Mohon tunggu...
alifia ayuwijaya
alifia ayuwijaya Mohon Tunggu... -

simple.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Karena Jarak Mengajariku Arti Kata Merindu dan Menunggu

2 Maret 2011   17:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:07 1526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pertama kali mengenalnya, tidak pernah sekalipun dalam pikiranku untuk menjalani sebuah hubungan jarak jauh. Dia adalah sosok yang baik dan menarik, tanpa terasa perkenalan kita di sebuah cafe itu berujung pada komunikasi - komunikasi dalam tiada berkesudahan dengannya kini. Banyak cerita yang telah kita bagi. Banyak sisi dari diriku dan dirinya yang sama-sama kami ungkapkan. Teori penetrasi yang digambarkan seperti lapisan bawang yang terkelupas seolah mentah untuk kami. Semuanya terjadi begitu saja. Mengalir dalam waktu yang singkat. Beberapa teman kami mengira bahwa dia adalah temanku di masa lalu yang bertemu kembali kini.

Dan, ketika dia mengatakan ingin bersamaku. Aku pun tak tahu harus bilang apa. Ada jarak diantara kotanya dan kotaku. Ada ragu, apakah aku mampu bertempur dengan satuan jarak dan waktu tersebut. Tapi dia selalu yakinkan aku, bahwa semua itu bukan hambatan. Perbedaan jarak dan waktu adalah tantangan.

Dia bilang, jarak adalah serpihan batu ujian yang akan menguatkan kami di kemudian hari. Karena melalui kata 'jarak', kamu bisa belajar tentang arti kata merindu dan menunggu. Karena kata jarak pula, kamu bisa belajar tentang artinya komitmen dan kompromi.

Aku dan dia tak pernah akan tahu seberapa kuat kami akan menjalani long distnce relationship ini. Tapi, kami selalu percaya jarak telah dan akan selalu mengajarkan kebaikan kepada kami, seperti yang telah kami alami beberapa waktu lalu. Ya, jarak, terima kasih sudah mengajari kami menjadi sosok yang luar biasa sabar dan pengertian.

p.s buat mereka-mereka yang sedang menjalani LDR. jangan pernah takut sama 'jarak'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun