Mohon tunggu...
Alifia Rizkyannisa
Alifia Rizkyannisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Halo, Saya adalah mahasiswa program studi jurnalistik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya disini hanya untuk mengembangkan skill menulis dan mau berbagi informasi yang bermanfaat dan beredukasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjelajahi Dunia Digital dengan Bijak: Etika Bersosial Media di Dunia Nyata Vs di Dunia Maya

10 Januari 2024   18:41 Diperbarui: 10 Januari 2024   19:14 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam era digital yang semakin pesat membuat pertumbuhan media sosial, seperti Instagram, Facebook, X atau Twitter, Tiktok, WhatsApp, YouTube dan lain-lainnya juga menjadi begitu pesat dan mendominasi kehidupan kita. Keberadaan media sosial memudahkan kita untuk saling terhubung dengan orang-orang di seluruh dunia tanpa batas waktu dan ruang. Bisa berbagi momen penting di sosial media yang kita punya. Terus kita juga bisa memperoleh dan mengakses informasi dengan cepat serta mudah di manapun kita berada.

Dari hal tersebut, mudahnya mengakses media sosial yang sudah bergandengan dengan kehidupan kita membuktikan bahwasannya media sosial bisa digunakan oleh setiap orang, baik kaum orang tua maupun kaum muda. Berdasarkan laporan dari Datareportal.com, pengguna media sosial di Indonesia yang aktif pada awal tahun 2023 sebanyak 167 juta orang. Jumlah tersebut setara dengan 60,4% dari total populasi. Selain itu, pengguna media sosial di Indonesia yang berusia 18 tahun ke atas pada awal tahun 2023 sebanyak 153,7 juta orang.

Namun, dari manfaatnya media sosial yang memudahkan kehidupan kita dan bahkan sudah banyak penggunanya masih ada saja yang tidak memahami etika bersosial media. Padahal kita harus berperilaku secara etis dan bijak dalam bersosial media, baik di dunia nyata maupun di dunia maya yang menyoroti kompleksitas hubungan manusia dengan teknologi dan perlu memahami betul konsekuensi dari tindakan kita dalam kedua lingkungan tersebut. Di dunia nyata, etika kita ketika berosisalisasi lebih terlihat secara langsung dan dapat mempengaruhi hubungan interpersonal secara langsung. Konteks etika kita dalam sosial ini menjadi pedoman bagi tingkah laku kita serta tanggung jawab kita terhadap konsekuensi tindakan yang lebih nyata. Sedangkan di dunia maya, terlihat tantangan baru dan menantang dalam memahami serta mengelola dampak sosial dari tindakan online.

Meskipun pada dasarnya kita membawa prinsip etika bersosial yang sama, tapia da perbedaan yang signifikan dalam konteks penerapannya di dunia nyata dan di dunia maya, diantaranya:

  • Privasi dan Batasan Pribadi, pada privasi di dunia nyata lebih jelas dan mudah diidentifikasi. Seseorang dapat menghormati Batasan pribadi dan memahami tidak semua hal harus dibagikan dengan semua orang. Sedangkan di dunia maya, Batasan privasi seringkali terancam oleh kebutuhan untuk berbagi dan terhubung.
  • Kesadaran Akan Dampak Tindakan, pada dunia nyata ini kita dapat melihat dan merasakan dampak dari tindakan secara langsung melalui respon dan reaksi orang-orang di sekitar secara langsung. Sedangkan di dunia maya, jarak dan anonym dapat membuat kita kurang sadar akan dampak langsung dari tindakan mereka.
  • Harus Bertanggung Jawab atas Konten yang dibagikan, pada dunia nyata yang akan kita katakana serta lakukan hanya terbatas di lingkungan sosial terdekat kita. Sedangkan di dunia maya, konten yang kita bagikan dapat diakses oleh ribuan orang bahkan jutaan orang.

Hal ini kita bisa lihat dari salah satu contoh kasus yang saya tahu dari platform Tiktok dan saya lansir dari Idntimes.com tentang kronologi seorang ibu hamil yang keguguran di Kereta Rel Listrik (KRL) arah Tanah Abang-Rangkasbitung karena tidak terima dirinya direkam secara diam-diam tanpa izin oleh seorang penumpang perempuan (pelaku). 

Peristiwa ini terjadi saat ibu hamil yang berada di gerbong perempuan dan duduk di bangku prioritas tersebut sadar kalau dirinya diperhatikan dan direkam diam-diam oleh perempuan yang duduk di depan ibu hamil tersebut. Kebetulan ibu hamil ini duduk bersebelahan dengan teman si pelaku dan tidak sengaja melihat isi ponsel temannya itu yang berisikan video dirinya juga dibagikan di grup WhatsApp dan juga menghina dia karena pakaian yang digunakan terbuka. 

Setelah mengetahui semua hal itu, ibu hamil ini marah dan menangis karena dia tidak terima di rekam dan di sebarkan ke grup WhatsApp tanpa izin dan hal tersebut membuat ibu hamil ini mengalami keguguran. Kronologi ini dibagikan akun Tiktok @rismasafitri dan menjadi viral dan dari ini Ibu hamil tersebut menghubunginya dan menceritakan lebih detail kronologinya. Ibu hamil tersebut juga sudah mengizinkan @rismasafitri untuk membagikan kisahnya agar jadi pembelajaran.

Dari kasus tersebut menjadi pencerminan nyata tentang bagaimana penggunaan teknologi termasuk media sosial dapat berdampak negativ terhadap individu dan masyarakat secara keseluruhan. 

Kemudian, untuk pelaku yang merekamnya termasuk golongan toxic disinhibition online effect yang dimana hilangnya aturan sosial dan perilaku negativ yang menjadi hambatan dalam interaksi face to face selama berinteraksi dengan orang lain dalam keadaan online. Ketika kita berada di dunia nyata, etika bersosialisasi terlihat secara langsung dan masih mempunyai norma-norma sosial yang jelas. 

Namun, ketika kita masuk ke dunia maya ini batasan etika seringkali menghilang, dan kesadaran terhadap dampak dari tindakan online tidak sejelas di dunia nyata. Selain itu, dari kasus tersebut bisa menekankan perlunya ada kesadaran akan hak privasi serta tidak boleh sembarangan merekam dan disebarluaskan di platform media sosial, perlunya etika dalam berinteraksi dalam online, dan kepekaan terhadap situasi pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun