Listrik merupakan komponen penting yang dapat menunjang kehidupan manusia, dengan adanya listrik mempermudah aktivitas manusia di berbagai bidang. Kelistrikan mampu membantu perkembangan industri modern sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara. Kebutuhan listrik untuk sektor industri cukup besar sebagai penggerak agar teknologi industri dapat dijalankan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga keseimbangan listrik di bidang industri ialah PLN memastikan pasokan listrik di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industr (KI), dan pelanggan-pelanggan besar. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat PLN juga membangun Sistem tenaga listrik Jawa-Bali (SJB) sebagai interkoneksi di Indonesia yang terbesar. SJB sebagai interkoneksi terbesar memastikan listrik tidak dapat terputus karena Jawa-Bali terhubung dalam satu jaringan antar pembangkit induk dengan pembangkit lainnya. PLN juga membangun jaringan listrik interkoneksi di Sumatera Selatan hingga Aceh, Lampung, Riau, Sulawesi dan wilayah lainnya di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan pertumbuhan dan ketergantungan masyarakat terhadap kebutuhan energi listrik semakin meningkat.
Lalu bagaimana hubungan ketersediaan listrik untuk sektor industri dapat membantu perekonomian negara? Adanya ketersediaan listrik yang stabil dan memadai dapat menarik para pihak investasi untuk membangun industri dalam negeri. Semakin banyaknya perindustrian yang akan diwujudkan maka akan semakin besar peluang ketersediaan lapangan pekerjaan. Hal ini tentu membantu perekonomian negara dengan memperkecil angka kemiskinan. Beberapa komponen yang menjadi sasaran sektor kelistrikan di Indonesia adalah listrik yang berkelanjutan (sustainability), terjangkau (affordability), adil (equity), ketersediaan yang cukup (availability), dan terjamin (reliability).
Listrik yang berkelanjutan ditujukan agar dapat bertahan lama dan dapat digunakan terus-menerus dalam jangka panjang dengan memperhatikan kesehatan dan perkembangan bisnis sehingga tercipta energi listrik yang ramah lingkungan, bersih dan rendah karbon. Tarif listrik diharapkan masih terjangkau namun bersifat kompetitif dan dapat bersaing untuk menjaga keseimbangan perekonomian. Sasaran listrik yang adil ditujukan agar ketersediaan listrik merata bagi masyarakat hingga ke pedesaan. Oleh karena itu kelistrikan diupayakan memiliki ketersediaan yang cukup untuk konsumsi nasional dengan kualitas yang terjamin dan handal. Sasaran sektor kelistrikan ini selaras dengan kebutuhan listrik yang berkelanjutan, terjangkau, dan cukup di bidang industri. Apabila kebutuhan listrik tersebut terpenuhi maka produk-produk yang dihasilkan sesuai, berkualitas, memiliki nilai ekonomi dan daya saing.
Perkembangan kelistrikan di Indonesia juga dapat dilihat melalui Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Indonesia. Dalam RUPTL yang telah disusun oleh PLN dapat dicermati bahwa perkebmbangan kelistrikan di Indonesia akan menuju pada sistem baru yakni penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT). Penggunaan EBT pada RUPTL untuk pengembangan kelistrikan di Indonesia mengarah ke perluasan pembangkitan listrik tenaga air (PLTA), pembangkitan listrik tenaga bayu (PLTB), dan pembangkitan listrik tenaga surya (PLTS). Dalam susunan RUPTL terdekat yakni pada periode 2021-2030 ketersediaan listrik di Indonesia akan disebut sebagai green RUPTL. Target dalam ketersediaan listrik pada RUPTL 2021-2030 adalah sebesar 40.967 MW dengan porsi PLTA yang paling besar yakni dengan 8.986 MW. Ketersediaan tenaga listrik di Indonesia yang semakin besar merupakan bentuk kemandirian Indonesia dalam bidang energi listrik.
Ketersediaan listrik di Indonesia pada data 2019 memiliki indeks konsumsi listrik per kapita sebesar 1.039 KWh. Dengan luasan area Indonesia sebesar 1.811.570 Km2 indeks konsumsi listrik perkapita Indonesia tergolong kecil. Jika menilik ke negara lain misalnya engara tetangga Malaysia dengan indeks 5.097 KWh dengan luas wilayah 328.550 Km2 maka angka ini sangatlah jauh dengan Indonesia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemajuan kelistrikan di Indonesia masih belum baik karena tidak maksimalnya kebutuhan listrik di sektor industri dan manufaktur. Pengembangan kebutuhan listrik ke depan adalah untuk persiapan pertumbuhan industri dan teknologi.
Dalam menumbuhkan industri di Indonesia pemerintah mengambil langkah dengan adanya hubungan bilateral di dengan negara-negara di dunia untuk pembeangunan industri di dalam negeri dan infrastruktur negara. Selain itu pemerintah juga mengambil langkah dalam menumbuhkan perokonomian dengan sistem foreign direct investment. Dengan beberapa langkah ini tentunya menjadi sebuah bukti bahwa dibutuhkannya perkembangan penyediaan listrik ke depan baik untuk industri, infrastruktur dan kebutuhan masyarakat.
Dalam meningkatkan demand akan energi listrik maka creating supply perlu dilakukan. Beberapa langkah dan cara yang sudah disebutkan di atas menjadi bahan pengamatan bagi masyarakat mengenai keberhasilan dan kebermanfaatan yang bisa dirasakan langsung oleh msayarakat.
Dalam creating demand dan creating supply perlu juga menjadi bahan pertimbangan mengenai proses dan langkah yang akan ditempuh. Khususnya dalam hal penyediaan energi langkah yang ditempuh adalah pengintegrasian dalam transisi energi pada sektor ketenagalistrikan. Transisi ini harus dipetakan sesuai dengan kebutuhan dan rancangan energi Indonesia ke depan. Transisi energi dapat terencana secra periodek dengan menitikberatkan pada beberapa urgensi yang akan dihadapi negara sesuai prioritas dan kebutuhan masyarakat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H