Mohon tunggu...
Alifia Fariza
Alifia Fariza Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sosiologi sebagai Ilmu Sosial: Tantangan Munculnya Paradigma Baru di Era Digital

28 Oktober 2022   11:46 Diperbarui: 28 Oktober 2022   12:01 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

     Paradigma-paradigma sosiologi seperti paradigma positivisme yang dikemukakan oleh Auguste Comte dan Emile Durkheim saat ini sudah tidak selaras dengan realitas sosial yang berjalan didalamnya. Teori konflik yang dipaparkan oleh Karl Marx maupun Vilfredo Pareto sudah tidak sejalan dengan berbagai konflik-konflik pada realita masyarakat yang baru. Serta paradigma Talcott Parson mengenai perilaku sosial juga sudah sangat tertinggal dengan kasus-kasus baru yang bermunculan dalam realitas masyarakat. Dengan berbagai istilah teori-teori tersebut sebagai teori modern pun dapat dikatakan masih tertinggal dengan keadaan yang sebenarnya terjadi di dalam kehidupan di era digital ini. Problematika-problematika masyarakat era digital ini sudah terlalu maju jika disandingkan dengan teori-teori sosiologi, bahkan teori yang disebut sebagai "teori modern" tersebut. Hal ini menjadi tantangan bagi ilmu sosiologi dalam keberadaannya, dengan ancaman ilmu ini tidak lagi menjadi ilmu penting yang efektif dalam mengkaji gejala sosial di dalam masyarakat. Citra tersebut harus kembali diperoleh dengan oembaharuan pemikiran-pemikiran baru yang sejalan dengan berbagai realitas baru.

      Ketika kondisi yang berjalan tidak beriringan dengan ilmu, maka ilmu tersebut dapat dikatakan berada dimasa yang sangat kritis. Karena itu, pembaharuan ilmu sosiologi dengan mengaitkan paradigma baru sangat jelas dibutuhkan, saat ini paradigma baru tersebut disebut sebagai paradigma kontemporer dan posmodern. Hal ini disebut juga sebagai pergeseran paradigma. Paradigma baru pada hakikatnya merupakan reinkarnasi dari paradigma lama dengan perbaikan-perbaikan didalamnya agar paradigma tersebut disempurnakan sesuai dengan kondisi nyata. Peeubahan perspektif dan pola pandang umumnya merupakan hal yang mutlak terjadi mengetahui sebuah perubahan merupakan hal yang inheren di dalam setiap masyarakat. Di era digital ini. para pemikir ilmu sosial tidak hanya dituntut untuk menghadapi kehidupan masyarakat biasa namun sudah meluas kepada berbagai gejala dunia seperti adanya globalisasi, modernisasi, feminisme, dan pemikiran-pemikiran baru lain.

     Dalam paradigma ilmu kontemporer biasanya dikaitkan nuga dengan konsep pemahaman kritis atau disebut juga critical theory, dimana pemikiran yang didapat merupakan hasil pemikiran yang bersifat reflektif dan juga kritis. Sejumlah pemikir yang dapat dikatakan sebagai pemikir kontemporer dapat memodifikasi pemikiran-pemikiran klasik dan modern menjadi pemikiran yang selaras dengan kondisi terkini pada kehidupan manusia.

     Dari kajian paradigma kemajuan ilmu tersebut, kita ambil dari berbagai perubahan yang terjadi pada ilmu sosiologi. Saat ini doaat dikatakan bahwa ilmu sosiologi menghadapi keadaan krisis dengan berbagai tantangan didalamnya. Tantangan yang dapat kita kaji dengan berkembangnya berbagai ilmu ialah hubungan antara kemjauan ilmu psikologi dengan ilmu sosiologi. Pemikiran yang maju membuat ilmu psikologi mengembangkan cabang keilmuwannya yang disebut psikologi sosial. Di dalam psikologi sosial pun dicermati terdapat banyak teori-teori sosiologi yang diambil dalam kajiannya. Sementara tujuan awal sosiologi sebagai ilmu independen yang terlepas dari pengarub psikologi maupun filsafat. Hal ini menjadi salah satu tantangan keberadaa sosiologi sebagai salah satu ilmu sosial di era digital.

     Tantangan selanjutnya bagi kajian ilmu sosiologi ini ialah adanya pemikiran modernitas yang diikuti bemunculannya keberagaman pemikiran mengenai agensi mulai tumbuh subur yang akhirnya memiliki definisi terbaru dan berbeda mengenai gejala masalah sosial di masyarakat sehingga pemikiran didominasi oleh mereka yang menyebut keberadaannya sebagai "pakar" dibandingkan dengan pemikiran yang menjadi kesepakatan bersama didalam masyarakat. Kepentingan-kepentingan yang bermunculan semakin menggerakan perubahan dalam paradigma sosiologi didalamnya sehingga memunculkan terfragmentasinya ideologi dan kepentingan berbagai aktor di dalam masyarakat. Jika dilihat secara historis pun, sosiologi diawali sebagai ilmu yang memberikan pencerahan terhadap penindasan di Eropa yang akhirnya tidak sejalan lagi dengan konstruksi "penindasan" di era ini yang memiliki metode yang jauh berbeda dengan metode pada saat itu. Pada akhirnya, disiplin ilmu sosiologi terpaksa harus mengadopsi pemikiran baru yang sejalan dengan era posmodern untuk mempertahankan keberadaannya sebagai ilmu sosial.

