Mohon tunggu...
Alif Fiadi Fuazhim
Alif Fiadi Fuazhim Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

tetap istiqamah apapun tujuanmu jika itu baik maka perjuangkanlah, jika itu buruk maka tinggalkanlah dan lupakanlah [your mind...your idea...change your life]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Jadi Terapis Tanpa Alat Khusus dengan Tahu Ragam Respon Empatik “Rogers”

14 Maret 2014   23:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:56 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anda mungkin tidak asing dengan istilah terapis? Apa itu terapis? Terapis secara gampangnya ialah orang yang bisa mengobati dengan teknik dan alat tertentu. Biasanya terapis berhubungan dengan penyakit yang hubungannya dengan jiwa , mental dan sebagainya. Contohnya ialah seperti kecemasan, depresi atau sebagainya. Selanjutnya bagaimana untuk jadi terapis yang tidak menggunakan alat terapi khusus, namun menggunakan teknik yang butuh pemahaman dan pendekatan, yakni dengan teknik respon empatik milik Rogers. Respon empatik ini menurut saya kita sebagai memiliki posisi sebagai penerapis (terapis) seolah-olah (menempatkan diri) merasakan apa yang telah dirasakan oleh klien.Saya tahu ini, karena mendapat dan mencatat sedikit pengetahuan mengenai keterapisan respon empatik dari penjelasan dosen saya. Terdapat ragam respon Empatik milik Rogers, antara lain:

1.Respon pemahaman Empatik

Respon ini menekankan pada pemahaman mengenai pengalaman klien, jadi terapis harus bisa paham apa yang telah disampaikan klien, pada saat klien menceritakan kronologis mengenai masalahnya, kita harus menempatkan diri menjadi Listener yang baik dan tak lupa empatik.

Misal terapis bisa dengan menanyakan keadaan klien seperti ini: “Sepertinya hari anda melelahkan?”.

2.Afirmasi Empatik

Dalam hal ini terapis menguji kesangkilan (validity) perspektif klien, sebagai terapis harus bisa atau memiliki skill yang baik, bisa dengan suatu pendapat yang setidaknya tepat sasaran.

Misal terapis bisa dengan bertanya: “Anda merasa dia mengabaikan anda?”.

3.Evokasi Empatik

Yakni dengan menghidupkan pengalaman klien dengan menggunakan bahasa yang kaya makna, evokatif (membangkitkan imajinasi) dan konkret. Dalam prosesnya kita menjawab dengan measosiasikan sesuatu agar seolah-olah sesuatu itu dapat mewakili masalahnya yang diceritakan.

Misal yang diucapkan oleh terapis: “Seolah-olah semua lampu telah padam dan anda tidak yakin anda tahu letak saklar lampunya sehingga anda dapat menyalakan lampu-lampu itu kembali”.

4.Terkaan Empatik

Disini terapis berupaya untuk memahami makna implisit dan narasi klien. Sekali lagi sebagai terapis harus empatik bukan simpatik, karena disini kita harus bisa seolah merasakan apa yang dirasakan klien (dengan menerka-nerka sesuatu kata yang pas) agar kita dapat menuntuk klien menuju kunci permasalahannya.

Misal yang terjadi klien bercerita dan sempat menghela nafas, kemudian terapis menjawab: “saya memerhatikan anda menghela nafas, benarkah apa yang saya rasakan bahwa anda merasa kecewa dinomorduakan”.

5.Respon Eksplorasi Empatik

Respon ini memiliki karakteristik penyelidikan dan digunakan terapis untuk membantu klien memusatkan focus pada perasaan-perasaan evaluasi atau asumsi-asumsi.

Misal setelah mendengar keluhan dari klien terapis menjawab : “ sepertinya anda sulit untuk melepas dia? Benarkah apa yang saya rasakan bahwa anda duduk dan menunggu telpon berdering dan sekaligus anda hanya menjumpai kesunyian dan kekosongan, anda merasa sangat sulit bangkit dan pergi..?”

Berikut yang dapat saya sampaikan, semoga dapat bermanfaat. Mohon maaf jika ada kekeliruan dan kesalahan. :)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun