Mohon tunggu...
Alifia aulia Mawada
Alifia aulia Mawada Mohon Tunggu... Lainnya - Alifia

alifiaaaaa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Pengertian Konghucu Secara Teologis hingga Perayaan-Perayaan yang Ada di Dalamnya

24 Maret 2022   17:43 Diperbarui: 24 Maret 2022   17:46 1216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah Indonesia mengakui 6 agama saja sebagai agama yang dapat dianut oleh masyarakat Indonesia, diantaranya adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Dan pada hari minggu kemarin saya memiliki kesempatan untuk berkunjung ke sebuah Klenteng yang berada di Bojonegoro yaitu Klenteng Hok Swie Bio untuk lebih tahu mengenai agama Konghucu itu adalah sebuah kepercayaan yang seperti apa.

Konghucu memperoleh pengkuan resmi dari pemerintah Indonesia bahwa konghucu adalah sebuah agama melalui Keputusan Presiden Nomor 1 tahun 1965 hingga Konstitusi No. 5 tahun 1965 yang menetapkan Konghucu bersama 5 agama lainnya yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha sebagai agama resmi di Indonesia. Namun pada era orde baru seluruh kegiatan yang berbau kebudayaan dan tradisi tionghoa dilarang melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat China dan hal inilah yang menyebabkan pemeluk agama konghucu berkurang. Lalu pada Masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid Inpres tersebut dicabut dan dikeluarkanlah Keputusan Presiden No. 6 Tahun 2000 yang menyatakan Konghucu sebagai agama resmi Negara.

Konghuchu sendiri merupakan suatu ajaran yang secara teologis mengajarkan tentang cinta kasih, kebenaran, kesusilaan dan kebijaksanaan yang kemudian diaplikasikan kedalam kehidupan seseorang menjadi orang yang santun dan penuh dengan kelembutan. Dalam konteks agama konghucu Tuhan disebut dengan sebutan "Tian" yang berarti Satu Yang Maha Besar, Maha Kuasa, Maha Esa. Selain itu di dalam agama konghucu tidak mengenal adanya dewa tetapi mengenal adanya malaikat.

Umat konghucu beribadah untuk memuliakan leluhur, ada dua leluhur yang dihormati yang pertama disebut dengan leluhur dan yang kedua disebut dengan maha leluhur. Manusia bisa terlahir karena adanya maha leluhur atau yang disebut dengan Tian (Tuhan) maka umat konghucu sembahyang kepada Tien. Lalu leluhur adalah sebutan untuk orang tua, cara beribadah untuk menghormati leluhur atau orang tua yang masih hidup adalah dengan merawatnya dan ketika sudah wafat maka di makamkan dan di do'a kan sesuai dengan norma-norma yang ada di masyarakat. Ada tempat bersembahyang sendiri untuk mendo'akan leluhur yakni altar leluhur dan dapat dilakukan setiap hari.

Pada hari-hari tertentu umat konghucu melakukan persembahyangan sebagai ungkapan Syukur kepada Tien yang biasa dilakukan pada 4 musim. Mengapa dilakukan pada 4 musim ? karena Konghucu merupakan kepercayaan yang berasal dari Tiongkok yang mana di Tiongkok terdapat 4 musim. Yang pertama adalah sembahyang yang dilakukan pada musim Semi, sembahyang pada musim ini memiliki arti sebagai permulaan, yang dikenal secara umum bagi para petani sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan karena pada musim semi inilah para petani membuka lahannya. Dan pada musim semi inilah para keluarga berkumpul untuk beribadah.

Lalu yang kedua adalah musim panas yang disebut dengan sembahyang Qiu Chang, sembahyang ini berarti ungkapan rasa syukur kepada Tuhan karena masyarakat diberikan perlindungan untuk tetap hidup dibwah teriknya sinar matahari selain itu matahari merupakan sumber kehidupan di bumi ini. Lalu yang ketiga adalah sembahyang yang mengawali sebelum musim dingin yang disebut dengan sembahyang musim rontok atau gugur, pada musim rontok ini para masyarakat tionghoa bersyukur karena diberikan panen yang melimpah, lalu ada juga sebuah kue yang dibuat dari gandum yang di panen tadi yang dapat disimpan untuk persiapan musim dingin dan yang terakhir adalah sembahyang pada musim dingin yang dilakukan pada bulan Desember.

Selain itu umat konghucu juga melakukan ibadah pada tanggal 1 dan 15 penanggalan Imlek, namun ada pula yang melakukan ibadah pada hari minggu dan hari-hari lainnya yang disesuaikan dengan situasi dan keadaan setempat. Dalam beribadah umat konghucu menggunakan Dupa atau yang nama aslinya adalah Xiang yang memiliki arti harum, jadi orang yang beribadah diperlukan kesucian dan kebersihan, seperti halnya di dalam islam yang mana kebersihan merupakan sebagian dari iman. Selain itu dupa yang menghadap ke atas yang memiliki arti ibadah kepada tuhan dengan hati yang tulus.

Klenteng identik dengan warna merah dan kuning. Warna merah yang melambangkan semangat dan warna kuning yang memiliki arti karunia tuhan. Selain itu adapula ornamen-ornamen hewan seperti naga, harimau dan burung yang melambangkan malaikat. Semua Ornamen-ornamen tersebut menghadap kebawah dan memiliki arti bahwa malaikat memberikan firman kepada manusia agar sembahyang kepada tuhan.

Dalam ajaran konghucu memperbolehkan bagi pemeluknya untuk menghormati siapa pun dan apa pun karena telah tertulis di dalam kitab "memuliakan Tuhan Yang Maha Esa dan menghormati orang-orang besar dan para Nabi". Hanya sekedar saling menghormati agar kehidupan dapat berjalan dengan baik di dalam perbedaan. Sama halnya dengan yang tertulis dalam kitab suci Al-qur'an pada surat Al-Kafirun ayat 6 yang memiliki arti "untuk mu agama mu dan untuk ku agama ku" yang mengajarkan umat muslim untuk saling bertoleransi dalam agama.

Saling menghormati antar umat beragama adalah suatu hal yang sangat penting, apa lagi bagi kita yang hidup di Indonesia yang terdapat 6 agama berbeda yang mana oleh para penduduk Indonesia dapat meyakini salah satu dari 6 agama tersebut. Indonesia sendiri memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki makna bahwa rakyat Indonesia yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda baik dari suku, ras, maupun agama nya, oleh karena itu untuk menjaga perstuan dan kesatuan kita harus memiliki rasa hormat dan saling menghargai perbedaan yang ada di dalam masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun