Apakah Anda memiliki jejaring social yang saat ini disebut sebagai sosmed? Apakah Anda sering memajang foto-foto Anda baik sendiri (selfie) atau bersama (groupie)? Tentunya Anda melakukan semuanya mulai dari memiliki sosmed dan sering mengupload adau memasang foto baik sendiri atau bersama. Taukah Anda bahwa selfie dapat berdampak menjadi gangguan mental? Disini penulis akan sedikit beropini bagaimana sih selfie dapat tergolong sebgai gangguan mental? Simak tulisan selengkapnya...
Selfie merupakan sebuah kegiatan berfoto sendirian, kegiatan ini sering dilakukan mulai dari usia anak-anak sampai usia yang tergolong dewasa. Foto selfie menjadi tren saat adanya jajaring sosmed yang mulai marak di era belakangan ini. Menurut ahli, saat selfie, orang akan selalu mencari angle yang sempurna dan dilakukan secara simultan.Hobi selfie atau memotret diri sendiri dapat menunjukkan ciri kepribadian seseorang mengalami gangguan narsisistik dan histrionik (ingin menjadi pusat perhatian). Tetapi, pada tahap tertentu selfie dapat dikatakan sebagai ciri kepribadian juga bisa menunjukkan adanya gangguan kepribadian yakni Narsistik. Ada pendapat yang dikutip dari inet.detik.com "Selama dia masih bisa kontrol, selfienya dalam dosis normal sesekali gitu, ya nggak apa-apa karena itu ciri kepribadian dia. Tapi, kalau berlebihan jangan-jangan dia ada gangguan kepribadian narsisistik atau histrionik," terang Noriyu saat ditemui di kantor IDI, Jl. Samratulangi, Menteng, Jakarta. Noriyu menekankan, gangguan kepribadian narsisistik atau histrinoik bukan timbul karena yang bersangkutan sering selfie. Kemungkinan, sudah terbentuk kepribadian tersebut lalu ditemukan mediumnya untuk memunculkan gejala. Selain itu biasanya gangguan kepribadian merupakan salah satu gangguan kejiwaan di masyarakat yang sering tidak disadari oleh individu yang mengalaminya dan dapat merugikan orang di lingkungan sekitarnya.
Narsistik sendiri menurut DSM IV-TR, menyebutkan bahwa kriteria gangguan kepribadian narsistik yaitu, pandangan yang dibesar-besarkan mengenai pentingnya diri sendiri, arogansi, terfokus pada keberhasilan, kecerdasan, kecantikan diri, kebutuhan ekstrem untuk dipuja, perasaan kuat bahwa mereka berhak mendapatkan segala sesuatu, kecenderungan memanfaatkan orang lain, dan iri kepada orang lain (dalam netsains.net, 17 March 2010). Orang yang terkena narsisme memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk ber-selfie ria. Mereka biasanya akan memposting foto mereka di mana-mana, khususnya di media sosial untuk mendapat kepuasan secara instan. Jika perilaku narsistik ini tidak disadari, maka ini akan terus tumbuh dan dapat berbahaya.
Terdapat pendapat yang dicuplik dari lifestyle.okezone.com (11 April 2014) Â Dr. Pamela Rutledge, Direktur the Media Psychology Research Centre di Boston Massachusetts juga memiliki pendapat yang serupa. Menurutnya, selfie adalah indikator kurang percaya diri yang dirasakan oleh seseorang. "Selfie sering memicu berbagai persepsi mulai dari mencari perhatian ataupun narsisme hingga perasaan rendah diri. Keasyikan dengan selfie juga merupakan indikator kurangnya rasa percaya diri,"
Nah, Mulai mengerti kan? Jadi sebaiknya jika kita ingin berselfie lebih baik jangan banyak-banyak atau terlalu sering bisa-bisa terkena narsistik juga gangguan lainnya seperti obsesiv kompulsif, lebih disarankan foto bersama saja dengan teman-teman atau orang lainnya. Berfotolah pada tingkat kewajaran. Terimakasih sudah membaca semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H