjau dari Faktor Ekonomi-Sosial-Budaya

27 Februari 2015   14:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:25 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

http://kalas-9292.blogspot.com/p/lingkungan.html

Di zaman serba modern dengan kebutuhan hidup yang meningkat, tuntutan pekerjaan tinggi, jam kerja tinggi, tingkat stressingjuga tinggi, serta faktor-faktor lain, tanpa disadari sebagian besar masyarakat kita telah jauh melaju baik dari segi ekonomi, sosial, dan budaya. Tapi tunggu dulu, melaju ke arah yang positif atau malah ke arah negatif? Hal tersebut tergantung sudut pandang apa yang kita pakai untuk menilai persoalan-persoalan tersebut. Salah satu perspektif yang dapat menjelaskan permasalahan tersebut adalah tentang permasalahan pembangunan lingkungan atau ruang, baik dalam skala kecil hingga skala besar.

Manusia terlahir sebagai makhluk sosial yang mutlak memerlukan interaksi dan bantuan orang lain. Interaksi-interaksi ini tumbuh dan berkembang dipengaruhi berbagai macam faktor, baik faktor individual ataupun faktor kelompok, yang bermoduskan faktor ekonomi, sosial, ataupun budaya. Faktor ekonomi menjadi kebutuhan manusia untuk kelangsungan hidupnya. Dalam menjalankan roda perekonomiannya, manusia dapat meraihnya secara individu, kerjasama dengan oranglain, ataupun kerjasama antar kelompok. Faktor sosial mendorong manusia untuk saling bekerjasama, bersosialisasi, bernegosiasi, berkumpul, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor budaya juga mempengaruhi pemikiran dan pola hidup manusia. Budaya ini bersifat tematik artinya berbeda di setiap tempat baik dalam skala kecil misalnya budaya dalam satu keluarga, hingga yang luas seperti budaya dalam satu daerah atau bahkan negara sekalipun. Seiring berkembangnya zaman, faktor ekonomi-sosial-budaya ini terus berkembang dalam satu wadah atau ruang fisik yang terbangun (pembangunan) sehingga seringkali menimbulkan “akibat” atau permasalahan pada ruang tersebut, baik akibat positif atau akibat negatif. Itulah mengapa permasalahan pembangunan bisa muncul karena faktor ekonomi, sosial, dan budaya.

Permasalahan pembangunan dapat juga dikatakan sebagai sebuah isu yang muncul di lingkungan sekitar kita atau lingkungan masyarakat. Artinya permasalahan ini dapat kita amati melalui fenomena-fenomena yang tampak di suatu tempat atau ruang tertentu. Fenomena-fenomena tersebut dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, ataupun budaya.

Permasalahan pembangunan perumahan dapat menjadi contoh yang mudah untuk kita amati, misalnya maraknya rumah-rumah bergaya minimalis disaat ini, dari rumah tunggal, kompleks perumahan, hingga kompleks perumahan elit atau real estate. Apakah yang melatarbelakangi seseorang membangun rumah dengan gaya minimalis? Bisa jadi karena menginginkan rumah yang terkesan simple atau tidak rumit, bisa jadi karena mengikuti tren yang sedang berkembang, bisa jadi karena saudara-saudaranya sudah lebih dulu membangun rumah minimalis, atau juga bisa jadi karena dianggap rumah minimalis lebih murah dibanding yang bukan minimalis. Namun pertanyaan mendasarnya sebenarnya adalah apa sebenarnya rumah minimalis itu, bagaimana konsep minimalis yang sebenarnya? Esensi dari minimalis seringkali dikesampingkan dan cenderung mengandalkan dorongan ekonomi atau dorongan sosialnya untuk membuat produk rumah yang mungkin “belum tentu” minimalis. Bila dirasakan fenomena ini juga jauh dari faktor budaya sebagai pendorongnya. Budaya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan sesuatu yang unik atau tematik, yang tidak bisa disama ratakan begitu saja seperti rumah minimalis sekarang yang relatif memiliki gaya yang sama dimanapun kita menemukannya.

142499786352110263
142499786352110263
http://andabackband.blogspot.com/2013_01_01_archive.html

Contoh permasalahan pembangunan yang lebih luas dapat kita jumpai  dalam ruang publik terbuka seperti di jalan atau pedestrian, square, ataupun taman kota. Fungsi awal ruang publik sebenarnya adalah sebagai ruang manusia saling bertemu, berkumpul, bersosialisasi, dan kegiatan-kegiatan lain yang positif. Namun sekarang kita banyak menjumpai ruang pedestrian digunakan sebagai tempat parkir motor, ditutup oleh PKL, atau pagar pembatas ruang dipenuhi papan-papan reklame. Apakah dorongan ekonomi sebegitu kuatnya sehingga seakan “mengkomersialisasikan” ruang publik? Bisa jadi faktor ekonomi tersebut tumbuh karena faktor sosial dimana semakin banyak dan padatnya orang-orang mengakses ruang publik tersebut. Sebenarnya tidak salah jika mengembangkan sektor ekonomi pada ruang publik, asalkan tidak menggeser terlalu jauh kenyamanan ataupun aksesibilitas di ruang publik tersebut. Faktor budaya biasanya menjadi hal yang positif di ruang publik. Misalnya ruang publik yang berada di tengah atau dekat situs budaya seringkali dimanfaatkan sebagian kelompok untuk mengadakan kesenian baik tari, musik, ataupun rupa sehingga memperkaya nilai budaya diruang publik tersebut.

[caption id="attachment_399862" align="aligncenter" width="368" caption="https://duniaimajinal.wordpress.com/tag/satpol-pp/"]

14249979561424523448
14249979561424523448
[/caption]

Selain permasalahan tentang perumahan dan ruang publik, sebenarnya masih banyak lagi yang bisa ditelaah terkait dengan faktor ekonomi-sosial-budayanya. Bagaimana dengan fenomena pembangunan hotel atau mall besar-besaran, fenomena limbah pabrik yang terbuang di aliran sungai, fenomena permukiman bantaran sungai, fenomena rumah susun, fenomena taman-taman kota, fenomena car freeday, banyak sekali bukan? Kita mengamati permasalahan-permasalahan pembangunan tersebut bukan untuk mencari-cari kesalahan atau kritik doang, namun sebagai wujud perhatian atau meningkatkan sikap kritis kita terhadap isu pembangunan yang berkembang di lingkungan sekitar. Faktor ekonomi-sosial-budaya menjadi sangat penting karena melekat di setiap individu, berpengaruh ke kelompoknya, dan termanifestasikan di pembangunan lingkungan, yang sementara ini masih menimbulkan berbagai dampak yang kurang positif bagi lingkungan mikro hingga makro.

Salam Pembangunan Indonesia ! ! ! !

Sumber terkait :

Manu Fernandez. Engaging Communities in Public Space

Lilia Voronkova dan Oleg Pachenkov. 2010. OPEN/CLOSED Public Spaces in Modern Cities

Rony Gunawan Sunaryo. 2004. PENATAAN RUANG PUBLIK YANG MEMADUKAN POLA AKTIVITAS DENGAN PERUBAHAN FISIK KAWASAN

Lorenza Manfredi. PUBLIC SPACE and public visual landscape

https://kinandika.wordpress.com/2013/02/04/pembangunan-indonesia-dan-permasalahannya/

http://www.artikellingkunganhidup.com/hubungan-lingkungan-dengan-pembangunan.html

http://mukti-aji.blogspot.com/2008/05/masalah-pembangunan-dan-lingkungan.html

http://rumahminimalis1lantai.blogspot.com/2013/04/fenomena-rumah-minimalis-1-lantai.html

http://malang-post.com/pendidikan/64285-komunitas-berpagar-dan-segregasi-sosial

https://arsitekturbicara.wordpress.com/2011/10/08/makna-ruang-publik-alun-alun-dan-gasibu-bandung/

http://www.rimanews.com/read/20100414/54/penghancuran-ruang-publik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun