Hoaks atau berita palsu merupakan informasi yang disebarkan dengan sengaja untuk menyesatkan atau memanipulasi opini publik. Fenomena ini semakin merajalela di era digital saat ini, di mana informasi tersebar dengan cepat melalui berbagai platform media sosial. Tantangan utama yang muncul adalah bagaimana memilah informasi yang benar dari hoaks.Â
Hoaks dapat berdampak merugikan, menyebabkan kebingungan, konflik, dan bahkan mempengaruhi keputusan masyarakat dalam berbagai hal. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu terutama generasi muda untuk mengembangkan kemampuan membaca kritis.
      Guru Bimbingan dan Konseling (BK) memiliki peran yang sangat penting dalam menghadapi tantangan ini. Mereka tidak hanya bertugas membimbing siswa secara psikologis, tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan membaca kritis agar mampu menangkal hoaks yang tersebar di lingkungan digital. Dengan membekali siswa dengan keterampilan ini, Guru BK dapat menjadi garda terdepan dalam melawan penyebaran hoaks dan membangun generasi yang cerdas dalam mengonsumsi informasi.
      Permasalahan kemampuan membaca kritis di kalangan siswa merupakan tantangan, terutama dalam konteks memilah informasi yang benar dari hoaks di media sosial. Salah satu faktor utama yang menyebabkan rendahnya kemampuan membaca kritis adalah kurangnya pemahaman siswa tentang hoaks, bagaimana cara mengidentifikasinya, dan mengapa hoaks bisa berbahaya.Â
Hal ini bisa disebabkan oleh minimnya pendidikan formal mengenai literasi media dan keterampilan membaca kritis di sekolah. Selain itu, kepercayaan yang tinggi terhadap informasi di media sosial juga menjadi masalah serius. Generasi muda cenderung lebih percaya terhadap informasi yang mereka temui di media sosial tanpa melakukan verifikasi lebih lanjut.
      Selain itu, kurangnya minat dalam membaca juga merupakan faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya kemampuan membaca kritis. Banyak siswa lebih suka menghabiskan waktu mereka dengan aktivitas lain, seperti bermain game atau menghabiskan waktu di media sosial daripada membaca materi yang dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis mereka.Â
Penggunaan media sosial yang tidak tepat dan pergaulan yang kurang terkontrol di media sosial dan eksposur terhadap konten yang tidak terverifikasi dapat membuat siswa semakin rentan terhadap penyebaran hoaks.
      Kurangnya metode pengajaran yang efektif juga menjadi kendala dalam mengajarkan keterampilan membaca kritis. Guru BK sering kali menghadapi kesulitan dalam menemukan metode pengajaran yang efektif dan terintegrasi dalam kurikulum. Hal ini dapat menyebabkan siswa kurang mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan membaca kritis secara menyeluruh. Dengan pemahaman yang mendalam tentang permasalahan ini, Guru BK dapat merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif dan mengatasi tantangan ini secara bertahap.
      Untuk mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan membaca kritis di kalangan siswa dan memperkuat peran Guru BK dalam melawan penyebaran hoaks, metode inovatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengadopsi pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan. Guru BK dapat merancang aktivitas pembelajaran yang menekankan pada pengembangan keterampilan membaca kritis, seperti pemecahan masalah, analisis kritis, dan evaluasi informasi. Contohnya, mereka dapat menggunakan studi kasus yang relevan dengan kehidupan sehari hari siswa atau mengorganisir diskusi kelompok yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan kritis tentang informasi yang mereka temua di media sosial.
      Selain itu, pemanfaatan teknologi digital juga dapat menjadi sarana yang efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa. Guru BK dapat memanfaatkan platform pembelajaran daring yang interaktif dan adaptif untuk memberikan latihan latihan membaca kritis kepada siswa. Dengan memilih konten yang relevan dan menarik, serta menggunakan fitur fitur interaktif seperti kuis, diskusi online, dan evaluasi secara real-time, guru BK dapat mengembangkan keterampilan membaca kritis mereka.
      Terakhir, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa juga dapat menjadi metode yang efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca kritis. Guru BK dapat menggunakan teknik-teknik seperti pembelajaran berbasis masalah, penugasan proyek, atau pembelajran kooperatif untuk memberikan kontrol yang lebih besar kepada siswa dalam proses pembelajaran. Dengan memperhatikan minat, kebutuhan, dan gaya belajar individu siswa, guru BK dapat menciptakan pengalaman belajar yang relevan dan bermakna, yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan membaca kritis mereka secara lebih efektif.