Belajar merupakan suatu proses yang mengetahui dan memahami sesuatu sehingga mengerti dan bisa. Namun apa yang terjadi jika dalam belajar anak mendapat suatu gangguan sehingga anak belajar tidak sesuai dengan semestinya. Nah, disini akan dipaparkan sedikit mengenai tipe-tipe gangguan belajar yang harus orang tua ketahui, yang tujuannya agar orang tua mengerti dan paham akan sebab anak terganggu dalam belajarnya. Terdapat tiga tipe gangguan belajar diantararanya gangguan matematika, gangguan menulis dan gangguan membaca. Penjelasan dari masing-masing tersebut bisa kita lihat di bawah ini:
1. Gangguan Matematika
Gangguan matematika ini menggambarkan anak-anak dengan kemampuan aritmatika. Dalam prakteknya mereka mendapat masalah untuk memahami istilah-istilah matematika dasar ataupun operasi seperti istilah dalam bahasa jawa adalah PIPOLONDHO (Ping, Poro, Lan, Sudho) yang berarti perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan, serta kurang dalam memahami symbol-simbol matematika (+,-,= dll.) masalah ini mungkin tampak ketika anak duduk pada kelas 1 SD namun umumnya tidk dikenali ssampai anak duduk dikelas 2 ataupun kelas 3.
2. Gangguan Menulis
Gangguan menulis ini mengacu kepada anak dengan keterbatasan kemampuan untuk menulis. Keterbatasan ini muncul dalam bentuk kesalahan dalam mengeja, tata bahasa, tanda baca ataupun kesulitanya dalam membentuk kalimat maupun paragraph. Kesulitan ini umumnya Nampak pada usia 7 tahun, sedangkan kasus ringan mungkin tidak dikenali sampai usia 10 tahun atau setelahnya.
3. Â Gangguan Membaca
Gangguan ini sering dikaitkan dengan disleksia yang mengacu kepada anak yang memiliki perkembangan ketrampilan yang cukup buruk dalam mengenali kata-kata serta memahami bacaan. Anak-anak yang menderita disleksia membaca dengan lambat dan kesulitan, dan mereka mengubah, menghilangkan atau mengganti kata-kata ketika membaca dengan keras. Mereka juga kesulitan dalam menguraikan huruf dan kombinasinya serta mengalami kesulitan menerjemahkannya menjadi suara yang tepat. Mungkin mereka juga salah mempresepsikan huruf seperti jungkir balik (misalkan bingung dengan w dan m) atau melihatnya secara terbalik (antara b dan d). disleksia ini biasanya tampak pada usia 7 tahun, walaupun kadang sudah dikenali pada usia 6 tahun. Anak-anak dan remaja dengan gangguan ini lebih rentan terhadap depresi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI