Dalam salah satu hadits dijelaskan "Tidaklah beriman seorang diantara kalian, kecuali (apabila) kecenderungannya telah mengikuti (syariat) yang aku bawa".
Hadist di atas menerangkan tidak dianggap orang itu beriman kecuali ia mencintai syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Setiap orang mukallaf jika memiliki kehendak, hasrat, keinginan dan cita-cita sudah seharusnya sesuai dengan syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Kewajiban mencintai Nabi Muhammad SAW dan orang yang mencintai beliau wajib mentaati perintah dan menjauhi larangan beliau.
Serta mengamalkannya dengan menjalankan semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Maka semua perbuatan orang tersebut harus sesuai dengan kitabullah dan sunnah rasulullah.
Apa yang dilarang ia tinggalkan dan apa yang diperintahkan ia kerjakan. Inilah hakikat ketaatan kecenderungan seseorang kepada syariat yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Hasyr ayat 7 bahwa apa yang diberikan rasul kepadamu, maka terimalah; dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya.
Apabila suatu hari nafsu mengajakmu pada suatu hajat, namun ada jalan untuk menentangnya tentanglah hawa nafsu itu sekuat tenaga.
Mengikuti adalah musuh dan menentangnya adalah kawan. Bencana akal adalah nafsu. Nafsu yang mengajak kepada keburukan adalah membawamu pada kehinaan.
Barang siapa yang akalnya mampu mengatasi hawa nafsunya, maka ia akan selamat. Sebaliknya ketika nafsunya lebih dominan daripada akalnya maka ia akan tersesat jauh dari Tuhannya.