     Tantangan besar selanjutnya bagi keberadaan ilmu sosiologi adalah sebagaimana bermunculan ilmu poshumanisme. Pada dasarnya, poshumanisme hadir dalam menolak "humanisme" atau perankemanusiaan yang saling timbal balik. Kemunculan pemikiran poshumanisme menjadi tantangan bagi kajian sosiologi tas dsar kajian ilmunya yang bertitik fokus berbanding terbalik dengan kajian ilmu sosiologi. Poshumanisme cenderung melawan pemikiran-pemikiran terdahulu sosiologi yang menjadi titik cerah Eropa. Dalam hal ini, poshumanisme memberikan sudut pandang bahwa didalam kehidupan terdapat hal lain yang menjadi penentu selain adanya manusia. Poshumanisme menolak kenarsisan manusia dengan dengan memberikan gagasannya bahwa manusia bukanlah pusat segala sesuatu dan bukan sebab dari segala gejala.

      Secara gamblang. poshumanisme menitikberatkan pembahasan mengenai adanya kehidupan nonmanusia yang selama ini kurang dipandang dibandingkan dengan keilmuwan tentang kemanusiaan. Dengan berbagai pandangan yang didapat tersebut sangat menjadi ancaman bagi kehidupan manusia yang terdapat gejala sosial didalamnya. Terhadap perkembangan pemikiran ini, tentu sosiologi sarat merespons mengingat disiplin ini berfokus pada studi relasi antarmanusia, bukan relasi antara manusia dengan entitas nonmanusia. Dalam dekade ini, respons sosiologi terhadap perkembangan poshumanisme sangatlah urgen, karena ini akan menentukan apakah ke depan sosiologi akan mengalami kemandulan dalam merespons gejala sosial, ataukah revitalisasi.

SIMPULAN
      Kehidupan di dunia terus mengalami perubahan dan perkembangan dalam segala aspek. Hal tersebut membuat suatu tuntutan bagi seluruh aspek yang dikaitkan dalam kehidupan manusia untuk mengikuti perubahan dan perkembangan tersebut. Keberadaan ilmu sosial yang berada dimasyarakat dinilai merupakan kajian ilmu yang cukup penting karna sangat berrelevansi terhadap berbagai kehidupan masyarakat didalamnya. Karena itu, ilmu sosial harus melakukan perkembangannya agar sejalan dengan realita yang terjadi di masyarakat. Namun halnya, beberapa tantangan bermunculan sehingga keberadaan tiap-tiap ilmu menjadi tergoyahkan. Begitu pula yang terjadi pada ilmu sosiologi, keberadaannya berada di saat-saat yang kritis dengam berbagai tantangan yang datang.

     Sosiologi memberikan tujuannya untuk memecahkan masalah didalam masyarakat, namun apabila ilmu tersebut bersifat kuno dan tidak relevan dengan kenyataan sosial, maka keberadaannya dapat dinilai sebagai hal yang tidak efektif lagi. Karena itu, paradigma-paradigma baru untuk menyesuaikan dengan banyaknya fenomena baru di dunia harus diselaraskan dengan berbagai cara. Pemikiran-pemikiran lama harus dimanfaatkan dengan memperbaharui dan memodifikasi sesuai dengan kebutuhan manusia. Datangnya paradigma yang mengkaji ilmu sosial dengan pandangan kontemporer sangat diperlukan bagi kelangsungan tiap-tiap cabang ilmu sosial tersebut.

    Sosiologi digital merupakan pemecahan ilmu sosiologi baru yang pada akhirnya berfungsi seiring dengan adanya perkembangan baru yang disebut "digital" tersebut. Kemunculan cabang-cabang ilmu sosiologi baru sangat membantu dalam menghidupkan kembali ilmu sosiologi agar berguna. Sosiologi digital tidak hanya menyatukan pemikiran sosiologis dengan kemajuan teknologi digital saja, namun juga memberikan titik dasar pandangan baru yang memiliki korelasi dengan pendekatan canggih dalam memahami dan mengatasi berbagai masalah sosio-kultural masyarakat di era kontemporer ini.
 
     Dalam konteksnya, pembaharuan-pembaharuan cabang ilmu sosiologi baru ataupun memanfaatkan cabang ilmu sosiologi lama yang diperbaharui dengan paradigma-paradigma baru akan membantu penghidupan kembali disiplin ilmu tersebut. Relevansi ilmu sosiologi terhadap interaksi manusia pada era saat ini sangat dibutuhkan dan merupakan sebuah kunci dari pemanfaatan ilmu tersebut pula. Karena itu, pemikiran-pemikiran mendatang sangat diperlukan untuk beberapa kajian baru dalam sosiologi.

DAFTAR PUSTAKA
Tendi. (2016). "Sosiologi Digital: Suatu Paradigma Baru dalam Kajian Ilmu Sosial". IAIN Syech Nurjati Cirebon, Indonesia.
Lupton, Deborah. (2012). Digital Sociology: An Introduction. Sydney: University of Sydney
Lupton, Deborah. (2015). Digital Sociology: An Introduction. Newyork: Routledge
Wynn, Johanathan R. (2019). Digital Society: Emergent Technologies in the Field and the Classroom. Sociologicam Forum, Vol.24, Issue 2,June
Nugroho. Wahyu Budi. (2022). "Tantangan dan Krisis Sosiologi". FISIP Universitas Sumatera Utara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun