Mohon tunggu...
Nur Aliffia Oktaviana Firdaus
Nur Aliffia Oktaviana Firdaus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Penulis Pemula

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Laporan Keuangan Bukan Satu-satunya Ukuran Keberhasilan Bisnis

3 Juni 2024   16:05 Diperbarui: 3 Juni 2024   16:14 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Tentunya kita pernah merasakan dimahalin oleh seorang pedagang warung atau toko kalau harga yang diberikan pada kita terasa amat mahal. Dan ini membuat kita merasa sangat kesal. Dalam pandangan bisnis, harga yang mahal memang bisa menguntungkan. Meraih keuntungan atau kesempatan pada saat saat momen hari besar, pada saat adanya basar, saat pembeli lengah atau tidak tahu harga, sering kali dilakukan oleh para pedagang.
     

Perilaku seperti itu tidak cuma ditemui pada pedagang kecil. Perusahaan perusahaan besar  dengan manajemen komplekpun seringkali melakukan hal serupa. Wajar kalau kemajuan suatu perusahaanpun sering kali dilihat dari untung rugi sebagaimana tercantum pada neraca keuangannya.

Jika melihat lebih dalam budaya korporat sekarang ini, tampaknya laporan keuangan (financial report) masih menjadi hal yang utama. Padahal jika kita mau menyadari, menjaga pelanggan jelas lebih penting daripada sekedar laba atau keuntungan. Seorang pelanggan terbentuk apabila keinginannya, berupa barang barang atau jasa bisa dipenuhi. Pelanggan yang terpuaskan akan menjadi pelanggan yang setia sedangkan laba atau keuntungan merupakan hasil dari kepuasan itu. Jadi pelanggan itu seharusnya menjadi motivator dan tujuan kita bekerja, sedangkan laba atau keuntungan adalah hasil dari kerja tersebut. Pelanggan itu masa depan, laba atau keuntungan masa lalu. Maka melihat laporan selain keuangan, yaitu pelanggan, merupakan sebuah kaharusan. Menurut pendapat pakar manajemen dunia, Peter F Drucker, dilematika laba dan pelanggan haruslah diprioritaskan. Jika ini dipenuhi maka laba atau keuntungan akan datang dengan sendirinya. "Profit is avcondition of survival. It is the cost of the future, the cost of staying bussines," rumusnya. Drucker menjelaskan bahwa laba itu bukanlah kuasa, melainkan hasil kerja kefiatan pemasaran, inivasi dan produktivitas . (adnan putra 1999).
     

Selain pelanggan, faktor luar yang perlu diperhatikan adalah rekanan usaha, misalnya supplier. Intinya, jangan sampai rekanan kita mati karena harga harga  ditekan semena mena untuk mengejar laba atau keuntungan besar. Karena keberadaan mereka sebenarnya juga menentukan eksistensi usaha kita. Maka setiap peminat untuk menjadi pelanggan harus diperlakukan laiknya sahabat, penuh kehangatan dan keterbukaan. Mengutamakan untuk mencari pelanggan ketimbang mengejar laba atau keuntungan semata yang besar, karena kalau pelanggan sudah kita pegang atau kita miliki maka laba atau keuntungan itu akan mengikuti sendiri.

Sumber :
Majalah PENDAR
Edisi No.06/Thun 2000

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun