Pemasangan PLTS di suatu bangunan atau ruang terbuka cukup rumit sehingga membutuhkan pihak ahli untuk pemasangan alat pembangkit beserta penyaluran energi listrik yang dihasilkan ke dalam alat-alat elektronik. Langkah pertama dalam pemasangan PLTS ini adalah penentuan lokasi dan pengukuran potensi energi matahari dalam suatu lokasi yang dipilih. Lokasi dengan potensi cahaya matahari lebih besar adalah tempat terbuka yang terkena cahaya matahari langsung, oleh sebab itu panel surya di suatu bangunan diletakkan di bagian atap atau dinding terbuka bagian luar. Pengukuran untuk mengetahui potensi energi matahari yang ada dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pengukuran secara langsung atau pengukuran satelit. Pengukuran langsung dilakukan dengan menggunakan komponen alat seperti pyranometer, pyrgeometer, phyreliometer dan sunshine duration. Langkah kedua adalah menyediakan alat yang dibutuhkan dalam pemasangan panel surya terdiri dari solar charge controller, PV, baterai kapasitas besar, inverter, kotak penghubung, struktur penyangga, penangkal petir, kerangka besi, kabel listrik, baud, skup, lem, AVO meter, obeng, tang, palu, gergaji besi, meteran, komponen tambahan jika dibutuhkan yaitu saklar tukar, DPDT (double pole double touw) atau ATS (automatis stop start) beserta alat lainnya yang diperlukan. Kemudian setelah alat tersedia dilakukan langkah ketiga yaitu penyusunan dudukan panel surya yang terbuat dari plat besi atau logam yang kuat sebagai wadah atau tempat penyimpanan sel surya dan antisipasi gangguan seperti goncangan dan angin. Penyusunan panel surya disesuaikan dengan perhitungan kebutuhan energi listrik yang telah dihitung sebelumnya, sehingga dapat diketahui jenis komponen alat yang dibutuhkan. Â Selanjutnya tahap penghubungan kabel dengan solar charge controller untuk menyimpan energi pada baterai dan inverter. Baterai yang digunakan adalah baterai yang dapat menyimpan energi listrik kapasitas besar seperti baterau lead-acid, lithium-ion, nickel-cadmium, dan flow battery. Inverter yang digunakan lebih baik inverter yang cocok dengan berbagai alat elektronik seperti inverter pure sine wave, alat ini berfungsi untuk mengubah arus listrik DC dari panel surya menjadi arus AC yang dapat digunakan. Langkah terakhir adalah pengaturan sambungan PLTS pada suatu bangunan atau rumah.
Pengaturan sistem PLTS yang dipasang di suatu bangunan memiliki 2 jenis sistem yaitu sistem PLTS on-grid dan PLTS off-grid, sistem PLTS on-grid merupakan sistem PLTS yang terhubung dengan PLN artinya dalam suatu bangunan memiliki 2 pemasok energi listrik yang dapat dijadikan cadangan apabila PLTS tidak dapat dioperasikan sedangkan sistem PLTS off-grid merupakan sistem PLTS yang tidak terhubung dengan PLN artinya suatu bangunan hanya mendapatkan arus listrik hanya dari panel surya atau cadangan listrik yang telah disimpan dalam baterai. Adapun syarat-syarat dasar yang harus dipenuhi dalam pemasangan PLTS yang diletakkan di atas bangunan (tipe rooftop) adalah panel surya menghadap khatulistiwa 30 atau bergantung pada waktu bulan yang cerah, koreksi sudut 10, dihindarkan dari shading atau bayangan, panel surya yang kuat menahan tiupan angin atau goncangan, terdapat proteksi petir, struktur tersusun dari bahan tahan karat dan diberikan celah atau ventilasi untuk membantu perpindahan panas yang baik.
Sedikit teori di atas merupakan garis besar teknologi PLTS yang ada sekarang ini. Pemahaman PLTS harus digaungkan di banyak media sosial, sehingga dapat membuka ruang berfikir masyarakat mengenai Energi Baru Terbarukan (EBT) yang bersumber dari energi radiasi matahari. Hal ini diperlukan untuk menunjukkan kepada masyarakat bagaimana baiknya PLTS dan fleksibilitasnya yang mudah diaplikasikan bahkan di skala masyarakat konsumen listrik. Kemajuan PLTS menjadi penting dan merupakan program bagi pemerintah untuk menggalakan PLTS di berbagai sektor. Target pembangkitan PLTS di tahun 2022 adalah sebesar 76,3 giga watt. Terobosan baru dalam PLTS juga diaplikasikan oleh PT. Pertamina. Pengaplikasiannya adalah dengan memasangkan teknologi PLTS pada setiap SPBU milik pertamina. Menurut CNBC Indonesia yang dikutip pada 22 Februari 2022 pada portal website www.cnbcindonesia.com direktur umum PT Pertamina menargetkan akan memasang PLTS di seribu SPBU milik pertamina yang akan selesai pada tahun 2022.
Dengan demikian terlihat jelas kesungguhan pemerintah dalam menerapkan PLTS di Indonesia untuk keberlanjutan pasokan energi bagi masyarakat Indonesia. PLTS menjadi target untuk mengurangi penggunaan energi dengan bahan baka oil and gas. Tantangan terberat saat ini adalah pada pemerataan di banyak wilayah. Keadaan geografis Indonesia membuat adanya ketimpangan pembangunan di beberapa wilayah. Hal ini nantinya akan menjadi fokus lanjutan dalam pengembangan PLTS sehingga distribusi energi listrik yang ramah lingkungan dan available untuk setiap waktu dapat dirasakan oleh semua masyarakat di plosok negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H