Mohon tunggu...
Alifia Galuh
Alifia Galuh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Gadjah Mada

Merupakan mahasiswa yang hobi eksplorasi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menelusuri Jejak Budaya Jawa di Museum Sonobudoyo Yogyakarta

9 Oktober 2024   14:32 Diperbarui: 9 Oktober 2024   14:35 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Author: Alifia Galuh

Pernahkah kamu membayangkan bagaimana kehidupan masyarakat Jawa pada ratusan hingga ribuan tahun lalu? Di Museum Sonobudoyo, imajinasimu akan terjawab. Setiap benda yang dipajang seolah berbicara dan mengungkap rahasia masa lampau.

Bagi sebagian orang mungkin menganggap bahwa mengunjungi museum merupakan kegiatan yang membosankan, namun hal tersebut tidak berlaku bagi saya. Berkunjung ke tempat-tempat yang menyimpan berbagai kisah dan koleksi bersejarah adalah hal yang sangat menyenangkan bagi saya. Bagaimana tidak, bagi saya menelusuri dan memahami bagaimana sejarah kehidupan terbentuk hingga menghasilkan keadaan atau situasi yang saat ini sedang kita tinggali adalah suatu hal yang perlu kita lakukan sebagai bentuk hormat dan apresiasi mendalam terhadap kekayaan budaya bangsa serta para leluhur terdahulu

Museum Sonobudoyo merupakan salah satu museum di pusat Kota Yogyakarta yang menyajikan berbagai benda-benda sejarah Indonesia khususnya sejarah peradaban Jawa. Bukan sembarang bangunan, museum ini dulunya adalah sebuah yayasan yang bergerak di bidang kebudayaan Jawa, Madura, Bali, serta Lombok bernama Java-Instituut yang dibangun menjadi tempat penyimpanan koleksi bersejarah yang dikumpulkan seperti artefak kuno, data kebudayaan berupa naskah, benda seni kerajinan dan arsip-arsip bersejarah lainnya. Kini Museum Sonobudoyo menjadi daya tarik  wisata Yogyakarta yang cukup populer di kalangan wisatawan domestik maupun internasional.

Tetap dengan rasa penasaran yang tinggi, saya pergi mengunjungi museum ini untuk kedua kalinya. Harga tiket untuk masuk ke Museum Sonobudoyo ini dibanderol dengan harga yang sangat terjangkau yaitu hanya sebesar Rp10.000 untuk orang dewasa dan Rp5.000 untuk anak-anak. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini, saya dapat merasakan suasana yang sangat intim dan mendalam sembari mengagumi lanskap desain bangunan serta koleksi yang terpajang di dalam kotak display pada setiap sudut ruangan. 

Museum ini terbagi menjadi dua unit utama dengan setiap bagian yang terdiri dari beberapa ruangan di dalamnya. Masing-masing ruangan memiliki koleksi dan karakteristik yang berbeda-beda pula, sekaligus mengkolaborasikan beberapa koleksi dengan teknologi digital. Hal ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan supaya tetap memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk mengunjungi ruangan-ruangan selanjutnya. Untuk lebih detail lagi, mari ikuti saya menjelajahi seluruh bagian dari museum melalui tulisan ini bersama-sama.

Mulai dari pintu masuk, saya dimintai oleh salah satu petugas untuk menunjukkan tiket yang telah saya beli sebelumnya di loket tiket pada bagian luar bengunan. Lalu, saya mulai berjalan memasuki ruangan pertama yang bernama ‘Pendapa’, di dalam ruangan tersebut terdapat instrumen Gamelan Jawa yang ditata dengan rapi dan apik. Alat musik gamelan tersebut dulunya merupakan salah satu peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono VI yang bernama ‘Gamelan Kyai-Nyai Riris Manis'. 

Kemudian, pada ruangan selanjutnya saya dibawa masuk ke dalam sebuah lorong yang cukup redup seolah sedang menyusuri ruang waktu kembali ke masa lampau, dalam ruangan tersebut terdapat beberapa koleksi yang usianya sudah berabad-abad jauh sebelum saya lahir di dunia. Terdapat replika rumah Jawa berupa limasan yang merupakan salah satu representasi  tatanan nilai etika dan estetika dengan memuat pengetahuan lokal budaya Jawa. Berbagai peninggalan Pra-Aksara seperti artefak, prasasti, dan senjata kuno juga dipajang dalam beberapa kotak display yang berbeda disertai oleh penjelasan terkait asal mula dan fungsi benda-benda tersebut. Satu hal yang menarik perhatian saya di ruangan tersebut jatuh kepada display aneka senjata tajam yang disajikan dengan teknologi canggih, kita dapat menyentuh kaca yang telah dipasangkan sensor khusus yang nantinya akan mengeluarkan reaksi seperti visual api dengan audio beserta informasi yang akan muncul di sisi senjata. 

Display Senjata Digital Photo by Author: Alifia Galuh
Display Senjata Digital Photo by Author: Alifia Galuh

Bergeser ke ruangan berikutnya, saya memasuki bagian Islam dan Kebudayaan yang menyajikan berbagai pajangan seni dengan mengkolaborasikan unsur agama dan budaya. Hal ini disebabkan oleh proses perkembangan Islam di Jawa melalui  metode evolutif dan persuasif serta hubungan timbal balik yang terjadi dan mendorong akulturasi antara Islam dan kebudayaan lokal. Ruangan-ruangan lainnya juga memiliki daya tarik yang beragam sehingga membuat saya terkagum dengan koleksi-koleksi yang berhasil dikumpulkan secara detail serta dalam kondisi sangat baik seperti aneka jenis wayang, permainan tradisional jawa, seni ukir jawa, tradisi tutur dan tulis. Semuanya ditampilkan dalam kondisi yang sangat detail dan baik untuk ukuran barang kuno.

Di dalam Museum Sonobudoyo tidak hanya merepresentasikan budaya Jawa saja, namun terdapat satu ruangan khusus yang menampilkan budaya Bali bernama ‘Bali, Sang Tetangga’. Mengapa begitu? Karena pada dasarnya budaya yang berkembang di Pulau Bali memiliki karakter yang mirip dengan kebudayaan Jawa. Maka dari itu, diselipkan beberapa objek kesenian dan replika bangunan Bali berupa candi bernama ‘Candi Bentar’ yang dapat diakses oleh wisatawan sebagai bagian dari atraksi museum tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun