Seorang laki-laki paruh baya duduk termenung sambil melihat meja-meja dan kursi tempat makan tamu yang kosong. Meja-meja yang kotor dan kursi yang dibiarkan mulai keropos karena dibiarkan terkena hujan dan panas. Sesekali laki-laki paruh baya itu berdiri menawarkan minuman dan mempersilahkan tamu yang datang untuk singgah ketika ada seorang tamu melintas di depan warung mereka. Â Sudah hampir dua tahun warung sepi karena Pandemi Covid 19 jarang ada tamu yang datang untuk singgah ke warung mereka.Â
Bali, kota hidup dua puluh empat jam jam yang biasanya selalu ramai dengan wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Sebelum Pandemi Covid 19  dunia malam di tempat-tempat wisata Bali selalu ramai sehingga banyak warung-warung berdiri disepanjang perjalanan tempat wisata seperti di Kuta bali.  Diseberang jalan tepat di depan pantai kuta hotel-hotel berdiri megah, rumah makan, dan gang-gang di  Kuta Bali dipenuhi dengan warung-warung kecil milik warga yang berjejer di sepanjang jalan.
Pandemi Covid 19 benar-benar melumpuhkan perekonomian masyarakat Bali. Pendapatan masyarakat Bali yang bergantung pada banyaknya wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata menjadikan mereka sulit. Pedagang-pedagang, ibu-ibu yang menawarkan jasa pijit badan, bapak-bapak pelaku jasa pengambilan cetak foto langsung jadi di bibir pantai Kuta dan Tanah Lot Bali mengeluh karena sepinya pengunjung.
Semoga Pandemi Covid 19 segera selesai dan ekonomi warga mulai membaik khususnya di Bali. Sehingga masyarakat yang mata pencaharianya bergantung pada pengunjung bisa memperoleh apa yang mereka inginkan untuk menghidupi keluarga mereka.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H